²©²ÊÍøÕ¾

Riset AS: Vaksin Pfizer Efektif Cegah Sakit Berat Pada Remaja

Rahajeng Kusumo Hastuti, ²©²ÊÍøÕ¾
20 October 2021 15:30
FILE PHOTO: A vial labelled with the Pfizer-BioNTech coronavirus disease (COVID-19) vaccine is seen in this illustration picture taken March 19, 2021. REUTERS/Dado Ruvic/Illustration/File Photo
Foto: Vaksinasi Covid-19 Pfizer-BioNTech (REUTERS/Dado Ruvic)

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat (AS) menyebutkan, vaksin Covid-19 keluaran Pfizer/BioNTech disebutkan 93% efektif dalam mencegahsakit berat karena Covid-19. Disebutkan vaksin ini mencegah terjadinya pasien harus melakukan rawat inap, terutama mereka yang berusia 12-18 tahun.

Dilansir dari The Strait Times, Penelitian dilakukan antara Juni dan September, ketika varian Delta yang sangat menular mendominasi penularan. Namun, data dari 19 rumah sakit anak menunjukkan bahwa di antara 179 pasien yang dirawat di rumah sakit karena Covid-19, sebanyak 97% tidak divaksinasi. Hal ini pun memberikan jaminan kemanjuran vaksin.

Dari jumlah yang diteliti sekitar 16% pasien yang dirawat di rumah sakit dengan Covid-19 yang cukup parah, dan membutuhkan alat bantu pun belum divaksinasi.

Laporan CDC didasarkan pada uji coba yang dilakukan oleh perusahaan dalam kelompok usia ini yang menunjukkan respons kekebalan yang tinggi terhadap virus, tetapi tidak dirancang untuk menunjukkan kemanjuran terhadap rawat inap.

Vaksin Pfizer/BioNTech diizinkan untuk anak-anak berusia 12 tahun, dan saat ini perusahaan mencari izin untuk digunakan pada mereka yang berusia lima tahun.

Para ahli meminta Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) diharapkan untuk mempertimbangkan data tentang anak-anak akhir bulan ini.

"Apalagi data CDC memperkuat pentingnya vaksinasi untuk melindungi pemuda AS dari Covid-19 yang parah," kata penulis penelitian, dikutip Rabu (20/10/2021).

Sebelumnya, FDA berencana mengizinkan penggunaan dosis penguat vaksin Covid-19 dengan merek yang berbeda dengan yang digunakan sebelumnya.

Mengutip Straits Times, langkah ini diambil setelah melihat antibodi penerima dosis tunggal Johnson & Johnson (J&J) yang menerima booster Moderna meningkat 76 kali dalam 15 hari. Hal ini mendorong agar penerima vaksin dapat diberi dosis penguat yang berbeda.

"Jika Anda melihat datanya, sepertinya lebih baik," kata Dr Paul Offit, direktur Pusat Pendidikan Vaksin di Rumah Sakit Anak Philadelphia. "Saya pikir kita harus bergerak cepat karena ini sudah terjadi."


(roy/roy) Next Article Top! 1,5 Juta Vaksin Pfizer & 450 Ribu AstraZenaca Tiba di RI

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular