²©²ÊÍøÕ¾

Menristek Bongkar Perkembangan Vaksin Made in RI

Novina Putri Bestari, ²©²ÊÍøÕ¾
13 April 2021 19:11
Menteri Riset dan Teknologi ( Menristek) Bambang Brodjonegoro (²©²ÊÍøÕ¾/Andrean Kristianto)
Foto: Menteri Riset dan Teknologi ( Menristek) Bambang Brodjonegoro (²©²ÊÍøÕ¾/Andrean Kristianto)

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Indonesia diketahui sedang mengembangkan vaksin Merah Putih. Dari enam lembaga dan universitas yang ikut, dua diantaranya Eijkman dan Universitas Airlangga diketahui memiliki perkembangan paling cepat.

Eijkman menggunakan sub unit protein rekombinan. Rencananya dengan ekspresi ragi akan dikirimkan bibit vaksinnya ke Biofarma pada Mei mendatang.

"Yang ekspresi mamalia, bibit vaksinnya sudah siap. Tetapi Biofarma belum siap untuk menangani. Sehingga kami fokus untuk ekspresi yeast yang diperkirakan bibit vaksin diberikan ke Biofarma sekitar bulan Mei. Mudah-mudahan bisa terpenuhi," kata Menteri Riset dan Teknologi, Bambang Brodjonegoro dalam acara Pengawalan Vaksin Merah Putih oleh Badan POM yang disiarkan oleh kanal Badan POM, Selasa (13/4/2021).

Sementara itu Universitas Airlangga menggunakan platform inactivated virus dan sudah memiliki mitra PT Biotis Pharmaceuticals. Sekarang Biotis sedang mengurus ijin CPOB padan Badan POM.

Dia mengatakan kehadiran manufaktur lain di luar Biofarma untuk mengurangi ketergantungan pada Biofarma. Menurutnya produksi dalam jumlah besar bisa menjadi masalah lain.

"Kalau imunisasi nasional masih mungkin, level pandemi ingin menjadikan kemandirian vaksin butuh tambahan industri," jelasnya.

Ada sejumlah manufaktur yang siap untuk ikut serta. Selain Biotis, menurut Bambang ada juga Tempo Scan dan Kalbe Farma.

Selain Eijkman dan Universitas Airlangga, masih ada empat lembaga dan perguruan tinggi yang ikut pengembangan vaksin Merah Putih. Salah satunya LIPI dengan menggunakan protein rekombenan.

Adapula ITB dengan protein rekombenan dan adenovirus. UI menggunakan DNA dan mRNA serta UGM dengan sub unit rekombinan.

Bambang beralasan platform vaksin yang berbeda digunakan agar Indonesia bisa menguasainya. Sebab di kemudian hari tidak ada yang tahu jenis apa yang akan datang nantinya.

"Karena tentunya dalam pengembangan vaksin, teknologi vaksin saat ini Indonesia harus bisa menguasai berbagai macam platform yang ada. Terutama platform yang dianggap sebagai suatu kemajuan teknologi contohnya DNA dan mRNA," jelasnya.


(roy/roy) Next Article Dimulai 12 Januari 2022, Segini Prediksi Harga Vaksin Booster

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular