
Makin Ambles! Harga Baru bara 6 Hari Turun 8%

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Harga batu bara makin hari makin jatuh semakin mendekati posisi terendah dalam setahun.
Merujuk data Refinitiv, harga batu bara acuan ICE Newcastle kontrak Februari berakhir di posisi US$ 116,30 per ton, ambruk 1,44% dalam sehari yang memperpanjang tren negatif selama enam hari beruntun atau sudah anjlok lebih dari 8%.
Harga batu bara terus merosot seiring dengan produksi yang terus meningkat, meskipun permintaan kuat. Ditambah, efek dari perkembangan energi baru terbarukan (EBT) yang kian masif.
Melansir laman Oilprice, menurut Asosiasi Transportasi dan Distribusi Batu Bara Tiongkok, data permintaan dan produksi batu bara pada 2025 diperkirakan akan terus meningkat dan masih menjadi tulang punggung produksi energi.
Permintaan diproyeksi bisa naik 1%, sementara produksi akan meningkat lebih banyak 1,5%, menandai sembilan kali kenaikan secara tahunan.
Stok yang lebih tinggi dari China secara domestik akan membuat harga batu bara bertahan di level murah tahun ini. Selain itu, sang Naga Asia ini bisa mengurangi impor komoditas fosil ini.
Hal ini sejalan dengan upaya Tiongkok yang telah memperluas kapasitas penambangan sehingga pasokan lebih cepat daripada permintaan, di tambah upaya dari stimulus masih terus dikerahkan guna memperbaiki ekonomi yang masih lesu.
Seperti dari provinsi produsen teratas di China, Shanxi melihat peningkatan produksi kembali pada tahun 2025 setelah inspeksi keselamatan menghambat operasi tahun lalu, kata analis CCTD Feng Huaming.
Pusat batu bara lainnya, termasuk Helongjiang, Xinjiang, Guizhou dan Ningxia, juga kemungkinan akan meningkatkan pasokan untuk melawan penurunan pendapatan pajak dari pasar properti yang dilanda krisis, katanya.
Pasokan tambahan ini dapat memangkas impor, meskipun produsen yang bergantung pada permintaan Tiongkok dinegara-negara seperti Mongolia dan Rusia kemungkinan akan mencoba memaksimalkan penjualan mereka.
Di sisi lain, penekan harga batu bara juga masih datang dari energi ramah lingkungan yang terus berkembang.
aru-baru ini, negeri Tirai Bambu, Tiongkok mengumumkan bahwa mereka akan memulai pembangunan bendungan pembangkit listrik tenaga air.
Bendungan sepanjang 31 mil dengan kapasitas 300 miliar kWh akan dibangun di Tibet dan digadang bakal lebih besar dari bendungan pembangkit listrik tenaga air terbesar di dunia saat ini, Bendungan Tiga Ngarai, yang juga dibangun oleh Tiongkok.
²©²ÊÍøÕ¾ INDONESIA RESEARCH
(tsn/tsn)