Musim Dividen Tiba, Semoga Bisa Redam Efek Amukan Trump & Defisit APBN

Dari Amerika Serikat (AS), turbulensi di Wall Street terus berlanjut. Pada perdagangan Kamis atau Jumat dini hari waktu Indonesia, bursa Wall Street kompak kebakaran.
Indeks Dow Jones melemah 537,36 poin, atau 1,30%, dan berakhir di 40.813,57. Indeks S&P 500 anjlok 1,39%, ditutup di angka 5.521,52 sementara indeks Nasdaq merosot 1,96% dan ditutup di angka 17.303,01.
Anjloknya Wall street dipicu meningkatnya ketegangan perdagangan, terutama dengan ancaman tarif yang dibuat oleh Presiden Donald Trump.
S&P 500, Dow Jones, dan Nasdaq semuanya mengalami penurunan yang cukup besar, memasuki koreksi atau hampir mencapai pasar yang sangat bearish.
Penurunan pasar yang semakin tajam ini tampaknya disebabkan oleh kekhawatiran tentang kebijakan perdagangan Trump yang tidak dapat diprediksi dan ketidakpastian yang ditimbulkan terhadap kepercayaan perusahaan dan konsumen.
Ketegangan terbaru adalah ancaman tarif 200% pada produk alkohol dari Uni Eropa, termasuk anggur dan sampanye.
Meskipun Trump menganggap ini sebagai keuntungan bagi bisnis anggur dan sampanye AS, dampak lebih luas dari retorika perdagangannya terus membebani sentimen investor.
Meskipun ada beberapa data inflasi yang menggembirakan, seperti indeks harga produsen yang tidak berubah pada Februari, fokus pasar tetap pada implikasi jangka panjang dari masalah perdagangan ini. Investor merasa tidak pasti bagaimana hal tersebut dapat mempengaruhi stabilitas ekonomi dan kebijakan bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed).
(saw/saw)