²©²ÊÍøÕ¾

Review Sepekan

Rupiah Merana di Hadapan Dolar AS, Tapi Perkasa di Asia-Eropa

Chandra Dwi, ²©²ÊÍøÕ¾
25 May 2024 17:15
Penukaran uang dolar (AS) dan rupiah di Valuta Inti Prima (VIP) Money Changer, Menteng, Jakarta, Rabu (11/10/2023). (²©²ÊÍøÕ¾/ Faisal Rahman)
Foto: Penukaran uang dolar (AS) dan rupiah di Valuta Inti Prima (VIP) Money Changer, Menteng, Jakarta, Rabu (11/10/2023). (²©²ÊÍøÕ¾/ Faisal Rahman)

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Rupiah terpantau merana dihadapan dolar Amerika Serikat (AS) sepanjang pekan ini, di mana perdagangan pasar keuangan Indonesia pada pekan ini terbilang pendek karena hanya berlangsung selama tiga hari akibat adanya libur panjang dalam rangka Hari Waisak.

Melansir dari Refinitiv pada pekan ini, rupiah melemah 0,25% secara point-to-point (ptp) dihadapan dolar AS, membalikan posisi pekan sebelumnya yang berhasil menguat 0,56%. Bahkan, pergerakan rupiah pada pekan ini mengakhiri penguatan yang sudah terjadi selama empat pekan beruntun.

Pada perdagangan Rabu (22/5/2024), rupiah ditutup cenderung stagnan di level Rp 15.990/US$.

Jika rupiah melawan dolar AS pada pekan ini terbilang kalah atau merana, tetapi dengan mata uang lain secara mayoritas menguat.

Di Eropa, rupiah hanya kalah dengan poundsterling Inggris, di mana rupiah melemah 0,53% terhadap mata uang utama Negeri Big Ben tersebut. Sedangkan dengan mata uang euro dan franc Swiss, Indonesia mampu menguat.

Begitu juga di Asia, dengan mata uang utama secara mayoritas rupiah berhasil menguat. Sedangkan dengan yuan China, rupiah tidak berkutik banyak alias stagnan.

Indeks dolar AS (DXY) tercatat sedang lesu di akhir perdagangan pekan ini. Pada Jumat kemarin, DXY terpantau melemah 0,34% ke posisi 104,75. Namun sepanjang pekan ini, DXY masih terpantau menguat 0,26% secara point-to-point.

Risalah pertemuan kebijakan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) pada 30 April -1 Mei oleh bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) yang dirilis pada Rabu malam atau Kamis dini hari waktu Indonesia menunjukkan kekhawatiran dari para pengambil kebijakan tentang kapan saatnya untuk melakukan pemangkasan kebijakan suku bunga acuan.

Pertemuan tersebut menyusul serangkaian data yang menunjukkan inflasi masih lebih tinggi dari perkiraan para pejabat the Fed sejak awal tahun ini. Sejauh ini, The Fed masih menargetkan inflasi melandai 2%.

Untuk diketahui, inflasi konsumen (consumer price index/CPI) AS pada April 2024 berada di angka 3,4% (year-on-year/yoy). Dengan kata lain, masih ada selisih 1,4 poin persentase hingga akhirnya inflasi AS sesuai dengan target The Fed.

Risalah juga menjelaskan bahwa "Sebagian pejabat menyatakan kesediaan-nya untuk memperketat kebijakan lebih lanjut guna mengatasi risiko inflasi yang masih panas"

Beberapa pejabat The Fed, termasuk Ketua The Fed Jerome Powell dan Gubernur The Fed Christopher Waller, sejak pertemuan tersebut mengatakan bahwa mereka masih meragukan langkah selanjutnya yang akan diambil adalah kenaikan suku bunga.

Akibat itu, kini peluang penurunan suku bunga kian menyusut, melansir survei CME FedWatch Tool, pasar memperkirakan 51,4% penurunan suku bunga the Fed sebesar 25 basis poin (bp) pada September dan pada Desember, diperkirakan pemangkasan suku bunga tidak akan terjadi.

Ketidakpastian ini membuat The Fed masih akan melanjutkan kebijakan ketatnya atau mempertahan suku bunga tetap di level yang tinggi. Imbasnya, DXY akan cenderung perkasa yang berujung pada tekanan terhadap mata uang lainnya. Alhasil, rupiah pun tersungkur, karena dolar AS kembali perkasa.

²©²ÊÍøÕ¾ INDONESIA RESEARCH

(chd/chd)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation