Iran Hingga AS Buat IHSG-Rupiah Babak Belur, Ada Peluang Rebound?
- Fokus investor hari ini menantikan data pengangguran AS untuk membaca sinyal kebijakan moneter The Fed
- Wall Street kembali melemah, S&P 500 sudah empat hari beruntun berada di zona merah
- Ketidakpastian global akibat konflik Iran-Israel membuat safe haven laris, sementara pasar ekuitas dan rupiah anjlok
Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Pasar keuangan Indonesia masih tertekan pada perdagangan hari kedua usai libur panjang Hari Raya Idul Fitri. Tsunami sentimen negatif masih menjadi penekan pasar saham dan rupiah hingga ditutup di zona merah.
Kekhawatiran dunia terhadap tensi geopolitik yang panas antara Iran dan Israel masih membayangi pasar. Hal ini diperburuk oleh sikap bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve atau The Fed yang akan tetap menahan tingkat suku bunga tinggi lebih lama dari perkiraan pasar.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah 0,47% ke posisi 7.130,84 pada perdagangan Rabu (17/4/2024). Padahal awal sesi I, IHSG sempat bangkit hingga nyaris 1%. Namun setelah itu, penguatan IHSG cenderung terpangkas.
Pada sesi II, IHSG sempat berusaha untuk bangkit kembali. Namun selang beberapa menit, IHSG akhirnya melorot dan berakhir di zona merah.
Nilai transaksi indeks pada akhir perdagangan hari ini mencapai Rp 12 triliun dengan melibatkan 20 miliar lembar saham yang ditransaksikan sebanyak 1,5 juta kali.
IHSG terdampak dari rupiah yang masih terkoreksi imbas dari pernyataan ketua The Fed Jerome Powell.
Dilansir dari Refinitiv, rupiah ditutup turun 0,28% di angka Rp16.215/US$ pada perdagangan Rabu (17/4/2024). Posisi ini merupakan yang terparah sejak 6 April 2020.
Sementara indeks dolar (DXY), yang mengukur Greenback dibandingkan dengan enam mata uang lainnya, pada Rabu pukul 15:03 WIB turun tipis ke angka 106,21 atau melemah 0,04%. Angka ini lebih rendah jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan hari sebelumnya yang berada di posisi 106,25.
Jerome Powell menegaskan perlu lebih banyak waktu untuk memastikan pemangkasan suku bunga. Dalam diskusi panel di acara Washington Forum on the Canadian Economy, Washington, D.C. pada Selasa waktu AS (16/4/2024) ia mengatakan perekonomian AS belum melihat inflasi kembali sesuai target bank sentral yakni di kisaran 2%.
Senada dengan pernyataan para pejabat bank sentral baru-baru ini, Powell mengindikasikan tingkat kebijakan saat ini kemungkinan besar akan tetap berlaku sampai inflasi mendekati target 2%.
Data terbaru jelas tidak memberikan kita kepercayaan yang lebih besar, dan malah menunjukkan bahwa kemungkinan akan memakan waktu lebih lama dari yang diperkirakan untuk mencapai kepercayaan tersebut," katanya dalam forum bank sentral.
Tidak hanya The Fed, tekanan terhadap rupiah juga datang dari memanasnya konflik timur tengah antara Iran dan Israel.
Drone Iran menyerang Israel pada Sabtu pekan lalu (15/4/2024). Serangan drone tersebut yang merupakan serangan langsung pertamanya terhadap wilayah Tel Aviv. Ini berisiko meningkatkan eskalasi regional karena Amerika Serikat (AS) berjanji memberikan dukungan "kuat" kepada Israel.
Ketegangan di Timur Tengah akan meningkatkan ketidakpastian global sehingga investor menahan diri atau memilih safe haven seperti dolar AS ketimbang di pasar berisiko.
Ìý
(ras/ras)