
Sabda The Fed Dinanti Pasar, Ini 3 Hal yang Wajib Dicermati

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Para pelaku pasar sedang menunggu keputusan bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve (The Fed) pada Kamis (2/5/2024) dini hari waktu Indonesia. Selain keputusan suku bunganya, pasar juga menunggu update kebijakan The Fed yang akan diambil The Fed ke depannya.
Keputusan The Fed menjadi salah satu kabar paling ditunggu pelaku pasar keuangan di seluruh dunia mengingat besarnya dampak serta pengaruh mereka. The Fed adalah lambang supremasi AS di bidang ekonomi karena memegang kuasa sepenuhnya atas penerbitan dolar AS. Amerika Serikat juga menjadi pusat industri keuangan dunia sehingga perkembangan di sana akan sangat menentukan.
Pelaku pasar tampak sudah sepakat jika The Fed akan menahan suku bunga pada Kamis dini hari waktu Indonesia. Bahkan pada beberapa kesempatan sebelumnya, pejabat The Fed termasuk Chairman The Fed Jerome Powell mengindikasikan pemangkasan masih lama. Pasalnya, inflasi AS masih kencang.
Inflasi AS yang masih cukup sticky bahkan cenderung mengalami kenaikan. Angka inflasi AS periode Maret berada di angka 3,5% (year on year/yoy) atau lebih tinggi dibandingkan periode sebelumnya yang berada di angka 3,2% yoy.
Lebih lanjut, AS juga mengumumkan laju PCE bulanan (month to month/mtm) stagnan di 0,3% tetapi secara tahunan meningkat 2,7% pada Maret 2024.
PCE inti stagnan di 2,8% (yoy) pada Maret 2024. Kondisi ini menandai masih membandelnya inflasi AS sehingga bisa menghalangi The Fed memangkas suku bunga.
Hal ini semakin menjauhi target The Fed yakni 2%. Jika inflasi AS masih cukup sulit ditekan, maka penurunan suku bunga AS akan sulit terjadi tahun ini. Bahkan beberapa survei menunjukkan bahwa The Fed tampaknya tidak akan memangkas suku bunganya (no landing).
Berikut ini beberapa hal yang perlu dicermati pasar menjelang pengumuman The Fed Kamis dini hari waktu Indonesia:
1. Suku Bunga
Suku bunga The Fed telah mengalami kenaikan yang sangat signifikan sejak pertama kali dinaikkan pada Maret 2022 lalu.
Hingga saat ini, The Fed telah menaikkan suku bunga sebanyak 11 kali dari level 0-0,25% menjadi 5,25-5,5% dengan total 525 basis poin (bps).
Hal tersebut dilakukan The Fed mengingat pada semester pertama 2022, inflasi AS memanas bahkan sempat menyentuh level tertinggi di angka 9,1% year on year/yoy pada Juni 2022.
Berkaca pada dokumen dot plot Maret, mayoritas pejabat The Fed mengatakan bahwa 2024 merupakan tahun penurunan suku bunga dengan total tiga kali pemangkasan suku bunga atau sebesar 75 bps.
Namun data yang berkembang saat ini, ekonomi AS terpantau sangat solid baik dari sisi inflasi hingga data ketenagakerjaan. Alhasil, probabilitas pemangkasan suku bunga dinilai semakin mengecil atau bahkan tidak terjadi sama sekali.
![]() Sumber: Fidelity International |
Selain inflasi yang menjadi kekhawatiran pasar, Bank of America (BofA) dalam surveinya mengungkapkan ketegangan politik juga menjadi faktor risiko.
Inflasi memegang peranan penting sebesar 41% dan ketegangan politik sebesar 24%. Kekhawatiran ini merupakan pendorong penting bagi posisi risk-off yang defensif, karena sebagian besar fund manager memperkirakan tingkat inflasi yang lebih tinggi pada tahun depan (2025). Kekhawatiran terhadap inflasi telah melampaui risiko-risiko lain seperti pemilu AS dan krisis ekonomi, sehingga mengurangi kekhawatiran para investor.
![]() Sumber: BofA |
Menanggapi hal tersebut, hasil survei yang dilakukan BoFA juga menunjukkan potensi soft landing yang semakin berkurang sementara probabilitas no landing terus mengalami kenaikan pada April 2024.
Data yang ada saat ini, 54% pasar meyakini soft landing akan terjadi sementara 36% pasar meyakini justru no landing akan terjadi dan sisanya masih meyakini hard landing berpotensi terjadi.
![]() Sumber: BofA |
Dikutip dari Reuters, Powell sempat berkomentar perihal suku bunga di tahun ini hingga prospek perekonomian yang kian terkikis.
"Data terkini jelas tidak memberikan kita keyakinan yang lebih besar" bahwa inflasi akan kembali mengalami penurunan, kata Powell dalam komentarnya di sebuah forum di Washington pada tanggal 16 April 2024.
"Saat ini, mengingat kekuatan pasar tenaga kerja dan kemajuan inflasi sejauh ini, adalah tepat untuk memberikan waktu lebih lama bagi kebijakan yang membatasi untuk bekerja dan membiarkan data serta pandangan yang terus berkembang memandu kita."
2. Pernyataan The Fed
Pernyataan pejabat The Fed juga akan menjadi perhatian besar pasar mengingat kerapnya The Fed memberikan sinyal kebijakan melalui pernyataan mereka yang dapat berdampak bagi bank sentral negara lainnya.
Keputusan The Fed terhadap suku bunga akan berpengaruh terhadap indeks dolar AS (DXY) itu sendiri dan hal ini akan memengaruhi nilai tukar mata uang negara lainnya dengan memberi tekanan.
Ketika The Fed mengatakan pihaknya mengambil langkah hati-hati karena khawatir inflasi akan melonjak lagi jika pelonggaran dilakukan terlalu cepat, bank sentral global pun mulai memperhatikannya.
3. Konferensi Pers
Selain menyampaikan hasil FOMC, Powell akan melakukan tanya jawab dengan wartawan selama 45 menit.
Dalam beberapa kesempatan, Powell kerap menyampaikan pernyataan yang tidak tercantum di dalam dokumen saat menggelar konferensi pers.
Pernyataan yang tidak bisa ditebak inilah yang ditunggu pelaku pasar dan biasanya menggerakkan pasar sebab informasi tambahan yang diberikan Powell dapat menjadi pertimbangan lain bagi pelaku pasar untuk mengambil keputusan dan kemudian dianalisis untuk memproyeksi kebijakan The Fed ke depannya.
²©²ÊÍøÕ¾ INDONESIA RESEARCH
(rev/rev)