²©²ÊÍøÕ¾

Newsletter

Inflasi AS Melonjak: Awas! Indonesia Bisa Ikut Tanggung Derita

Susi Setiawati, ²©²ÊÍøÕ¾
13 February 2025 06:15
New York Stock Exchange (NYSE)
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (²©²ÊÍøÕ¾/ Tri Susilo)

Dari bursa Amerika Serikat (AS), pasar saham AS Wall Street dominan ditutup melemah, hanya menyisakan penguatan tipis Nasdaq.

Pada penutupan perdagangan Rabu (12/2/2025), Dow Jones melemah 0,50% di level 44.368,68, begitu juga dengan S&P 500 turun 0,27% di level 6.051,92. Sementara Nasdaq berhasil menguat tipis 0,03% di level 19.649,95.

Dow Jones dan S&P 500 merespon negatif usai pembacaan inflasi AS yang lebih panas dari perkiraan, menambah kekhawatiran bahwa The Federal Reserve (The Fed) tidak akan memangkas suku bunga dalam waktu dekat, sementara CVS Health dan Gilead Sciences menguat setelah laporan triwulanan yang optimis.

Saham Nvidia (NVDA.O) dan Amazon (AMZN.O) turun lebih dari 1%, dimana dua raksasa komputasi AI membebani indeks S&P 500.

Sementara data indeks harga konsumen (IHK) AS, pengukur inflasi, naik 3% pada periode Januari 2025 secara tahunan (yoy). Kenaikan tersebut menjadi kenaikan tertinggi dalam hampir satu setengah tahun, memperkuat pesan bahwa The Fed tidak akan terburu-buru untuk melanjutkan pemotongan suku bunga.

Lonjakan harga memberikan catatan peringatan terhadap dorongan Presiden Donald Trump untuk mengenakan tarif pada barang impor, yang menurut para ekonom dianggap sebagai inflasi.

Suku bunga berjangka sekarang menunjukkan para pelaku pasar melihat peluang sekitar 70% bahwa The Fed akan menurunkan suku bunga sebesar 25 basis poin lagi pada akhir tahun 2025, turun dari peluang sekitar 80% pada hari Selasa, menurut CME Fedwatch.

"Pasar mencerna bahwa The Fed mungkin tidak akan memangkas sama sekali. Itulah sebabnya pasar saham turun," ujar Jake Dollarhide, CEO Longbow Asset Management di Tulsa, Oklahoma.

(saw/saw)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular