²©²ÊÍøÕ¾

Newsletter

Musim Dividen Tiba, Semoga Bisa Redam Efek Amukan Trump & Defisit APBN

Susi Setiawati, ²©²ÊÍøÕ¾
14 March 2025 06:15
Pasar bullish vs bearish
Foto: Pixabay
  • Pasar keuangan Indonesia ditutup beraragm, IHSG menguat sementara rupiah melemah
  • Wall Street kompak anjlok di tengah kekhawatiran mengenai resesi di Amerika Serikat
  • Realisasi APBN, dividen serta kondisi di AS akan menjadi penggerak pasar hari ini

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Pergerakan pasar keuangan bergerak tak senada, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencatatkan penurunan sementara rupiah justru membukukan penguatan usai tiga hari beruntun melemah. Pelemahan IHSG didorong oleh kabar tekornya Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) hingga perang dagang yang tengah memanas antara Amerika Serikat (AS) dan Kanada.

Melihat pelemahan IHSG yang tipis pada perdagangan kemarin, diperkirakan pergerakan IHSG akan membukukan kinerja positif di sesi akhir pekan. Begitu juga dengan rupiah diharapkan dapat melanjutkan penguatannya.

Pasar keuangan akan kembali volatile pada perdagangan hari ini didorong oleh beberapa sentimen dan rilisnya data-data ekonomi. Selengkapnya mengenai sentimen dan proyeksi pasar hari ini dapat dibaca pada halaman 3 pada artikel ini. Dan para investor juga dapat mengintip agenda dan rilis data yang terjadwal untuk hari ini baik dalam negeri dan luar negeri pada halaman empat.

IHSG pada perdagangan kemarin, Kamis (13/3/2025) ditutup melemah 0,26% di level 6.647,42. Dalam perdagangan intraday kemarin, IHSG sempat menyentuh level psikologis US$6.700 sebelum akhirnya harus kembali ke level 6.600.

Nilai transaksi mencapai Rp 8,84 triliun yang melibatkan 15,91 miliar saham yang berpindah tangan 1,12 juta kali. Sebanyak 287 saham menguat, 322 melemah, dan 189 stagnan.

Sektor finansial dan utilitas mencatatkan koreksi terbesar, sedangkan sektor teknologi dan energy mencatatkan kenaikan tertinggi.

Bank Rakyat Indonesia (BBRI), Bank Mandiri (BMRI) dan Bank Central Asia (BBCA) tercatat menjadi pemberat utama gerak IHSG pada perdagangan kemarin, dengan kontribusi pelemahan masing-masing 13,83, 12,51 dan 9,76 indeks poin.

Kemudian diikuti oleh GoTo Gojek Tokopedia (GOTO) dan Astra International (ASII).

Jatuhnya IHSG didorong oleh kabar kurang baik dari dalam negeri. Dalam konferensi pers APBN KiTa edisi Februari 2025 pada  Kamis (13/3/2025), Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyampaikan Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) hingga akhir Februari 2025 tercatat defisit Rp31,2 triliun atau 0,13% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).

Defisit APBN hingga akhir Februari Rp31,2 triliun, masih dalam target design APBN 2,53% PDB.

Belanja negara dalam dua bulan pertama adalah Rp348,1 triliun atau 9,6% dari target APBN. Pemerintah pusat menghabiskan Rp211,5 triliun dan transfer daerah Rp136,6 triliun.

Sedangkan pendapatan negara mencapai Rp316,9 triliun. Komponen terbesar adalah pajak yang mencapai Rp187,8 triliun dan bea cukai Rp52,6 triliun.

Beralih ke rupiah, dilansir dari Refinitiv, rupiah ditutup menguat 0,12% di angka Rp16.420/US$ pada perdagangan Kamis (13/3/2025). Penguatan ini berbanding terbalik dengan penutupan perdagangan sebelumnya Rabu (12/3/2025) yang tertekan 0,24%.

Penguatan rupiah terjadi di tengah kenaikan indeks dolar AS. Pada perdagangan kemarin Kamis (13/3/2025) pukul 14:56 WIB naik 0,11% di angka 103,72. Angka ini lebih rendah jika dibandingkan dengan posisi kemarin yang berada di angka 103,61.

Menteri Keuangan RI, Sri Mulyani Indrawati menyoroti efek kebijakan Presiden AS, Donald Trump terhadap nilai tukar rupiah dan keuangan negara. Sri Mulyani mengaku executive order dari Presiden AS ini telah menimbulkan gejolak di seluruh dunia, termasuk Indonesia.

"Gejolak ini dirasakan seluruh dunia dan ini terefleksikan dalam kurs rupiah untuk sampai akhir Februari end period ytd Rp 16.309 per dolar AS," kata Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN KITA Edisi Maret 2025, Kamis (13/3/2025).

Selain rupiah, efek Trump juga terasa di yield Surat Berharga Negara (SBN) seiring dengan panasnya perang dagang antara AS, China, Kanada dan Meksiko. Kendati demikian, Sri Mulyani mengaku posisi Indonesia masih lebih baik dibandingkan negara lain.

"Pada 2024, year to date yield kita 6,8% untuk SBN 10 tahun dan end of periodnya di 7%," paparnya.

Kendati demikian, mata uang Garuda pada perdagangan kemarin tampak mengalami apresiasi di tengah potensi resesi AS yang semakin nyata. Alarm baru perlambatan kini muncul, bahkan peluangnya bisa 50%.

Kebijakan perdagangan Trump akan semakin merusak pertumbuhan ekonomi AS. Bahkan, langkah-langkahnya bisa meningkatkan risiko resesi tahun ini.

Maka dari itu, pelaku pasar harus tetap mencermati kondisi global secara berkala mengingat nilai tukar rupiah masih sangat volatile setidaknya dalam jangka waktu dekat.

Adapun dari pasar obligasi Indonesia, pada perdagangan Kamis (13/3/2025) imbal hasil obligasi tenor 10 tahun terpantau tidak berubah dari perdagangan sebelumnya. Imbal hasil obligasi yang menguat menandakan bahwa para pelaku pasar sedang membuang surat berharga negara (SBN). Begitu juga dengan imbal hasil obligasi yang melemah menandakan bahwa para pelaku pasar sedang kembali mengumpulkan surat berharga negara (SBN).

Dari Amerika Serikat (AS), turbulensi di Wall Street terus berlanjut. Pada perdagangan Kamis atau Jumat dini hari waktu Indonesia, bursa Wall Street kompak kebakaran.

Indeks Dow Jones melemah 537,36 poin, atau 1,30%, dan berakhir di 40.813,57. Indeks S&P 500 anjlok 1,39%, ditutup di angka 5.521,52 sementara indeks Nasdaq merosot 1,96% dan ditutup di angka 17.303,01.

Anjloknya Wall street dipicu meningkatnya ketegangan perdagangan, terutama dengan ancaman tarif yang dibuat oleh Presiden Donald Trump.

S&P 500, Dow Jones, dan Nasdaq semuanya mengalami penurunan yang cukup besar, memasuki koreksi atau hampir mencapai pasar yang sangat bearish.

Penurunan pasar yang semakin tajam ini tampaknya disebabkan oleh kekhawatiran tentang kebijakan perdagangan Trump yang tidak dapat diprediksi dan ketidakpastian yang ditimbulkan terhadap kepercayaan perusahaan dan konsumen.

Ketegangan terbaru adalah ancaman tarif 200% pada produk alkohol dari Uni Eropa, termasuk anggur dan sampanye.

Meskipun Trump menganggap ini sebagai keuntungan bagi bisnis anggur dan sampanye AS, dampak lebih luas dari retorika perdagangannya terus membebani sentimen investor.

