²©²ÊÍøÕ¾

Newsletter

Awan Gelap Bayangi Ekonomi RI, Beban IHSG - Rupiah Makin Berat

Tasya Natalia, ²©²ÊÍøÕ¾
18 March 2025 06:20
'Kiamat' di Mana-mana, Dunia Gelap Tahun Depan Sungguh Nyata
Foto: ²©²ÊÍøÕ¾/Muhammad Luthfi Rahman
  • Pasar keuangan RI masih diguncang ke zona merah, IHSG tembus ke bawah 6500, rupiah melemah lagi, dan obligasi dilego investor.

  • Wall Street kompak menghijau menjelang rapat The Fed

  • Sentimen pasar hari ini masih akan dipenuhi sikap wait and see pasar seiring dengan hari pertama RDG BI dimulai dan akan ada lelang surat utang negara (SUN)

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Pasar keuangan Tanah Air pada sepanjang perdagangan Senin kemarin (17/3/2025) terpantau masih terjerembab di zona merah. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan rupiah melemah sementara imbal hasil Surat Berharga Negara (SBN) dijual investor.

Pasar keuangan Indonesia diperkirakan masih akan volatile pada hari ini karena investor masih menunggu data-data penting pekan ini. Selengkapnya mengenai sentimenÌýpasar hari ini bisa dibaca pada halaman 3 artikel ini.

Pada perdagangan kemarin, Senin (17/3/2025) IHSG berakhir koreksi 0,67% atau 43,68 poin ke posisi 6.471,95.

Depresiasi tersebut menandai tiga hari perdagangan beruntun, IHSG terus berada di zona pelemahan.

Nilai perdagangan pada kemarin terbilang sepi, hanya mencapai Rp9,72 triliun dengan total saham yang ditransaksikan mencapai 19,86 miliar lembar dan frekuensi sebanyak 1,08 juta kali. Adapun 306 saham menguat, 279 melemah, sementara sisanya 219 saham tidak bergerak.

Saham PT DCI Indonesia Tbk (DCII) menjadi penekan paling besar indeks kemarin mencapai 47,76 indeks poin, seiring dengan harga saham-nya yang turun turun 19,99% menyentuh batas bawah atau auto rejection bawah (ARB) ke Rp144.750 per lembar.

Investor asing masih mencatatkan net sell sebesar Rp 885, 84 miliar.

Laggard IHSG juga diseret oleh saham EBT milik Prajogo Pangestu, PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) sebanyak 11,65 poin dan saham-saham big banks, diantaranya PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) 9,76 poin, PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) 5,36 poin, dan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) 3,66 poin.

Beralih ke nilai tukar rupiah, pada perdagangan kemarin juga terpantau kembali koreksi.

Merujuk data Refinitiv, mata uang Garuda pada penutupan kemarin bertengger di posisi Rp16.395/US$, melemah 0,31% dalam sehari.

Pelemahan rupiah itu seiring dengan tekanan indeks dolar Amerika Serikat (AS) atau DXY yang menguat tipis 0,02% ke posisi 103,75.


Pelemahan rupiah dan IHSG masih ditengarai ketidakpastian dalam lingkup ekonomi makro.


Secara eksternal, tantangan masih datang dari kekhawatiran terhadap efek tarif Trump yang belum terukur dan bisa memicu perang dagang, sementara dari internal masih ada ketidakpastian politik dan daya beli yang lemah.

ÌýAdapun pada kemarin pergerakan pasar dipengaruhi hasil neraca dagang RI yang kembali surplus, tetapi nilainya lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya dan utang luar negeri (ULN) yang meningkat.

Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan neraca perdagangan Indonesia mengalami surplus neraca perdagangan pada Februari 2025. Surplus kedua pada 2025 ini mencapai US$ 3,12 miliar, dipicu oleh nilai ekspor sebesar US$ 21,98 miliar, sementara impor mencapai US$ 18,86 miliar.

Sementara itu, data ULN Indonesia pada Januari 2025 tercatat sebesar 427,5 miliar dolar AS atau Rp 7.002 triliun. Jumlah ini tumbuh 5,1% secara tahunan (year-on-year/yoy). Angka ini meningkat dibandingkan dengan pertumbuhan pada Desember 2024 yang sebesar 4,2% (yoy).

Beralih ke pasar obligasi, pada kemarin terpantau masih dilego investor asing.

Mengutip data Refinitiv, yield obligasi acuan tenor 10 tahun merangkak naik lagi, nyaris 7%. Ini menandai kenaikan selama enam hari beruntun.

Sebagai catatan, yield obligasi itu bergerak berlawanan arah dengan harga. Jadi, ketika yield naik terus, maka harga turun yang menunjukkan investor terus jualan.

Dari bursa Amerika Serikat (AS), tiga indeks utama di bursa Wall Street kembali menghijau pada perdagangan Senin waktu AS atau Selasa dini hari waktu Indonesia.

Indeks S&P 500 melonjak 0,65% untuk ditutup di 5.675,12, sementara Nasdaq Composite menguat 0,31% untuk ditutup di 17.808,66. Indeks Dow Jones Industrial Average meroket 353,44 poin, atau 0,85%, ke 41.841,63.

Kenaikan saham ini melanjutkan tren pemulihan setelah empat minggu bursa turun tajam di Wall Street karena dipicu kebijakan tarif Presiden Donald Trump dan menurunnya kepercayaan konsumen.

"Kami berada dalam rally jangka pendek yang berlawanan dengan tren," kata Sam Stovall, kepala strategi investasi di CFRA Research, kepada ²©²ÊÍøÕ¾ International.

Dia menambahkan indeks masih akan menguat ke depan.

Salah satu sentimen positif pasar datangg dari laporan penjualan ritel Februari yang lebih baik dari perkiraan . Ini membuat investor lega.

Penjualan ritel juga meningkat 0,2% pada bulan tersebut, lebih rendah dari estimasi Dow Jones yang memperkirakan kenaikan 0,6%. Namun, jika tidak memperhitungkan mobil, kenaikannya adalah 0,3%, yang sesuai dengan ekspektasi para ekonom.

S&P 500 sebelumnya ditutup dalam wilayah koreksi pada Kamis, turun lebih dari 10% dari rekor tertingginya pada akhir Februari. Indeks ini kemudian melesat 2% pada hari Jumat karena investor memburu saham teknologi yang terpuruk.

Meskipun ada lonjakan pada Jumat, pekan kemarin menjadi minggu yang berat bagi Wall Street. Dow mencatatkan penurunan mingguan terbesar sejak 2023. Nasdaq Composite tetap berada di wilayah koreksi, dengan penurunan 11% dari rekor tertingginya pada penutupan Senin.

Investor khawatir mengikuti perkembangan kebijakan tarif Trump yang berubah-ubah dengan cepat, bersama dengan upaya pemotongan biaya agresif dari departemen DOGE milik Elon Musk, yang telah membuat pasar terombang-ambing dan meningkatkan kekhawatiran tentang kepercayaan perusahaan dan konsumen.

Pernyataan dari pemerintahan bahwa memburuknya data-data ekonomi dan kebijakan perdagangan global juga turut membebani pasar.

"Saya sudah 35 tahun bekerja di bisnis investasi, dan saya bisa memberitahu Anda bahwa koreksi itu sehat. Itu normal," kata Menteri Keuangan Scott Bessent pada hari Minggu dalam acara "Meet the Press" di NBC.

"Apa yang tidak sehat adalah jika pasar terus naik lurus, sehingga terjadi pasar yang euforia. Itulah yang menyebabkan krisis keuangan. Akan jauh lebih sehat jika seseorang menekan rem pada tahun 2006 atau 2007. Kami tidak akan memiliki masalah di 2008." Imbuhnya.

Bessent, yang sebelumnya mengatakan bahwa periode "detoks" mungkin diperlukan untuk mengalihkan pengeluaran pemerintah ke pengeluaran swasta. Dia menambahkan bahwa tidak ada "jaminan" bahwa resesi akan bisa dihindari.

"Detoksifikasi AS melalui efisiensi, deregulasi, dan perdagangan mungkin berarti lebih banyak penderitaan di pasar sebelum ada kenaikan PDB yang terlihat," tulis Derek Harris, strategi portofolio di Bank of America Securities, dalam catatan akhir pekannya.

Pergerakan pasar keuangan Tanah Air pada hari ini Selasa (18/3/2025) akan cenderung wait and see sejumlah data dari internal, terutama hari ini akan menjadi hari pertama dari serangkaian Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) yang berlangsung selama dua hari dan akan ada lelang Surat Utang Negara (SUN).

Sementara dari eksternal tidak terlalu banyak data, tetapi bank sentral di berbagai negara seperti Inggris dan Amerika Serikat (AS) akan bersamaan memulai rangkaian hari pertama rapat Federal Open Market Coommittee (FOMC) dari bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed)Ìý untuk menentukan suku bunga acuan.

Berikut rincian sentimen yang akan berpengaruh pada perdagangan pasar hari ini :

Neraca Dagang Surplus Lagi, Tapi Impor Konsumsi Turun

Pada kemarin Badan Pusat Statistik (BPS) merilis hasil neraca dagang sepanjang Februari 2025.

Neraca perdagangan Indonesia tercatat surplus US$ 3,12 miliar pada Februari 2025, menandai neraca perdagangan Indonesia mencetak rekor surplus 58 bulan berturut-turut.

Surplus neraca perdagangan terjadi karena ekspor lebih besar daripada impor. BPS mencatata ekspor Indonesia pada Februari sebesar US$ 21,98 miliar atau naik 2,58% dibanding bulan sebelumnya.

Sementara, impor Indonesia tercatat sebesar US$ 18,86 miliar atau naik 5,18% dibanding Januari 2025.

Namun, perlu dicatat pada angka impor itu terkhusus di impor konsumsi mengalami penyusutan sebulan sebelum Ramadan tiba. Hal ini tentu cukup mengejutkan karena secara historis impor biasanya melonjak jelang Ramadhan karena kebutuhan yang meningkat.

BPS mencatat angka impor mengalami kenaikan dari US$17,94 miliar (Januari 2025) menjadi US$18,86 miliar (Februari 2025), tetapi barang konsumsi justru mengalami penurunan dari US$1,64 miliar (Januari 2025) menjadi US$1,47 miliar (Februari 2025).

Apabila dilihat secara month on month (mom) dan year on year (yoy), angka impor barang konsumsi terpantau menurun masing-masing sebesar 10,61% dan 20,97%.

BPS mencatat bahwa secara year on year/yoy, penurunan nilai impor barang konsumsi lebih besar lagi, yakni mencapai 21,05%.

Berdasarkan pantauan ²©²ÊÍøÕ¾ Research, impor barang konsumsi dan barang modal cenderung mengalami kenaikan satu bulan sebelum Ramadan.

Dengan impor barang konsumsi menurun, artinya jumlah barang yang dibeli dari luar negeri untuk kebutuhan langsung masyarakat mengalami penurunan. Hal ini bisa terjadi karena beberapa alasan dan memiliki berbagai dampak terhadap ekonomi, salah satunya lemahnya daya beli masyarakat.

Pelemahan belanja masyarakat di Indonesia khususnya untuk kalangan bawah nampak terus tertekan. Terlebih, ini terjadi menjelang momen Ramadan.

Data Mandiri Spending Index (MSI) menunjukkan bahwa nilai belanja masyarakat terjadi perlambatan di satu minggu menjelang Ramadan yakni ke 236,2.

Pola ini merupakan anomali karena tidak terjadi di tahun-tahun sebelumnya. Mandiri Spending Index (MSI) yang menurun jelang Ramadhan terakhir kali terjadi pada Maret 2020 atau lima tahun yang lalu dengan nilai 58.

Untuk diketahui, pada Maret 2020 merupakan awal pandemi Covid-19 yang menyebabkan terjadinya perlambatan konsumsi belanja masyarakat.ÌýSecara historis, Ramadan merupakan puncak konsumsi masyarakat Indonesia. Konsumsi juga biasanya sudah melonjak sebelum Ramadan terutama untuk kebutuhan makanan dan minuman. Ramadan tahun ini jatuh pada 1 Maret 2025.

Hari Pertama Rapat Bank Sentral Dimulai

Bank Indonesia (BI) pada hari ini menggelar Rapat Dewan Gubernur (RDG) hari pertama.

Rapat tersebut diselenggarakan selama dua hari dan pada Rabu besok akan diumumkan kebijakan moneter terkini, serta mencermati bagaimana pandangan BI soal kondisi ekonomi terkini dan langkah-langkah untuk stabilisasi nilai tukar rupiah.

Sebagian analis memperkirakan BI akan memangkas suku bunga untuk mendongkrak pertumbuhan sementara sebagian menilai BI akan menahan BI rate untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah.

Bersamaan dengan BI, beberapa bank sentral di beberapa negara juga menggelar rapat untuk menentukan suku bunga acuan. Diantaranya ada Bank of England (bank sentral Inggris) bersamaan merilis perkembangan pasar tenaga kerja.

Selain itu, bank sentral Amerika Serikat (AS) atau The Federal Reserve juga memulai rangkaian rapat untuk menentukan kebijakan moneter terbaru-nya.

Khusus suku bunga acuan AS, pasar memproyeksikanÌýmasih akan ditahan pada pertemuan pekan ini. Berdasarkan CME Fed Watch tool, prospek suku bunga ditahan sudah mencapai persentaseÌý99%.

Probabilitas suku bunga the Fed di tahan pada pertemuan 19 Maret 2025Foto: CME FedWatch Tool
Probabilitas suku bunga the Fed di tahan pada pertemuan 19 Maret 2025

Lelang SUN

Pada hari ini, pemerintah akan menggelar lelang Surat Utang Negara (SUN) dengan target indikatif sebesar Rp26 triliun.

Berdasarkan keterangan resmi Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan (Kemenkeu) RI, lelang SUN akan dilaksanakan mulai pukul 09.00 WIB hingga 11.00 WIB dengan setelmen pada 20 Maret 2025.

Sebagai catatan, penawaran investor yang masuk dalam lelang surat utang negara (SUN) pada dua pekan sebelumnya, Selasa (4/3/2025) mengalami penurunan menjadi Rp75,78 triliun dengan nilai yang dimenangkan sebesar Rp30 triliun.
Nilai incoming bids itu lebih rendah dari lelang SUN pada 18 Februari 2025 yang mencapai Rp84 triliun atau level tertinggi penawaran yang masuk dalam lelang SUN sepanjang tahun berjalan 2025.

Lelang SUN kali ini cukup menjadi perhatian karena selama beberapa hari terakhir yield obligasi acuan RI terus merangkak naik dan ini akan menjadi lelang pertama setelah laporan APBN periode Februari anjlok signifikan.

Sebagai catatan saja, defisit APBN awal tahun ini menjadi yang pertama kali terjadi lagi sejak 2021.

Kami nilai pemerintah akan menyerap surat utang cukup banyak dan menawarkan yield tinggi meskipun masih banyak tantangan ekonomi saat ini, mengingat penerimaan pajak yang rendah dan kekhawatiran defisit bisa melebar.

Prospek THRÌýPotensi Jadi Booster EkonomiÌý

Masuk pekan ketiga Maret semakin mendekati tenggat waktu pembayaran Tunjangan Hari Raya (THR). Pemerintah bahkan sudah mulai mencairkan THR bagi aparatur sipil negara (ASN) sejak Senin kemarin.

THRÌýbiasanya akan menjadi booster bagi konsumsi masyarakat menjelang lebaran. Biasanya, barang-barang prioritas seperti konsumsi, baju lebaran, sampaiÌý tiket untuk mudik menjadi prioritas untuk dibeli lebih dulu.Ìý

Kami melihat beberapa sektor yang diuntungkan seperti transportasi, consumer staples, termasuk CPO dan Poultry, serta sektor retail.Ìý

Adapun, terkait aturan tenggat waktu pembayaran THR.ÌýPemerintah melalui Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker) telah mengeluarkan Surat Edaran (SE) mengenai Pelaksanaan Pemberian Tunjangan Hari Raya (THR) Tahun 2025 untuk pekerja di sektor swasta, BUMN, dan BUMD.Ìý

Kewajiban perusahaan untuk mencairkan THR paling lambat 7 hari sebelum hari raya keagamaan. THR harus dibayarkan secara penuh dan tidak boleh dicicil. Dengan demikian, para pekerja diharapkan sudah siap menyambut hari raya tanpa harus khawatir soal pembayaran yang tertunda.

"THR wajib dibayarkan paling lambat 7 hari sebelum hari raya keagamaan. THR harus dibayar penuh, tidak boleh dicicil. Saya minta sekali lagi, agar perusahaan memberikan perhatian terhadap ketentuan ini," ujar Menteri Ketenagakerjaan,ÌýYassierli dalam Konferensi Pers di kantornya, Selasa (11/3/2025).

Mayoritas Ahli Sepakat Ekonomi RI Suram

Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Indonesia (UI) merilis Economic Experts Survey, pada Senin (17/3/2025).
Survei independen yang dilakukan oleh LPEM FEB UI bertujuan untuk menangkap wawasan para ahli mengenai lanskap ekonomi Indonesia, memperkuat komitmen institusi ini terhadap diskusi kebijakan yang berbasis informasi dan pengembangan masa depan negara.

Dari hasil survei ini, LPEM mencatat mayoritas ahli, yaitu 23 ahli dari 42 ahli atau 55% responden, setuju bahwa kondisi ekonomi saat ini telah memburuk dibandingkan dengan tiga bulan yang lalu.

"Tujuh ahli bahkan menganggap situasi ini jauh lebih buruk, sementara 11 ahli menganggapnya stagnan, dan hanya satu ahli yang melihatnya lebih baik. Dengan interval kepercayaan rata-rata sebesar 7,71 poin, hasil survei ini menunjukkan pandangan yang umumnya pesimis terhadap kondisi ekonomi Indonesia, menurut para ahli ekonomi," tulis LPEM UI dalam laporannya, dikutip Senin (17/3/2025).

Lebih lanjut, 23 responden tersebut juga memperkirakan pertumbuhan ekonomi pada periode berikutnya akan lebih rendah dari angka terkini, meskipun tidak ada responden yang menganggap kontraksi akan jauh lebih kuat ke depannya.

Sementara lebih dari seperempat responden memperkirakan perubahan yang tidak signifikan, minoritas yang terdiri dari 6 ahli atau pakar memperkirakan masih ada pertumbuhan pada periode berikutnya.

Berikut sejumlah agenda dan rilis data yang terjadwal untuk hari ini:

  • Hari pertama Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI)

  • Lelang Surat Utang Negara (SUN)

  • The Fed memulai rangkaian dua hari FOMC untuk memutuskan bunga acuan

  • Konferensi pers peluncuran MudikPedia 2025 yang akan dilaksanakan di Ruang Media Center Kementerian Komdigi, Jakarta Pusat. Turut hadir Menkomdigi (09.30 WIB)

  • Launching ASUS ROG Phone 9 Series di CINEPOLIS CINEMA, Senayan Park Mall, Jakarta Pusat (13.00 WIB)

  • Konferensi pers persiapan Idulfitri yang akan diisi oleh Tekom Indonesia di Media Center Kementerian BUMN, Jakarta Pusat. Narasumber: Direktur Utama PT Telkom Indonesia, Direktur Network & IT Solutions PT Telkom Indonesia, dan Direktur Utama Telkomsel (10.00 WIB)

  • Rapat Dengar Pendapat Komisi VI DPR dengan Direktur Utama PT Rajawali Nusantara Indonesia (Persero) di ruang rapat Komisi VI DPR, Senayan, Jakarta Pusat.

  • ²©²ÊÍøÕ¾ menggelar Mining Forum: Industri Tambang di Tengah Target Pertumbuhan Ekonomi 8% dan Gejolak Dunia dengan narasumber antara lain Wakil Menteri Investasi & Hilirisasi/Wakil Kepala BKPM, Sekretaris Jenderal Kementerian ESDM, Ketua Komisi XII DPR, Deputi Kemenko Perekonomian, dan perwakilan perusahaan pertambangan

Berikut sejumlah agenda emiten di dalam negeri pada hari ini:

  • Hari terakhir penawaran tender offerÌýCNKOÌý
  • RUPS PMJS, CMPP, FASW, CNKO, dan HATM
  • Public Expose HATMÌý

Berikut untuk indikator ekonomi RI :

Ìý

²©²ÊÍøÕ¾ INDONESIA RESEARCH

Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan ²©²ÊÍøÕ¾ Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.

Pages

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular