
Awas, Semua Lagi Susah Banyak yang Tipu-tipu Investasi Bodong

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Layanan investasi bodong alias ilegal ternyata masih membanjiri Indonesia sampai saat ini. Menurut Ekonom Indef, Bhima Yudhistira, hal ini karena masyarakat tergiur mendapatkan keuntungan yang tinggi apalagi saat masa pendapatan yang sedang menurun.
"Iming-iming keuntungan yang tidak normal itu masih laku di Indonesia. Model nya juga makin variatif karena sekarang ada penawaran investasi bodong lewat sosial media," kata Bhima kepada ²©²ÊÍøÕ¾, Senin (25/1/2021).
Selain itu juga literasi keuangan juga jadi masalah dalam investasi bodong ini. Bhima menyebutkan dari pengguna aktif internet Indonesia 175 juta orang baru 38% yang terliterasi.
Alasan yang sama juga disebutkan Direktur Riset CORE Indonesia Piter Abdullah. Dia menuturkan literasi itu juga menyebabkan penipuan dan korban investasi bodong masih ada.
"Literasi rendah ditambah lagi kondisi masyarakat yang 'greedy', 'yang ingin untung cepat'. Karakteristik masyarakat kita juga," ungkapnya.
Menurutnya para korban itu bukan hanya yang tidak tahu namun ada keinginan untuk mendapatkan sesuatu secara cepat dan mudah.
Sementara itu Bhima menyebutkan untuk meyakini calon korban, para layanan investasi bodong juga mencatut nama tokoh terkenal. Masalah lainnya dia menyebutkan karena OJK dianggap lamban merespon adanya investasi di dunia maya.
"Jangan tunggu ada korban baru bergerak, ini kalau ada platform saham abal-abal, asuransi, penawaran investasi misalnya tidak Berizin ya langsung dibekukan," kata Bhima.
Cara Menghindari Investasi Bodong
Bhima juga membagikan cara agar tak terjerat layanan ilegal tersebut. Pertama adalah rajin untuk mencari informasi soal legalitas dan lisensi perusahaan serta produk investasi yang ditawarkan.
"Jangan ragu tanya ke OJK melalui Hotline yang disediakan," kata dia.
Bhima menambahkan masyarakat perlu curiga jika ada layanan investasi dengan keuntungan di atas normal. Selain itu bila ada influnecer atau artis yang melakukan promosi layanan tertentu juga patut ditelusuri.
Dia mencontohkan untuk mencari motif atau apakah tokoh tersebut dibayar oleh pihak tertentu. Selain itu juga cari manajemen resiko dari layanan investasi tersebut.
"Investasi bodong biasanya tidak menyampaikan risiko secara transparan di awal. Padahal semua investasi ada resikonya. Kalau ada yang tawarkan kaya cepat tapi tidak diberi tahu resiko uang hilang kalau rugi itu jelas tanda investasi bodong," jelas Bhima.
(roy/roy) Next Article Rp 92 T Dana Masyarakat 'Dimakan Jin', Kok Bisa Sih?