Meskipun ada beberapa data inflasi yang menggembirakan, seperti indeks harga produsen yang tidak berubah pada Februari, fokus pasar tetap pada implikasi jangka panjang dari masalah perdagangan ini. Investor merasa tidak pasti bagaimana hal tersebut dapat mempengaruhi stabilitas ekonomi dan kebijakan bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed).

Pasar keuangan Tanah Air diperkirakan akan kembali volatile di akhir perdagangan pekan ini. Sentimen dari tekornya Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) hingga meningkatnya perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dengan Kanada usai seruan Presiden AS Donald Trump untuk menaikkan impor baja dan aluminium menjadi 50%.

Ambruknya Wall Street juga dikhawatirkan menular ke pasar global, termasuk IHSG.

APBN Tekor Pertama Kalinya

Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) hingga akhir Februari 2025 tercatat defisit Rp31,2 triliun atau 0,13% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Defisit per Februari ini adalah yang pertama dalam empat tahun terakhir.

Pendapatan negara hingga akhir Februari 2025 mencapai Rp316,9 triliun. Komponen terbesar adalah pajak yang mencapai Rp187,8 triliun dan bea cukai Rp52,6 triliun.

Sementara itu, belanja negara dalam dua bulan pertama adalah Rp348,1 triliun atau 9,6% dari target APBN. Pemerintah pusat menghabiskan Rp211,5 triliun dan transfer daerah Rp136,6 triliun.

Defisit APBN per Februari tahun ini berbanding terbalik dengan tiga tahun sebelumnya di mana pada periode tersebut masih mencatat surplus.  Defisit ini menunjukkan besarnya ketergantungan Indonesia terhadap harga komoditas.

Sebagai catatan, Indonesia mendapatkan berkah lonjakan harga komofditas sejak 2022 atau setelah meletusnya perang Rusia-Ukraina.

Perang membuat harga batu bara, nikel hingga minyak kelapa sawit mentah (CPO) terbang. Harga komoditas mulai menuju normalisasi pada 2023.

Anjloknya penerimaan pajak ini menjadi kabar buruk karena bisa berimbas pada pelaksanaan belanja serta pengelolaan utang. Bila penerimaan pajak terus menurun bukan tidak mungkin pemerintah akan kembali memangkas anggaran atau menambah utang.  Kondisi ini bisa membebani APBN dan ekonomi Indonesia.

Sri Mulyani Akui Efek Trump Rugikan Rupiah Hingga Surat Utang RI

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyoroti efek kebijakan Presiden Donald Trump terhadap nilai tukar rupiah dan keuangan negara. Sri Mulyani mengaku executive order dari Presiden Amerika Serikat (AS) ini telah menimbulkan gejolak di seluruh dunia, termasuk Indonesia.

Efeknya di Tanah Air terasa signifikan di nilai tukar rupiah yang melemah menjadi Rp 16.162 per dolar AS pada akhir tahun 2024, setelah Trump dilantik.

"Gejolak ini dirasakan seluruh dunia dan ini terefleksikan dalam kurs rupiah untuk sampai akhir Februari end period ytd Rp 16.309 per dolar AS," kata Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN KITA Edisi Maret 2025, Kamis (13/3/2025).

Selain rupiah, efek Trump juga terasa di yield SBN seiring dengan panasnya perang dagang antara AS, China, Kanada dan Meksiko. Kendati demikian, Sri Mulyani mengaku posisi Indonesia masih lebih baik dibandingkan negara lain.

"Pada 2024, ytd yield kita 6,8% untuk SBN 10 tahun dan end of periodnya di 7%," paparnya.

Tahun ini, dia memperkirakan asumsi yield SBN sebesar 7%. Adapun, realisasi di akhir Februari sebesar 6,8% dan 6,98% secara year to date (ytd).

Resesi AS Semakin Nyata

Potensi resesi Amerika Serikat (AS) semakin nyata. Alarm baru perlambatan kini muncul, bahkan peluangnya bisa 50%.

Kebijakan perdagangan Presiden Donald Trump akan semakin merusak pertumbuhan ekonomi AS. Bahkan, langkah-langkahnya bisa meningkatkan risiko resesi tahun ini.

Menurut JP Morgan, ada sekitar 40% kemungkinan terjadinya resesi AS pada tahun 2025, bahkan ke depan, jika tarif berlaku sepenuhnya, peluang resesi AS bisa mencapai 50%.

Sebenarnya di awal tahun, JP Morgan sempat memperkirakan risiko resesi AS sebesar 30%. Tapi, mereka memperingatkan jika "tarif timbal balik" yang diusulkan Trump pada mitra dagang utama mulai berlaku pada bulan April, risikonya dapat meningkat lebih jauh, bahkan merusak daya tarik negara itu sebagai tempat untuk berinvestasi.

Sebelumnya, JPMorgan memperkirakan ekonomi AS akan tumbuh sebesar 2% untuk tahun 2025. Namun proyeksi tersebut hanya awal dan belum direvisi.

Sementara itu pekan lalu, Goldman Sachs dan Morgan Stanley telah menurunkan proyeksi pertumbuhan mereka menjadi masing-masing 1,7% dan 1,5% untuk tahun ini. Awal pekan sebelumnya, estimasi model GDPNow dari Atlanta Fed untuk pertumbuhan tahunan pada kuartal saat ini juga dikoreksi menjadi negatif (-) 2,8%, dari positif (+) 2,3%.

Perlu diketahui, langkah-langkah tarif Trump yang luas telah mengguncang pasar saham AS. Pasalnya, investor berjuang untuk menentukan apakah pungutan tersebut bersifat permanen atau taktik negosiasi.

Pada bulan Februari, Trump mengumumkan rencana untuk mengenakan tarif pada mitra dagang utama guna melindungi kepentingan Amerika. Minggu lalu, ia menaikkan tarif untuk semua impor dari Meksiko dan Kanada menjadi 25% dan menggandakan bea masuk untuk semua barang China menjadi 20%, sebelum menunda beberapa kenaikan hingga 2 April.

Trump mengancam akan memberlakukan rezim tarif timbal balik global, dengan memperingatkan bahwa mulai 2 April. Intinya setiap negara akan menghadapi pungutan yang sama seperti yang dikenakan pada barang-barang AS.

Rabu kemarin, tarif 25% untuk impor baja dan aluminium juga mulai berlaku. UE dan Kanada menanggapi dengan tarif timbal balik, hal yang sama juga akan dilakukan China.

Trump sendiri dalam sebuah wawancara di Fox News Minggu, menolak menanggapi kemungkinan resesi, melainkan menyebutnya "masa transisi". Ia berjanji membawa kembali kejayaan AS.

Sekutu AS Ngamuk Atas Tarif Trump

Perang dagang yang ditabuh Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump memanas. Kini, ramai-ramai sekutu Washington melawan dan mengumumkan tindakan balasan ke Trump.

Hal ini terkait impor baja dan aluminium yang mulai berlaku 12 Maret kemarin. AS memberlakukan pungutan 25% tanpa pandang bulu, meluas dari targetnya semula Kanada, Meksiko dan China.

Uni Eropa (UE) misalnya dengan cepat meluncurkan tarif balasan yang memukul sekitar US$28 miliar (sekitar Rp 460 triliun) barang AS secara bertahap. Kebijakan akan berlaku mulai April.

Kepala Komisi Eropa Ursula von der Leyen menegaskan bahwa pembalasan memengaruhi berbagai produk. Mulai dari bourbon hingga sepeda motor.

Sementara Kanada mengumumkan pungutan tambahan atas US$20,7 miliar produk Amerika per hari ini. Negeri itu sangat terekspos dengan pungutan Trump, yang diyakini memukul barang mulai dari komputer hingga peralatan olahraga.

Menurut catatan terbaru oleh kepala ekonom EY Gregory Daco, Kanada memasok sekitar setengah dari impor aluminium AS. Untuk baja, angkanya sekitar 20%.

Meski begitu, perdana menteri (PM) terpilih Kanada Mark Carney mengaku siap untuk bernegosiasi dengan Trump. Ia berharap ada perjanjian perdagangan yang diperbarui.

Di sisi lain, tetangga RI, PM Australia Anthony Albanese juga mengecam tarif Trump. Sebelumnya Trump memberikan indikasi bahwa tarif ini tak akan diterapkan kepada Australia lantaran dalam neraca dagang keduanya, AS mencetak surplus.

Kanselir Jerman Olaf Scholz, kepala ekonomi terbesar dan berorientasi ekspor di Eropa, juga mengecam langkah Washington. Ia menyebutnya "salah" dan memperingatkan akan meningkatnya inflasi.

Selain Kanada, Brasil dan Meksiko juga merupakan pemasok utama baja AS, sementara Uni Emirat Arab (UEA) dan Korea Selatan (Korsel) termasuk di antara penyedia aluminium. Namun belum ada pernyataan dari keduanya soal pembalasan kebijakan Trump.

Dalam perkembangan terbaru, pada Kamis, Trump berencana untuk memberlakukan tarif 200% pada alkohol dari Prancis dan negara-negara Eropa lainnya.

Tarif AS ini datang setelah Uni Eropa bergerak untuk mengembalikan pajak impor pada whiskey Amerika.

"Uni Eropa, salah satu otoritas pemungut pajak dan tarif yang paling bermusuhan dan merugikan di dunia, yang dibentuk untuk tujuan tunggal memanfaatkan Amerika Serikat, baru saja memberlakukan tarif 50% yang kejam pada Whisky. Jika tarif ini tidak segera dihapus, AS akan segera memberlakukan tarif 200% pada semua Produk anggur, sampanye & alkohol yang datang dari Prancis dan negara-negara yang mewakili oleh Uni Eropa.  Ini akan sangat menguntungkan bagi bisnis Anggur dan Sampanye di AS," kata Trump di Truth Social.

Indeks Harga Produsen AS dan Klaim Pengangguran AS

Indeks harga produsen (PPI)AS stagnan atau 0% (mtm) tetapi secara tahunan (yoy) melandai ke 3,2% pada Februari 2025 dari 3,7% pada Januari 2025.
PPI ini adalah yang terendah dalam tujuh bulan terakhir. Harga jasa mengalami pelemahan paling tajam yakni 0,2% (mt,). Harga juga turun untuk ritel makanan dan alkohol, ritel mobil, pakaian, alas kaki, dan aksesori, grosir bahan kimia, serta pinjaman real estate perumahan.

Secara tahunan, PPI yang melanda ke 3,2% ini adalah yang terendah dalam tiga bulan terakhir. Laju PPI di bawah ekspektasi pasar yakni 3,3%.

Sementara itu, laju PPI inti (mtm) tercatat kontraksi 0,1%yang menjadi koreksi pertama dalam tujuh bulan. Secara tahunan, PPI inti juga melandai ke 3,4% atau terendah dalam empat bulan terakhir.

Melandainya PPI ini semakin menegaskan kekhawatiran investor mengenai memburuknya ekonomi AS.

Klaim pengangguran di Amerika Serikat turun sebanyak 2.000 menjadi 220.000 pada minggu pertama Maret, terendah dalam tiga minggu. Angka ini juga lebih rendah dari ekspektasi pasar yang memperkirakan angka ini akan naik menjadi 225.000, tetap berada pada level rendah secara historis di awal bulan. 

Musim Dividen Dimulai

Beberapa emiten di Bursa Efek Indonesia (BEI) sebentar lagi akan membagikan dividen dari laba tahun buku 2024, bersamaan dengan momentum pembagian Tagihan Hari Raya (THR).
Sederet emiten ini rata-rata sudah memberikan kisi-kisi atau usulan terkait dividen yang akan dibagikan. Diantaranya ada PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) PT Astra International Tbk (ASII) dan PT XL Axiata Tbk (EXCL).

Dari enam emiten itu, BBCA yang paling awal sudah memutuskan kebijakan dividen pada RUPSnya. Hasilnya, bank swasta terbesar di RI itu akan membagikan dividen tunai sebanyak Rp300 per lembar, angka ini naik 11,1% dibandingkan tahun sebelumnya

Namun, perlu dicatat bahwa dividen final itu sudah termasuk dari dividen interim yang sudah dibagikan Desember 2024 lalu sebesar Rp50 per lembar. Jadi, sisa yang akan dibagikan bulan ini hanya sebesar Rp250 per lembar.
PT Astra International Tbk. (ASII) berencana akan membagikan dividen dari tahun buku 2024 sebesar Rp 308 per saham.

Sementara itu, beberapa di antaranya telah memberikan sinyal dividen jumbo. Direktur Utama BRI Sunarso mengatakan bahwa rasio pembagian dividen tahun buku 2024 bank pelat merah itu diharapkan berada di kisaran 80% hingga 85%.

Menurutnya, BRI memiliki permodalan yang sangat lebih dari cukup untuk membagikan dividen jumbo. Posisi rasio kecukupan modal (CAR) bank di level 26%.

Terpisah, Direktur Utama BNI Royke Tumilaar memperkirakan rasio pembagian dividen dari laba tahun buku 2024 akan berada pada rentang 55% hingga 60%.

Persentase itu lebih tinggi jika dibandingkan realisasi rasio dividen tahun 2023 sebesar 50% dari total laba bersih atau senilai Rp10,45 triliun. Namun, Royke juga menegaskan bahwa keputusan akhir terkait besaran dividen berada di meja RUPS.

Direktur Keuangan dan Strategi Bank Mandiri Sigit Prastowo mengatakan bahwa dividend payout ratio atau rasio dividen dalam 5 tahun terakhir dijaga pada level 60%. "Ini sesuai arahan Kementerian BUMN sebagai pemegang saham utama," katanya.

Pada kesempatan berbeda, Direktur Utama Bank Mandiri Darmawan Junaidi juga mengatakan bahwa setidaknya rasio dividen dari laba tahun buku 2024 akan serupa dengan dividen laba tahun buku 2023. "Nggak ada perubahan. Kinerja Mandiri bagus, jadi paling tidak sama dengan tahun lalu untuk rasionya," ujarnya.

Adapula, PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BBTN) mengungkapkan rencana untuk membagikan dividen Tahun Buku 2024 pada 2025, dengan perkiraan dividend payout ratio berada di kisaran 20%-25% dari total laba.

Berikut sejumlah agenda ekonomi di dalam negeri pada hari ini:

* Kemlu RI mengundang rekan media untuk hadir dalam konferensi pers Rencana Pembangunan Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) Indonesia di Kota Gaza di Lantai 2 Kantin Diplomasi, Kemlu RI, Jakarta Pusat (16.00 WIB)

* BSI Santunan 4.444 Anak Yatim di Assembly Hall, JCC, Senayan, Jakarta Pusat. Turut hadir Menteri Agama, Menteri Sosial, dan Direktur Utama BSI (16.00 WIB)

* Opening Ceremony BINA Diskon: Lebaran 2025 di Lippo Mall Nusantara, Jakarta Selatan. Turut hadir Menko Perekonomian, Mendag, dan Menpaa (09.30 WIB)

• -

Berikut sejumlah indikator perekonomian nasional:

Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan ²©²ÊÍøÕ¾ Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.

²©²ÊÍøÕ¾ INDONESIA RESEARCH

[email protected]

Pages

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular