
Internasional
Bukan Babi Mutan, China Ciptakan Babi Monyet
Wangi Sinintya Mangkuto, ²©²ÊÍøÕ¾
10 December 2019 12:38

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾- Ada-ada saja hal yang dilakukan peneliti di China. Kali ini, melalui persilangan genetik, China membuat dua anak babi yang di dalam tubuhnya terkandung DNA monyet.
Dalam laporan itu, babi-babi yang dilahirkan memiliki campuran genetik monyet cynomolgus di jantung, hati, limpa, kulit, dan paru-paru mereka. Para ilmuwan yang terlibat dalam percobaan ini mengatakan mereka menggunakan lebih dari 4.000 embrio untuk menghasilkan dua anak babi ini.
"Tujuan percobaan ini juga sebagai cara untuk menumbuhkan organ manusia pada hewan saat prosedur transplantasi dilakukan," tulis Times Now News mengutip para ilmuan.
Cara kerja percobaan yaitu sel induk monyet ditanam. Kemudian disuntikkan ke dalam embrio babi lima hari setelah pembuahan untuk menghasilkan protein fluoresen (molekul khusus untuk menyerap cahaya).
Percobaan tersebut memang telah menarik banyak perhatian. Namun, beberapa ilmuwan serta kelompok sains menyebut bahwa cara China itu tidak etis.
"Bagi kita untuk mulai memanipulasi fungsi kehidupan dengan cara seperti ini, tanpa sepenuhnya tahu cara mematikannya atau menghentikannya jika terjadi kesalahan, benar-benar membuat saya takut," kata ahli ilmu saraf Douglas Munoz dari Queen's University di Kingston.
Terlepas dari peringatan dari komunitas ilmiah lain, percobaan di China tetap terus berlanjut. Di Juli para ilmuwan China mengusulkan untuk membuat monyet dengan otak yang sebagian berasal dari manusia untuk mempelajari penyakit seperti Alzheimer.
Meskipun anak babi pada awalnya terlihat normal, namun dalam kurun waktu satu minggu kemudian mereka mati. Para ilmuwan China berpendapat bahwa ada masalah dengan proses in vitro fertilisation (IVF) yang menyebabkan kematian dua anak babi itu.
China bukan satu-satunya negara yang melakukan penelitian ini. Pada Januari 2017 embrio hibrida babi dan manusia diciptakan di Salk Institute di San Diego, AS. Namun sayangnya, embrio itu hanya bertahan selama 28 hari dan mati.
Sebelumnya, karena krisis babi di China, pemerintah mengembangkan babi mutan. Babi super ini diharapkan dapat lebih kuat melawan penyakit dan bisa tumbuh lebih cepat. Selain itu, babi-babi ini diharapkan bisa mengurangi impor dari negara lain.
Mengutip laporan South China Morning Post (SCMP), terdapat beberapa peternakan besar (megafarm) di pinggiran Beijing. Di tempat itu puluhan babi merah muda dan hitam diawasi dengan ketat selama beberapa tahun terakhir.
(sef/sef) Next Article Dituding Lakukan Suap, Petinggi Weibo China Ditahan!
Dalam laporan itu, babi-babi yang dilahirkan memiliki campuran genetik monyet cynomolgus di jantung, hati, limpa, kulit, dan paru-paru mereka. Para ilmuwan yang terlibat dalam percobaan ini mengatakan mereka menggunakan lebih dari 4.000 embrio untuk menghasilkan dua anak babi ini.
"Tujuan percobaan ini juga sebagai cara untuk menumbuhkan organ manusia pada hewan saat prosedur transplantasi dilakukan," tulis Times Now News mengutip para ilmuan.
Percobaan tersebut memang telah menarik banyak perhatian. Namun, beberapa ilmuwan serta kelompok sains menyebut bahwa cara China itu tidak etis.
"Bagi kita untuk mulai memanipulasi fungsi kehidupan dengan cara seperti ini, tanpa sepenuhnya tahu cara mematikannya atau menghentikannya jika terjadi kesalahan, benar-benar membuat saya takut," kata ahli ilmu saraf Douglas Munoz dari Queen's University di Kingston.
Terlepas dari peringatan dari komunitas ilmiah lain, percobaan di China tetap terus berlanjut. Di Juli para ilmuwan China mengusulkan untuk membuat monyet dengan otak yang sebagian berasal dari manusia untuk mempelajari penyakit seperti Alzheimer.
Meskipun anak babi pada awalnya terlihat normal, namun dalam kurun waktu satu minggu kemudian mereka mati. Para ilmuwan China berpendapat bahwa ada masalah dengan proses in vitro fertilisation (IVF) yang menyebabkan kematian dua anak babi itu.
China bukan satu-satunya negara yang melakukan penelitian ini. Pada Januari 2017 embrio hibrida babi dan manusia diciptakan di Salk Institute di San Diego, AS. Namun sayangnya, embrio itu hanya bertahan selama 28 hari dan mati.
Sebelumnya, karena krisis babi di China, pemerintah mengembangkan babi mutan. Babi super ini diharapkan dapat lebih kuat melawan penyakit dan bisa tumbuh lebih cepat. Selain itu, babi-babi ini diharapkan bisa mengurangi impor dari negara lain.
Mengutip laporan South China Morning Post (SCMP), terdapat beberapa peternakan besar (megafarm) di pinggiran Beijing. Di tempat itu puluhan babi merah muda dan hitam diawasi dengan ketat selama beberapa tahun terakhir.
(sef/sef) Next Article Dituding Lakukan Suap, Petinggi Weibo China Ditahan!
Most Popular