²©²ÊÍøÕ¾

Menkes Soal Dokter RS Vertikal: Sibuk Praktik, Lupa Meneliti

Muhammad Iqbal, ²©²ÊÍøÕ¾
11 October 2021 11:10
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin (kiri) berbincang dengan tenaga kesehatan di Trans Studio Mall Cibubur, Jawa Barat, Senin (28/6/2021). CT Corp bekerja sama dengan Kementerian Kesehatan dan melibatkan RS Pusat Otak Nasional akan mengadakan program vaksinasi yang terbuka untuk semua KTP Indonesia di 10 lokasi jaringan usaha CT Corp di Jabodetabek. Program ini adalah bentuk CT Corp peduli keselamatan dan kesehatan masyarakat Indonesia.  (²©²ÊÍøÕ¾/ Tri Susilo)
Foto: Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin (kanan) (²©²ÊÍøÕ¾/Tri Susilo)

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menginginkan semua RS vertikal atau RS milik pemerintah menjadi rujukan Asia Tenggara lantaran layanan medis yang extraordinary. Hal itu dibuktikan dengan banyak hasil riset kerja sama yang dilakukan itu berkelas internasional.

"Jadi saya berharap RS-RS vertikal bukan hanya sibuk mengurusi BPJS kemudian dokter-dokternya sibuk di luar, yang kerja hanya dokter residen dan yang bekerja di sana, repot melayani nasabah BPJS tapi lupa melakukan penelitian-penelitian, masuk ke jurnal-jurnal internasional, bekerja sama dengan peneliti-peneliti luar negeri supaya bisa mengangkat nama dari RS-RS vertikal kita," ujar BGS, sapaan akrab Budi Gunadi Sadikin, saat melantik sejumlah pejabat pimpinan tinggi pratama (eselon II) di lingkungan Kementerian Kesehatan, Senin (11/10/2021).

Dalam kesempatan itu, turut dilantik Ketua Perhimpunan Dokter Paru Indonesia dr. Agus Dwi Susanto sebagai Direktur Utama RSUP Persahabatan dan Kepala Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat Bandung Dr. drg. Maya Marinda Montain, M.Kes sebagai Direktur Perencanaan Organisasi dan Umum RS Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita.



BGS mengaku sudah terpapar jurnal-jurnal penelitian luar negeri. Ia melihat banyak dokter RS di luar negeri yang menulis, berbeda dengan dokter asal Indonesia.

"Hampir tidak ada RS-RS vertikal, dokter-dokter kita di sana, yang masuk ke jurnal-jurnal terkemuka dunia. Ada segelintir tapi untuk populasi sebesar Indonesia, RS sebesar Indonesia, sangat jauh dibandingkan Singapura yang penduduknya cuma 5 juta banyak sekali artikel-artikel jurnal internasional yang ditulis oleh dokter-dokter Singapura dibandingkan yang ditulis oleh dokter-dokter kita," kata BGS.

Untuk itu, dia menekankan, kewajiban para direksi untuk memastikan dokter tidak hanya sibuk praktik tapi juga melakukan penelitian. Tujuannya agar bisa meningkatkan kualitas dan pengembangan layanan medis dari RS-RS vertikal.

"Jadi harapan saya apa? Harapan saya lebih sering melihat di jurnal-jurnal internasional terkemuka ada nama-nama dokter-dokter RS vertikal. Kalau saya sering melihat bahwa dokter-dokter dari RS hebat di luar negeri yang datang untuk bekerja sama dengan RS vertikal, itu artinya cita-cita saya yang kedua sudah terpenuhi," ujar BGS.


(miq/roy) Next Article Menkes Bicara Health Tech, Dari Big Data Hingga Terapi Gen

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular