
10 Daftar Negara yang Memiliki Iron Dome Selain Israel

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Sudah 471 hari perang Gaza berlangsung antara Israel dengan Hamas dan merenggut puluhan ribu nyawa warga Palestina di Gaza.
Pada Minggu (18/1/2025) lalu, babak baru perang Gaza pun tercipta di mana Hamas dan Israel akhirnya menyepakati gencatan senjata. Kesepakatan tersebut akan mulai berlaku pada Minggu lalu, karena menunggu persetujuan pemerintah Israel.
Perjanjian gencata senjata sebenarnya tidak akan mengakhiri perang ataupun membawa perdamaian. Gencatan senjata bukanlah obat mujarab untuk perang serta dampaknya, termasuk trauma, pengungsian, kelaparan, dan kematian, yang telah dialami oleh orang-orang Israel dan Palestina, baik sebelum maupun setelah 7 Oktober.
Penderitaan tersebut sudah pasti akan terus ditanggung oleh mereka, bahkan jauh setelahnya.
Namun, gencatan senjata kali ini, meskipun bukan akhir dari perang, menandai awal dari babak baru bagi Palestina, terutama penduduk di Gaza, dan Israel.
Ketentuan gencatan senjata, setidaknya untuk fase pertama, sangat rinci sehingga implementasinya kemungkinan akan efektif.
Secara struktur dan konten, gencatan senjata ini sangat mirip dengan banyak gencatan senjata lainnya yang telah diusulkan tahun lalu, termasuk gencatan senjata 7+2 hari yang disepakati pada November 2023.
Namun, berbeda dengan usulan gencatan senjata sebelumnya, perjanjian ini dirancang untuk bertahan lebih lama dengan tiga fase yang berbeda. Masing-masing fase berlangsung selama 42 hari (6 pekan).
Terlepas dari konflik di Gaza yang sejatinya masih belum ada kata selesai, meski ada gencatan senjata sementara, sejatinya efek dari konflik tersebut, persenjataan militer justru semakin pesat perkembangannya. Apalagi terkait dengan persenjataan yang disebut Iron Dome.
Sejumlah negara telah membeli teknologi serupa untuk pertahanan wilayahnya. Sejak Iron Dome sukses beroperasi pada 2011, sejumlah negara lain di Eropa dan Asia telah membeli atau mempertimbangkan pembelian komponen radar atau seluruh Iron Dome untuk melindungi wilayahnya.
Tingginya permintaan terhadap Iron Dome tak lepas dari situasi global yang penuh ancaman. Di sisi lain, Israel dianggap terbukti mampu menghadirkan teknologi keamanan mumpuni.
Pieter Wezeman, peneliti senior di Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI), mengatakan banyak negara membutuhkan sistem pertahanan yang dapat memberikan tingkat pertahanan terhadap rudal peluncuran darat, pesawat udara tanpa awak, dan pesawat tempur yang semakin canggih.
Hal ini dipicu adanya perang berkepanjangan di Timur Tengah hingga kini, ketegangan dan penembakan sesekali di Semenanjung Korea, penggunaan rudal terhadap target di Arab Saudi oleh Houthi, dan penggunaan besar-besaran rudal terhadap Ukraina oleh Rusia.
"Israel berada di garis depan dalam teknologi semacam ini dan telah menemukan sejumlah pembeli di seluruh dunia, baru-baru ini termasuk Maroko dan mungkin Uni Emirat Arab, untuk sistem pertahanan udara dan rudalnya," kata Pieter.
Lalu, negara mana saja yang sudah membeli pertahanan Iron Dome dari Israel? Berikut ini daftarnya, baik yang sudah memiliki dalam kondisi penuh maupun kondisi sebagian atau hanya untuk teknologi radarnya saja.
²©²ÊÍøÕ¾ INDONESIA RESEARCH
(chd/chd)