²©²ÊÍøÕ¾

Ambruk 1% Lebih & Dekati 7.000, Target Analis: IHSG Bisa ke 7.200

Robertus Andrianto, ²©²ÊÍøÕ¾
30 January 2025 14:25
Sekelompok siswa-siswi melihat layar Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin, (21/10/2024). (²©²ÊÍøÕ¾/Muhammad Sabki)
Foto: Sekelompok siswa-siswi melihat layar Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin, (21/10/2024). (²©²ÊÍøÕ¾/Muhammad Sabki)

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾Â Indonesia - Pasar saham Indonesia lesu dan kembali mendekati level 7.000 usai sentimen negatif datang dari kebijakan suku bunga bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve atau The Fed. 

Sejumlah analis memperkirakan Indeks Harga Saham Gabungan akan bergerak penuh volatilitas. 

Aqil Triyadi, Research Analyst PT Panin Sekuritas Tbk memproyeksikan IHSG  akan menuju ke 6.930 - 7.000 dalam jangka pendek.

³§±ð³¾±ð²Ô³Ù²¹°ù²¹ÌýResearch Analyst Infovesta Kapital Advisori Arjun Ajwani, memandang positif IHSG ke depan.

"Karena valuasi menarik, fundamental kuat dan kalau lihat juga nilai tukar rupiah sudah mulai lebih stabil sejak beberapa hari terakhir pasca pemangkasan suku bunga BI-Rate secara tak terduga, ujar Arjun kepada ²©²ÊÍøÕ¾, Kamis (30/1/2025).

Head of Equity Trading Mitra Andalan Sekuritas (Mitra Pemasaran Mandiri Sekuritas) Arwendy Rinaldi Moechtar mengungkapkan rentang support 6900 - 7000 dengan target 7200 IHSG.

Penyebab IHSG melemah pada perdagangan hari ini berkaitan dengan keputusan suku bunga The Fed.

Senior Analyst Investment Information Mirae Asset Sekuritas, M. Nafan Aji Gusta, CTA menilai bahwa komentar Chairman Bank Sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve atau The Fed menjadi penyebab.

"Faktor Powell hawkish remarks, dimana menegaskan bahwa The Fed tidak terburu-buru dalam memangkas suku bunga pada pertemuan berikutnya," ungkap Nafan kepada ²©²ÊÍøÕ¾ pada Kamis (30/1/2025).

"Hal ini terjadi seiring dengan terjadinya kenaikan harga dan kondisi ketenagakerjaan yang berpengaruh terhadap adanya tekanan inflasi selama tiga bulan terakhir, dimana inflasi telah naik mendekati 3% dari 2,4% pada bulan September 2024 ketika sebelumnya the Fed melakukan pelonggaran moneternya," sambung Nafan.

Nafan juga menilai pasar mencermati agenda ekonomi Trump yang dapat mencakup pajak impor (trade war) yang kemudian dapat dibebankan kepada konsumen, tentunya memiliki efek inflasi, sehingga membuat the Fed semakin mengurangi perlunya pemangkasan suku bunga.

Diketahui, The Fed mulai menahan laju pemangkasan suku bunga dengan mempertahankan The Fed Fund rate (FFR) di 4,25-4,50% pada Rabu waktu AS atau Kamis dini hari waktu Indonesia (30/1/2025). Keputusan menahan suku bunga ini adalah yang pertama setelah The Fed memangkasnya dalam tiga pertemuan beruntun terakhir.

Ketua Fed Jerome Powell mengatakan bahwa pejabat bank sentral AS "menunggu untuk melihat kebijakan apa yang diterapkan" sebelum menilai dampaknya terhadap inflasi, lapangan kerja, dan aktivitas ekonomi secara keseluruhan, serta tidak terburu-buru untuk menyesuaikan suku bunga lebih lanjut.

Menariknya, dalam pernyataan kebijakan terbarunya, bank sentral menghapus bahasa yang menyatakan bahwa inflasi "telah menunjukkan kemajuan" menuju target inflasi 2%, dan hanya mencatat bahwa laju kenaikan harga "tetap tinggi."

Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan ²©²ÊÍøÕ¾ Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.

²©²ÊÍøÕ¾ INDONESIA RESEARCH

(ras/ras)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation