²©²ÊÍøÕ¾

Newsletter

Iran Hingga AS Buat IHSG-Rupiah Babak Belur, Ada Peluang Rebound?

Robertus Andrianto, ²©²ÊÍøÕ¾
18 April 2024 06:00
federal reserve
Foto: Reuters

Pada perdagangan hari ini pasar keuangan Indonesia diperkirakan masih akan mengalami volatilitas, baik pasar saham maupun rupiah.

fokus investor akan tertuju kepada rilis data pekerjaan Amerika Serikat yang akan diumumkan nanti malam. Sebab, data pekerjaan menjadi salah satu faktor penting, selain inflasi, dalam penentuan arah kebijakan moneter bank sentral AS.

Pertama, ada klaim pengangguran awal untuk pekan yang berakhir pada 13 April 2024. TradingEconomics memperkirakan klaim awal pengangguran akan meningkat menjadi 215 ribu dari pekan sebelumnya 211 ribu.

Data ini akan menjadi perhatian investor yang mulai tidak yakin bahwa penurunan suku bunga The Fed akan segera dilakukan.

Menurut perangkat FedWatch peluang penurunan suku bunga The Fed baru akan terjadi September sebesar 25 basis poin menjadi 5%-5,25%. Peluang penurunan tersebut sebesar 46,5%.

Optimisme pasar mengenai penurunan suku bunga sudah bergeser cukup jauh dalam empat bulan pertama 2024.

Pada akhir 2023, pasar memiliki proyeksi penurunan suku bunga terjadi pada Maret 2024. Kemudian bergeser menjadi April dan terakhir Juni 2024. Pergeseran ini karena data-data menunjukkan bahwa ekonomi Negeri Paman Sam masih kuat.

Peluang Suku Bunga The FedFoto: FEDWatch
Peluang Suku Bunga The Fed

Ekonomi Amerika Serikat pada Q4-2023 tumbuh 3,2% secara tahunan, dari sebelumnya pada perkiraan awal sebesar 3,3%. Sepanjang tahun lalu, PDB Negeri Paman Sam tumbuh 2,5%, melampaui pertumbuhan 1,9% pada tahun 2022.

Di sisi lain, data inflasi hingga tiga bulan pertama tahun 2024 yang lebih tinggi dari perkiraan. Indeks harga konsumen untuk Maret menunjukkan inflasi berada pada tingkat tahunan 3,5%, jauh dari puncaknya sekitar 9% pada pertengahan tahun 2022 tetapi melonjak lebih tinggi sejak Oktober 2023.

Kondisi yang menunjukkan bahwa ekonomi AS masih baik-baik saja kemudian membuat para pejabat The Fed mulai bimbang untuk menurunkan suku bunga segera pada tahun ini.

ketua The Fed Jerome Powell mengatakan perekonomian AS belum melihat inflasi kembali sesuai target bank sentral, hal ini menunjukkan kemungkinan penurunan suku bunga tidak akan segera terjadi dalam waktu dekat.

"Data yang lebih baru menunjukkan pertumbuhan yang solid dan kekuatan yang berkelanjutan di pasar tenaga kerja, namun juga kurangnya kemajuan lebih lanjut sepanjang tahun ini karena kembalinya target inflasi 2%," kata Ketua Fed dalam diskusi panel.

Senada dengan pernyataan pejabat bank sentral baru-baru ini, Powell mengindikasikan tingkat kebijakan saat ini kemungkinan besar akan tetap berlaku sampai inflasi mendekati target 2%.

"Data terbaru jelas tidak memberikan kita kepercayaan yang lebih besar, dan malah menunjukkan bahwa kemungkinan akan memakan waktu lebih lama dari yang diperkirakan untuk mencapai kepercayaan tersebut," katanya dalam forum bank sentral.

Powell menambahkan bahwa sampai inflasi menunjukkan kemajuan lebih lanjut, "Kita dapat mempertahankan tingkat pembatasan saat ini selama diperlukan."

Pernyataan Powell mempertegas era suku bunga tinggi masih akan terus berlanjut. Bahkan bukan tidak mungkin agenda penurunan suku bunga The Fed akan bergeser ke 2025.

Terlebih lagi harga minyak dunia yang diperdagangkan di level US$90 per barel di tengah tensi geopolitik Timur Tengah yang semakin mendidih.

Seperti diketahui Iran melakukan serangan udara ke Israel pada Sabtu malam (13/4/2024) dengan meluncurkan drone peledak dan menembakkan 300 rudal untuk membela diri atas upaya Israel yang ingin memperluas eskalasi perang di Timur Tengah.

Atas aksi ini berbagai spekulasi muncul seperti eskalasi perang di negara-negara Arab hingga ancaman perang dunia ketiga.

Ketidakpastian ini yang kemudian membuat investor memilih aset safe haven seperti emas dan dolar AS untuk lindung nilai.

Efek dari dipilihnya safe haven adalah DXY yang melonjak sehingga melemahkan rupiah. Bahkan hingga menyentuh level terendah sejak pandemi Covid-19, tepatnya sejak 2020.

Meskipun demikian, pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) diperkirakan hanya berlangsung sementara.

Hal ini disampaikan oleh Deputi Gubernur Senior (DGS) Bank Indonesia Destry Damayanti di Istana Kepresidenan, Jakarta, Rabu (17/4/2024)

"Jadi ini memang shock dari global yang kenanya tidak hanya Indonesia. Seluruh mata uang kena imbas sekarang dari kami di BI kita lihat karena ini sih kita berharap market juga melihat temporary shock," jelas Destry.

Bank Indonesia (BI) memiliki tiga senjata sakti untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah atau dikenal dengan sebutan triple intervention. Ini pun diluncurkan ketika dolar Amerika Serikat (AS) menembus Rp16.200.

Tiga instrumen tersebut yaitu intervensi pasar spot dan Domestic Non Deliverable Forward (DNDF), serta Surat Berharga Negara (SBN)

"Kita ensure meyakinkan di market bahwa kita bersama-sama dengan pasar, akan terus jaga stabilitas dari rupiah," kata Destry di Istana Kepresidenan, Jakarta, Rabu (17/4/2024).

Destry menambahkan, untuk kebutuhan intervensi di pasar SBN menyesuaikan dengan perkembangan yield.

"Kita lihat bahwa tekanan di bond yield tinggi, kita akan lihat SBN sampai seberapa jauh baru kita akan masuk," terangnya.

"Tapi kalau spot dan DNDF kita akan selalu di market," tambah Destry.

BI juga memiliki Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) untuk menarik minta investor asing menempatkan modal di dalam negeri.

(ras/ras)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular