²©²ÊÍøÕ¾

Korsel Mulai Merapat ke Xi Jinping, Kecam Joe Biden Soal Chip

Redaksi, ²©²ÊÍøÕ¾
07 August 2023 17:00
US President Joe Biden (R) and China's President Xi Jinping (L) meet on the sidelines of the G20 Summit in Nusa Dua on the Indonesian resort island of Bali on November 14, 2022. (Photo by SAUL LOEB / AFP)
Foto: AFP/SAUL LOEB

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Ketegangan antara Amerika Serikat (AS) dan China disoroti pemangku kebijakan di Korea Selatan (Korsel). Tak lain adalah Yang Hyang-ja, anggota legislatif berpengaruh sekaligus mantan eksekutif Samsung.

Yang mengecam intervensi dari pemerintahan Joe Biden ke industri semikonduktor global. Menurut dia, langkah AS meminta pembatasan ekspor untuk alat manufaktur chip ke China berisiko merusak hubungan antar negara-negara di Asia.

Sebagai informasi, AS meminta Jepang dan Belanda untuk berhenti memasok alat pembuat chip ke China. Selain itu, AS juga meminta Korsel untuk tak mengganti peran Micron Technology di China pasca diblokir Xi Jinping.

"Jika Washington terus berupaya menghukum negara lain dan mengimplementasikan kebijakan 'America First' dengan perilaku yang semena-mena, tak menutup kemungkinan akan banyak negara yang bersekutu melawan AS," kata dia dalam interview dengan Financial Times, dikutip Senin (7/8/2023).

Yang tak menampik bahwa AS adalah negara terkuat di dunia. Namun, ia mengatakan posisi itu seharusnya membuat Amerika lebih bijak dalam bertindak.

"Menggunakan kekuatan sebagai senjata bukan hal yang pantas dilakukan," kata Yang.

Sebagai informasi, AS juga memberikan kompensasi bagi produsen chip non-China untuk mengembangkan produksi semikonduktor di negaranya. Imbalannya, AS mewajibkan negara-negara itu untuk melakukan pembatasan investasi di China.

"Jika AS terus-terusan menghukum China, maka China akan makin gencar mengembangkan teknologinya. China akan menyediakan lebih banyak dukungan nasional untuk mencapai tujuannya. Kemudian, ini akan menciptakan krisis ke Korsel, mengingat China memiliki talenta dan bahan mentah yang berlimpah," Yang menjelaskan.

Diketahui, China mulai bereaksi ke kebijakan AS dengan melakukan pembatasan ekspor dua bahan mentah berharga, gallium dan germanium. Keduanya adalah komponen penting untuk memproduksi chip.

Yang mengatakan bahwa talenta pembuat chip di Korea Selatan masih kurang, sebab mereka tak diperlakukan sebagaimana mestinya.

"Di Taiwan, teknisi mendapat perlakuan lebih baik ketimbang pengacara dan hakim. Di Korea, mereka tak diperlakukan sebaik itu," ujarnya.

Hal ini berdampak pada bursa tenaga kerja di Korea Selatan. Bibit-bibit terbaik di Korsel bercita-cita menjadi dokter atau praktisi obat-obatan. Jarang yang mau jadi engineer.

"[Padahal] hanya teknologi yang bisa membebaskan kita [Korsel] dari kemelut geopolitik ini," Yang memungkasi.


(fab/fab) Next Article Perang Chip, Joe Biden Utus Anak Buah Menghadap Xi Jinping

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular