²©²ÊÍøÕ¾

Liverpool Cs Bakal Tekor Rp 13 T Lebih, Kenapa Ya?

Hidayat Setiaji, ²©²ÊÍøÕ¾
23 September 2020 12:43
Sadio Mane ( REUTERS/Phil Noble)
Penyerang Liverpool Sadio Mane ( REUTERS/Phil Noble)

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covod-19) tidak henti-hentinya membawa kabar buruk. Eropa, kawasan yang sempat relatif tenang, kini bergejolak kembali karena lonjakan jumlah pasien pengidap virus yang awalnya menyebar di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Republik Rakyat China tersebut.

Saat masa-masa awal pandemi, Eropa adalah zona merah. Kemudian berbagai negara menerapkan langkah ekstrem yaitu karantina wilayah (lockdown). Perbatasan antar-negara ditutup, aktivitas publik sangat dibatasi, warga diminta (bahkan diperintahkan) untuk #dirumahaja.

Lockdown membuat penyebaran virus corona melambat. Bahkan negara seperti Jerman sempat mendeklarasikan 'kemenangan' melawan virus corona.

Kemudian 'keran' aktivitas masyarakat perlahan dibuka kembali. Berbagai kegiatan yang awalnya dilarang mulai diizinkan lagi, misalnya pertandingan olahraga.

Pada pertengahan Juni, kompetisi liga sepakbola papan atas Benua Biru dihelat lagi, Musim 2019/2020 yang sempat 'hibernasi' selama tiga bulan akhirnya mampu dilanjutkan.

Namun, seperti halnya aktivitas lain, pertandingan sepakbola juga harus tunduk kepada protokol kesehatan untuk mempersempit ruang gerak penyebaran virus corona. Aturan yang paling mencolok adalah pertandingan dilaksanakan di stadion tanpa penonton. Stadion yang biasanya begitu hidup, meriah, penuh emosi, berubah menjadi sepi, landai, bak tanpa nyawa.

Sepakbola tanpa penonton di stadion tidak hanya kehilangan separuh nyawa, tetapi juga berdampak secara finansial. Matchday revenue (pemasukan dari pertandingan di stadion) adalah salah satu pos penting yang menentukan kehidupan klub. Tidak ada penonton berarti pemasukan dari tiket adalah nol, nihil.

"Mungkin ada pandangan bahwa klub Liga Primer Inggris secara ekonomi bisa bertahan dalam kondisi apa pun. Namun ketika Anda kehilangan GBP 700 juta (sekira Rp 13,2 triliun dengan kurs saat ini), maka tentu akan menyulitkan," tegas Richard Masters, CEO Liga Primer, dalam wawancara dengan BBC.

Didorong oleh hasrat mengembalikan gairah sepakbola dan bertahan hidup secara ekonomi, Liga Primer mendorong agar penonton boleh kembali menyaksikan pertandingan di stadion pada bulan depan. Tidak perlu sampai stadion terisi penuh, sebagian dulu saja. Bertahap.

"Satu pertandingan Liga Primer rata-rata menimbulkan aktivitas ekonomi sekitar GBP 20 juta (Rp 377,9 miliar) di level lokal dan nasional. Jadi kita harus berperan dalam pemulihan ekonomi. Oleh karena itu, kembali ke situasi normal menjadi sangat penting meski tantangannya begitu berat. Risiko ekonomi begitu nyata, dan kita harus punya rencana untuk mengatasinya," lanjut Masters.

Akan tetapi, rencana untuk mengembalikan suporter ke 'habitatnya' di stadion mulai Oktober sepertinya sangat sulit (kalau tidak mau dibilang mustahil). Kemarin, Perdana Menteri Inggris Boris Johnson mengumumkan pemerintah memperketat kebijakan pembatasan sosial (social distancing) seiring lonjakan kasus corona.

Berdasarkan data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), jumlah pasien positif corona di Inggris per 21 September 2020 adalah 394.261 orang. Bertambah 3.899 orang (1%) dibandingkan hari sebelumnya.

Dalam 14 hari terakhir (8-21 September), rata-rata laju penambahan pasien baru adalah 0,91% per hari. Melonjak dibandingkan 14 hari sebelumnya yaitu 0,46%.

"Virus kembali menyebar dalam kecepatan eksponensial. Jumlah infeksi meningkat, pasien di rumah sakit membludak," kata Johnson dalam pengumuman yang disiarkan secara nasional di Inggris.

Selama enam bulan ke depan, Johnson memerintahkan bar dan restoran tutup lebih awal, tidak boleh melayani makan-minum di tempat. Warga sebisa mungkin bekerja dari rumah. Warga yang terpaksa keluar rumah wajib memakai masker, pelanggar akan dikenakan denda GBP 200 (Rp 3,8 juta).

Kemudian acara resepsi pernikahan hanya boleh dihadiri oleh maksimal 15 orang. Pertandingan olahraga yang dilangsungkan di tempat tertutup wajib mematuhi aturan rule of six (larangan berkumpul lebih dari enam orang). Terakhir, rencana untuk mengizinkan penonton datang ke stadion ditunda.

"(Mengizinkan penonton ke stadion) bukan dibatalkan, kami hanya perlu mengkaji lebih dalam. Kita harus menyadari bahwa penyebaran virus telah membatasi kemampuan untuk menggelar ajang olahraga besar," kata Johnson, seperti dikutip dari Sky Sports.

So, sepertinya klub-klub Liga Primer harus siap-siap tekor Rp 13 triliun lebih. Mengutip BBC, tidak hanya klub Liga Primer, klub English Football League (EFL) yang berkompetisi di Divisi Championship, League One, dan League Two pun bakal boncos sekitar GBP 200 juta (Rp 3,8 triliun) jika pertandingan musim 2020/2021 sepenuhnya tanpa penonton.

Selain sepakbola, cabang olahraga lain juga akan merasakan dampak serupa. Ralph Rimmer, CEO Rugby Football League, memperkirakan klub rugbi di Inggris kehilangan pemasukan GBP 2 juta (Rp 37,8 miliar) per minggu.

TIM RISET ²©²ÊÍøÕ¾ INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular