
El Nino Segera Berganti La Nina,Waspada Ini Bahayanya!

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Fenomena anomali iklim El Nino di Indonesia diperkirakan akan berakhir dan akan berganti ke fenomena anomali iklim lainnya yakni La Nina.
Kedua fenomena tersebut tentunya memiliki perbedaan dan juga saling berlawanan. Jika El Nino di Indonesia membawa iklim hangat cenderung kering, membuat Indonesia cenderung dilanda kemarau. Sebaliknya, La Nina membawa iklim sejuk cenderung basah, alhasil La Nina cenderung membawa cuaca hujan.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengungkapkan, Indonesia berpotensi mengalami fenomena anomali iklim La Nina tahun ini. Adapun La Nina diprediksi terjadi setelah fase El Nino masuk ke fase Netral. BMKGpun meminta petani agar bersiap mengantisipasi dampak yang dapat ditimbulkan La Nina nantinya.
Menurut Deputi Bidang Klimatologi BMKG, Ardhasena Sopaheluwakan, indeks El Nino-Southern Oscillation (ENSO) sudah mulai beralih ke kondisi Netral dengan indeks sebesar 0.42.
"BMKG memprediksi bahwa La Nina berpotensi terjadi pada semester kedua 2024," katanya kepada ²©²ÊÍøÕ¾, Kamis (16/5/2024).
"Hasil pemantauan suhu permukaan laut di Samudra Pasifik menunjukkan bahwa pada periode dasarian I Mei 2024, ENSO mulai beralih ke kondisi Netral dengan indeks sebesar 0.42. ENSO diprediksi akan terus berada pada fase Netral hingga Juni-Juli, dan diprediksi beralih ke fase La Nina pada Juli-Agustus 2024," terangnya.
Karena itu, dia pun meminta petani di Indonesia agar bersiap. Sebab, ujarnya, La Nina umumnya memberikan dampak berupa peningkatan curah hujan di Indonesia, terutama pada periode musim kemarau.
"Kondisi ini perlu diantisipasi oleh petani terutama untuk komoditas pertanian yang sensitif terhadap curah hujan seperti tanaman hortikultura," ujar Ardhasena.
"Di samping itu, terdapat kajian yang menunjukkan bahwa terdapat potensi meningkatnya gangguan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) pada akhir musim kemarau di tahun La Nina yang perlu diantisipasi oleh para petani," tambahnya mengingatkan.
Terlepas dari kapan pastinya perubahan El Nino menjadi La Nina di Indonesia yang masih dalam prediksi, tentunya fenomena keduanya memiliki karakteristik yang berbeda. Namun, keduanya dapat menyebabkan pangan nasional cenderung terganggu.
Menurut laman resmi National Oceanic and Atmospheric Administration, ada perbedaan antara El Nino dan La Nina. Berikut perbedaan keduanya:
El Nino
El Nino yang berarti anak kecil dalam bahasa Spanyol merupakan saat fenomena angin pasat melemah. Ini akan membuat air hangat didorong ke arah timur yakni pada pantai barat Amerika.
Perairan yang hangat ini akan mempengaruhi cuaca. Misalnya pada AS bagian utara dan Kanada menjadi lebih kering dan hangat, sementara di Pantai Teluk dan Tenggara AS akan lebih basah bahkan berisiko mengalami banjir.
El Nino juga berdampak pada kehidupan laut. Misalnya pada Samudera Pasifik saat normal, upwelling akan membawa air yang dingin penuh nutrisi dari kedalaman menuju permukaan.
Namun saat El Nino, upwelling melemah atau berhenti sama sekali. Tanpa nutrisi dari perairan dalam membuat fitoplankton akan berkurang dan berdampak pada ikan yang memburunya hingga yang memangsa ikan.
Dampak lainnya adalah spesies tropis ke wilayah yang terlalu dingin. Spesies ini misalnya ikan ekor kuning dan tuna albakora.
La Nina
Jika El Nino membawa suhu yang hangat, La Nina berlaku sebaliknya. Upwelling akan meningkat saat La Nina, dan membawa air dingin kaya nutrisi ke permukaan.
Perairan yang dingin akan menyebabkan kekeringan di wilayah selatan AS dan hujan lebar disertai risiko banjir pada bagian barat laut Pasifik dan Kanada.
La Nina akan membuat suhu musim dingin menjadi lebih hangat di bagian selatan dan lebih dingin pada bagian utara. Fenomena ini juga membawa badai yang lebih parah dari biasanya.
Fenomena ini mendukung pada kehidupan laut. Misalnya menarik banyak spesies perairan dingin seperti cumi-cumi dan salmon ke tempat seperti pantai California.
Wilayah Terdampak La Nina
Sebelumnya, Peneliti Ahli Utama Pusat Riset Iklim dan Atmosfer Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Erma Yulihastin, waspada La Nina telah dinyatakan resmi oleh Biro Meteorilogi Australia (Bureau of Meteorology Australia/ BoM).
"La Nina sudah official ditetapkan oleh BoM Australia bulan ini. Pengaruh atau La Nina berdasarkan data kami hanya terjadi di sebagian Sumatra dan Kalimantan berupa kemarau basah. Kalimantan bagian tengah dan timur alami kemarau basah," kata Erma kepada ²©²ÊÍøÕ¾, Rabu (15/5/2024).
"Sementara untuk Jawa, selama Mei-September sebagian besar mengalami musim kemarau yang normal dan cenderung minim hujan," tambahnya.
Untuk itu, Erma mengimbau, petani di wilayah Jawa mengantisipasi potensi tersebut dalam mempertimbangkan jenis tanaman yang akan ditanam. Menurutnya, tanaman palawija adalah tanaman pangan yang tepat ditanami pada kondisi tersebut.
"Probabilitas La Nina lemah hingga sedang terjadi selama musim kemarau," katanya.
"Terkait kenapa hanya melanda sebagian Sumatra dan Kalimantan, masih butuh kajian. Kemungkinan karena daerah konvergensi antar-tropis atau ITCZ berada di utara ekuator. Juga karena maraknya pembentukan siklon tropis di Belahan Bumi Utara. Hal ini yang membuat La Nina tidak terlalu berdampak untukwilayah di selatan ekuator," jelas Erma.
![]() Analisis dan Prediksi Enso. (Dok. BMKG) |
Dampak El Nino dan La Nina di RI : Produksi Pangan Susut, Harga Meroket!
Sejak pertengahan 2023 lalu Indonesia mengalami fenomena iklim El Nino yang menyebabkan musim kemarau panjang dan lebih ekstrim panas dan kering dibandingkan biasanya.
Akibatnya, produksi pertanian, termasuk gabah di dalam negeri mengalami penurunan. Dampak yang terasa pada sepanjang 2023 adalah penyusutan produksi sejumlah komoditas pangan RI.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat produksi padi dan luas panen terus menyusut yang menunjukkan produktivitas turun.
Produksi yang menyusut membuat pemenuhan dalam negeri terganggu, imbasnya kita perlu mengimpor beras dalam jumlah besar.BPS mencatat beras menjadi salah satu komoditas impor terbesar sepanjang tahun 2023 mencapai 3,06 juta ton.
Hal sama juga akan terjadi jika La Nina melanda Indonesia, di mana sektor pangan juga akan terdampak. Hal ini karena saat La Nina terjadi, curah hujan cukup tinggi, menyebabkan adanya risiko banjir yang lebih tinggi, suhu udara yang lebih rendah di siang hari, dan lebih banyak badai tropis.
La Nina berisiko meningkatkan hujan ekstrem yang merugikan lahan pertanian serta memicu potensi berkembangnya hama dan penyakit tanaman.
Tak hanya itu, risiko banjir membuat distribusi pangan juga cenderung terganggu karena jalan yang terkena banjir tidak bisa dilewati, alhasil pengiriman juga terganggu karena proses pengiriman bisa molor akibat banjir.
Kekhawatiran atas potensi dampak La Nina pada produksi di beberapa pemasok memberikan dukungan lebih lanjut terhadap harga.
Kesimpulannya yakni baik El Nino dan La Nina, kondisi pangan utamanya beras di dalam negeri dan luar negeri cenderung terdampak negatif. Hanya saja, penyebabnya berbeda.
Jika El Nino dapat mengancam pangan nasional karena kapasitas air untuk pertanian jauh menurun akibat kemarau dan iklim kering. Sebaliknya La Nina juga dapat mengancam karena curah hujan yang tinggi membuat lahan pertanian dapat terkena banjir, utamanya di dataran rendah atau daerah pesisir.
Dampak lain dari La Nina yakni terhambatnya distribusi pangan dari suatu daerah ke daerah lain, karena adanya banjir yang dapat memutus jalan utama dan pengiriman berpotensi terganggu.
²©²ÊÍøÕ¾ INDONESIA RESEARCH
(chd/chd)