
Astronom Pelajari Hubungan Erat Mars dan Bumi, Bersiap Dampak Kiamat

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Sekelompok ahli mengungkapkan bahwa ada hubungan erat antara perputaran planet Mars dengan lautan yang ada di Bumi.
Dalam siklus kosmik yang terjadi setiap 2,4 juta tahun, tarikan gravitasi Mars menggeser jalur Bumi mengelilingi Matahari. Fenomena ini membuat iklim di Bumi tambah hangat dan meningkatkan sirkulasi di dalam laut.
Penemuan ini diungkap dalam sebuah studi baru yang diterbitkan di jurnal Nature Communications.
"Dampak siklus Mars terhadap iklim Bumi mirip dengan efek kupu-kupu," kata salah satu penulis studi sekaligus ahli geofisika di Universitas Sydney Dietmar Müller, dikutip ²©²ÊÍøÕ¾Ìý»å²¹°ù¾± Smithsonianmag, Kamis (22/3/2024).
Dia mengakui posisi Planet Merah terlalu jauh untuk memberikan dampak gravitasi yang sangat besar terhadap dunia manusia. Namun ada begitu banyak catatan yang dapat memperkuat perubahan kecil sekalipun.
Dengan meneliti catatan sedimen laut selama 65 juta tahun, para peneliti menganalisis sejarah perilaku arus laut di Bumi. Mereka mengambil sampel menggunakan hampir 300 inti bor, yang mendokumentasikan bagaimana perilaku arus ini dari waktu ke waktu.
Pecahnya sedimentasi menunjukkan adanya arus laut dalam yang deras. Sementara itu, sedimentasi yang terus menerus menunjukkan kondisi yang lebih tenang.
Tim peneliti menemukan kekuatan arus ini bertambah dan berkurang selama siklus 2,4 juta tahun yang dikenal sebagai "siklus besar astronomi."
Mereka kemudian membandingkan fluktuasi ini dengan peristiwa astronomi, para peneliti menemukan hubungan yang tidak terduga di mana setiap siklus terjadi bersamaan dengan catatan interaksi gravitasi antara Bumi dan Mars.
"Kami terkejut menemukan siklus 2,4 juta tahun ini dalam data sedimen laut dalam kami," ujar Adriana Dutkiewicz, penulis utama studi dan ahli sedimentologi di Universitas Sydney.
"Hanya ada satu cara untuk menjelaskannya yaitu mereka terkait dengan siklus interaksi Mars dan Bumi yang mengorbit Matahari," jelasnya lebih lanjut.
Saat kedua planet memetakan jalur orbitnya, medan gravitasi keduanya berinteraksi dalam proses yang disebut resonansi. Pertukaran kosmik ini mengubah orbit Bumi mengelilingi Matahari, dan membuat seberapa dekat planet ini dengan energi matahari.
Selama periode dengan paparan radiasi Matahari yang lebih besar, Bumi mengalami iklim yang lebih hangat. Dengan iklim yang lebih hangat ini, jumlah arus laut yang kuat meningkat.
Para peneliti menggambarkan arus yang juga disebut pusaran air, sebagai "pusaran air raksasa" yang sering kali membentang hingga ke dasar laut jurang dan mengikis area tersebut sehingga menyebabkan akumulasi sedimen dalam jumlah besar di dinding yang mirip tumpukan salju.
Siklus iklim alami yang disebabkan oleh gravitasi ini memang tidak berpengaruh atas pemanasan global yang cepat saat ini, yang mana merupakan akibat dari emisi gas rumah kaca yang berlebihan.
Namun, mempelajari respons pusaran air terhadap iklim yang lebih hangat dalam jangka waktu yang lama dapat memberikan para ilmuwan pengetahuan penting tentang bagaimana "kiamat" perubahan iklim memengaruhi sirkulasi laut.
Jika pemanasan global yang disebabkan oleh aktivitas manusia terus berlanjut seperti saat ini, efek ini akan membuat semua proses lainnya menjadi kerdil dalam jangka waktu yang lama.
"Tetapi catatan geografis masih memberikan kita wawasan berharga tentang bagaimana lautan merspons Bumi yang lebih hangat." terang Müller.
(dem/dem) Next Article Jangan Lupa Tanda Kiamat Makin Dekat Terlihat di Daun
