
Penghasilan Driver Ojol Kerja 12 Jam Sampai Rp 8 Juta/Bulan?

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Kebijakan kenaikan tarif yang diterapkan beberapa waktu lalu ternyata tak berdampak signifikan kepada para pengemudi ojek online (ojol). Salah satu penyebabnya adalah di saat bersamaan harga BBM juga mengalami kenaikan.
Ini membuat pendapatan mereka tidak bisa menutup biaya operasional yang dikeluarkan. Sebelumnya, Ketua Serikat Pekerja Angkutan Indonesia (SPAI) Lily Pujiati memberikan contoh dengan uang Rp 25 ribu para driver bisa membawa sisanya untuk pulang.
Namun yang terjadi hari ini berbeda. "Dulu ngisi sekitar Rp 25 ribu ada selisih, ya kita ada sisa ya yang dibawa pulang, Rp 30 ribu Rp 25 ribu. Kekuatan driver kan pasti ngisi-nya pasti Rp 20 ribu- Rp 25 ribu," ujar Lily saat dihubungi ²©²ÊÍøÕ¾, pekan lalu.
"Nah sekarang, teman-teman driver itu, aku sendiri contohnya, ngisi 40 ribu itu pun kita pulang belum tentu dapat bersih 40 ribu".
Menurutnya, pengemudi ojol tidak menginginkan seperti Bantuan Langsung Tunai (BLT). Tapi mereka ingin adanya penurunan harga BBM.
"Apa yang dijanjikan pemerintah seperti BLT, mana janji pemerintah BLT, kita tidak menginginkan BLT dan sebagainya, turunkan saja BBM. Karena BLT itu cara membaginya juga ngga ngerti bagaimana kan kita ga tau mekanismenya," ungkapnya.
Sebagai informasi, kebanyakan driver yang bergabung dengan SPAI menjadikan profesi ini sebagai pekerjaan utama. Mereka rata-rata bekerja selama 12-13 jam per hari.
Sementara itu lamanya bekerja para pengemudi dapat membahayakan keselamatan pengemudi ojol. "Waktu operasi pengemudi ojek belum memperhatikan aspek kelelahan yang akan berpengaruh terhadap keselamatan," kata Akademisi Prodi Teknik Sipil Unika Soegijapranata dan Ketua Bidang Advokasi dan Kemasyarakatan MTI Pusat Djoko Setijowarno.
Djoko menjelaskan pendapatan rata-rata pengemudi saat ini kurang dari Rp 3,5 juta per bulan. Jumlahnya belum sesuai dengan janji aplikator pada 2016 yang mencapai Rp 8 juta per bulan.
"Sulit rasanya menjadikan profesi pengemudi ojol menjadi sandaran hidup. Pasalnya, aplikator tidak membatasi jumlah pengemudi, menyebabkan ketidakseimbangan supply dan demand." kata Djoko.
Next Article Pendapatan Driver Ojol Tak Seindah Dulu, Ini Penyebabnya