²©²ÊÍøÕ¾

Investor hingga Konglomerat Bicara Biang Kerok PHK Startup

Intan Rakhmayanti Dewi, ²©²ÊÍøÕ¾
19 July 2022 08:15
Suasana program akselerator startup Y Combinator di Silicon Valley
Foto: dok Y Combinator

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Sejumlah perusahaan teknologi kompak melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) karyawan.

Hal ini terjadi pada perusahaan rintisan global, hingga dalam negeri. Seperti Robinhood yang memangkas 300 karyawan, Netflix juga melakukan PHK 150 pegawai, Cameo memangkas 87 pegawainya.

Sementara itu, di dalam negeri dilaporkan tiga perusahaan yang melakukan efisiensi seperti Zenius, Link Aja, hingga JD.ID.

Lalu sebenarnya apa yang terjadi dengan dunia startup saat ini?

Menurut Managing Plug and Play Indonesia Wesley Harjono, secara global, terjadi penyesuaian kembali atau readjustment dari sisi valuasi market terhadap perusahaan teknologi secara umum di era pasca-pandemi seperti saat ini.

Di perusahaan teknologi publik, ini mengakibatkan banyak investor menarik investasi mereka. Sementara di dunia startup mengakibatkan appetite investasi berkurang.

"Sehingga startup yang sebagian besar masih bertumpu dari dana hasil fundraising harus melakukan efisiensi yang akhirnya dapat mengakibatkan layoff [PHK]," ungkapnya kepada ²©²ÊÍøÕ¾.

Di sisi lain, Bendahara Asosiasi Modal Ventura untuk Startup Indonesia (Amvesindo) sekaligus Managing Partner Ideosource Venture Capital, Edward Ismawan Chamdani, mengaku tak kaget melihat startup mulai memilih strategi efisiensi lewat PHK karyawan.

Namun, menurutnya keputusan seperti ini merupakan hal yang biasa terjadi. Kejadian ini juga menjadi dampak dari keputusan bisnis yang belum tepat.

"Saya enggak bilang salah, tapi keputusan bisnis dalam arti apakah bisnis modelnya belum tepat atau target market-nya masih salah, atau ada value change yang mereka fokusnya terlalu lebar," ujar Edward kepada ²©²ÊÍøÕ¾.

Di sisi lain, pengusaha nasional Hary Tanoesoedibjo, kondisi sekarang menandakan akhir dari masa keemasan startup.

Hary Tanoesoedibjo/dok MNCFoto: Hary Tanoesoedibjo/dok MNC

"The golden days of startup are already over [hari keemasan startup sudah berakhir]," kata Hary Tanoe melalui akun Instragram pribadinya.

Menurut dia, gaya bisnis startup yang mengedepankan pertumbuhan dengan arus kas negatif tidak akan bisa bertahan. Pada akhirnya, bisnis yang sehat harus punya arus kas yang positif.

Dia menyorot model bisnis startup yang sepenuhnya bergantung kepada dana investor. Modal mereka kemudian dihabiskan untuk segala bentuk promosi dan pemasaran demi menggaet pengguna, yang dikenal dengan "bakar duit".

Bagi Hary Tanoe, bisnis tidak bisa terus-terusan berharap suntikan modal baru terus datang untuk mendanai ekspansi mereka. Subsidi ke konsumen, hanya merupakan cara untuk meningkatkan penguasaan pasar, yang kemudian menjadi fondasi bisnis yang sehat.


(dem) Next Article Hary Tanoe: Tsunami PHK Tanda Akhir Masa Emas Startup

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular