վ

Dekati Rp 14.500, Dolar AS Taklukkan Asia

Hidayat Setiaji, վ
02 August 2018 16:48
Dekati Rp 14.500, Dolar AS Taklukkan Asia
Foto: վ/ Andrean Kristianto
Jakarta, վ - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) melemah pada perdagangan hari ini. Bahkan dolar AS tidak jauh dari Rp 14.500.

Pada Kamis (2/8/2018), US$ 1 kala penutupan pasar spot berada di Rp 14.470. Rupiah melemah 0,24% dibandingkan penutupan perdagangan hari sebelumnya.

Kala pembukaan pasar, rupiah stagnan di Rp 14.435/US$. Namun tidak lama setelah pembukaan, rupiah terus melemah. Bahkan semakin lama depresiasi rupiah kian dalam.

Posisi terkuat rupiah hari ini ada di Rp 14.435/US$. Sementara terlemahnya sempat menyentuh Rp 14.475/US$.



Tidak hanya rupiah, berbagai mata uang Asia pun tidak berdaya di hadapan dolar AS. Bahkan won Korea Selatan melemah nyaris 1%. Meskipun melemah 0,24%, rupiah ternyata masih lumayan 'beruntung' karena mata uang lainnya banyak yang melemah lebih dalam.

Berikut perkembangan nilai tukar mata uang utama Asia terhadap greenback pada pukul 16:11 WIB, mengutip Reuters:



Dolar AS masih menginjak pedal gas dalam-dalam. Pada pukul 16:17 WIB, Dollar Index (yang mengukur posisi greenback di hadapan enam mata uang utama) menguat 0,32%.

Dalam sepekan terakhir, indeks ini menguat 0,19%. Sementara selama sebulan terakhir, penguatannya adalah 0,27% dan tiga bulan ke belakang sudag menguat 2,72%. Sejak awal tahun, Dollar Index melesat 7,06%.



Setidaknya ada dua alasan penguatan dolar AS hari ini. Pertama adalah hasil The Federal Reserve/The Fed. Jerome Powell dan sejawat memang menahan suku bunga acuan di 1,75-2%. Namun ada pernyataan yang mengindikasikan optimisme kuat terhadap prospek ekonomi Negeri Paman Sam.

“Pembukaan lapangan kerja begitu besar, angka pengangguran bertahan di tingkat rendah. Konsumsi rumah tangga dan dunia usaha pun tumbuh dengan kuat,” sebut pernyataan The Fed.

Pelaku pasar semakin yakin bahwa The Fed akan menaikkan suku bunga dua kali lagi sampai akhir tahun. Menurut CME Fedwatch, kemungkinan kenaikan Federal Funds Rate pada September mencapai 91,2%. Suku bunga acuan diperkirakan kembali naik pada Desember, dengan probabilitas 64,2%.

Kenaikan suku bunga acuan dilakukan dengan tujuan meredam ekspektasi inflasi. Dengan begitu, AS akan terhindar dari overheating.


Faktor kedua adalah hawa perang dagang yang kembali panas. Reuters melaporkan, seorang sumber mengungkap bahwa Presiden AS Donald Trump akan segera mengumumkan aturan pengenaan bea masuk baru terhadap importasi produk-produk China senilai US$ 200 miliar. Tarifnya bukan lagi 10% seperti rencana awal, tetapi 25%.

Beijing pun merespons dengan nada keras. Geng Shuang, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China, menilai langkah AS sebagai upaya pemerasan. China pun siap membalas jika AS betul-betul memberlakukan bea masuk baru bagi produk-produk asal Negeri Tirai Bambu.

Perang dagang adalah sebuah isu besar yang bisa mempengaruhi prospek perekonomian dunia. Ketika perdagangan dunia bermasalah akibat saling proteksi, maka pertumbuhan ekonomi terancam.

Oleh karena itu, investor pun sukses dibuat mundur teratur dari instrumen-instrumen berisiko di negara berkembang. Investor memilih bermain aman dan masuk ke aset-aset aman (safe haven). Ini menjadi alasan mengapa yen Jepang masih mampu menguat, karena status mata uang Negeri Matahari terbit sebagai salah satu safe haven selain franc Swiss dan emas.

Dolar AS juga menjadi pilihan karena mata uang ini dalam kadar tertentu relatif aman. Aliran dana pun masuk ke instrumen-instrumen berbasis greenback.

Pada pukul 16:33 WIB, imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS tenor acuan 10 tahun berada 2,9896%. Turun dibandingkan posisi penutupan sebelumnya yaitu 3,003%. Penurunan yield pertanda harga tengah naik, menunjukkan tingginya minat terhadap obligasi AS.

The Fed dan perang dagang sukses melambungkan dolar AS. Greenback menjadi raja di Asia dan menindas mata uang Benua Kuning, termasuk rupiah.

TIM RISET վ INDONESIA


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular