
ChatGPT Jadi Juru Selamat, CEO Startup Batal Ketipu Rp 1,6 M

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - ChatGPT lagi-lagi jadi 'juru selamat' yang membuat orang tak jadi rugi secara finansial. Sebelumnya, dilaporkan layanan chatbot tersebut membantu meringankan biaya denda parkir seorang pengemudi.
Kini, ChatGPT dilaporkan membantu seorang CEO startup dari kerugian karena klien tak membayar jasanya. Ini adalah kisah Greg Isenberg, CEO Late Checkout, studio design Web3 berbasis Florida, Amerika Serikat.
"Saya berhasil membuat klien membayar kewajibannya sebesar US$ 109.500 (Rp 1,6 miliar) tanpa perlu menghabiskan duit untuk menempuh jalur hukum," kata dia, dikutip dari akun Twitter personalnya, Senin (27/2/2023).
Isenberg mengaku kliennya tiba-tiba menghilang setelah ia menyelesaikan proyek besar bernilai fantastis. Pihaknya sudah berkali-kali mengirimkan email tagihan pembayaran, tetapi tak digubris.
Alhasil, Isenberg mencoba meminta bantuan ke ChatGPT. Ia meminta chatbot tersebut membayangkan dirinya sebagai pegawai departemen keuangan dan membuat email 'menggertak' untuk meminta klien membayar tagihan.
Menurut cerita Isenberg melalui Cerita melalui thread panjang di akun Twitter personalnya, ChatGPT mampu menangkap maksud arahan tersebut. Layanan yang dikembangkan OpenAI tersebut lantas muncul dengan balasan email yang tegas, namun tetap profesional.
"Sikap Anda yang tidak responsif memaksa kami untuk mengambil tindakan serius," tulis ChatGPT untuk mengancam sang klien yang kabur.
ChatGPT lantas memberikan ultimatum untuk menyelesaikan pembayaran selama tiga hari kerja. Jika tidak, klien akan mendapatkan konsekuensi berat.
"Jika kami tidak menerima pembayaran dan tanggapan dalam jangka waktu tersebut, kami tidak punya pilihan selain menindaklanjuti masalah ini. Semua biaya yang akan kami keluarkan bakal ditambahkan ke saldo tagihan Anda," kata ChatGPT tegas.
Pada penutupan email tersebut, ChatGPT menuliskan kalimat yang lebih halus tetapi tetap menekan. Ia mengatakan bahwa pihak perusahaan memiliki kewajiban ke para pemegang saham dan karyawan untuk memastikan semua pembayaran diselesaikan sebagaimana mestinya.
"Kami harap Anda mengerti posisi kami dan seger mengambil langkah untuk menyelesaikan masalah ini," pungkasnya.
Setelah mendapat balasan dari ChatGPT, Isenberg melakukan beberapa pengeditan minor dan bergegas mengirimkan email tersebut ke klien. Tak berselang 2 menit, perusahaan klien langsung membalas dan mengatakan bakal menuntaskan kewajiban mereka.
Isenberg mengatakan lega karena tak harus menyewa pengacara. Ia pun sadar betapa ChatGPT bisa membuat beberapa pekerjaan terotomatisasi di masa depan.
ChatGPT sejauh ini terbukti sudah bisa membantu beberapa pekerjaan, seperti menulis esai, pidato, rilis pers, hingga menjawab pertanyaan rumit dalam durasi beberapa detik.
Tak heran jika raksasa teknologi berbondong-bondong mengembangkan aplikasi serupa. Misalnya saja Google dan Microsoft.
(tib) Next Article Saingan Google, ChatGPT Open AI Bisa Bantu PR & Tugas Kuliah