²©²ÊÍøÕ¾

Internasional

JPMorgan Perkirakan Ekonomi AS Melambat di Bawah 2%

Wangi Sinintya Mangkuto, ²©²ÊÍøÕ¾
21 November 2018 12:47
Para ekonom JPMorgan memperkirakan pertumbuhan ekonomi akan melambat menjadi 1,9% di 2019.
Ilustrasi JPMorgan (Foto: Reuters)
Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Para ekonom JPMorgan memperkirakan pertumbuhan ekonomi akan melambat menjadi 1,9% di 2019.

Mereka mengatakan perlambatan dari lonjakan pertumbuhan 3,1% secara tahunan di kuartal keempat akan terjadi karena kebijakan fiskal, moneter, dan perdagangan kurang mendukung atau lebih membatasi pertumbuhan.

Tetapi, bahkan dengan pertumbuhan yang lebih lambat, upah akan terus meningkat seiring dengan ketatnya pasar tenaga kerja.

"Kami melihat The Fed perlu menerapkan kebijakan penahan pertumbuhan yang moderat, menaikkan [bunga acuan] empat kali menjadi 3,25 hingga 3,50 pada akhir tahun," kata para ekonom tersebut. The Fed saat ini memperkirakan akan ada tiga kenaikan suku bunga tahun depan, dan satu lagi tahun ini, di Desember, dilansir dari ²©²ÊÍøÕ¾ International.


Para ekonom memperkirakan pertumbuhan akan bertahan di atas 2% pada kuartal pertama dan kedua, masing-masing 2,2% dan 2%, sebelum jatuh ke 1,7% pada kuartal ketiga dan 1,5% pada kuartal keempat.

Didorong oleh pemotongan pajak dan stimulus, pertumbuhan ekonomi naik ke 4,2% pada kuartal kedua 2018 dan tumbuh 2,5% pada kuartal keempat, menurut perkiraan JPMorgan.

Para ekonom mengatakan kebijakan moneter yang mendukung pertumbuhan selama satu dekade akan bergerak lebih dekat ke posisi netral, juga kebijakan fiskal akan mendukung perekonomian di 2019 tetapi efeknya lebih rendah dibandingkan 2018.

"Kebijakan perdagangan sejauh ini hanya gangguan kecil, tetapi kami memperkirakan tarif impor akan menjadi hambatan yang lebih nyata pada pertumbuhan pada 2019," tulis mereka.

"Tahun depan, jika bea impor 25% dikenakan terhadap impor dari China, hal itu akan menambah penerimaan pajak lebih dari US$100 miliar, banyak yang akan disalurkan kepada konsumen," kata mereka. Mereka mengharapkan dampaknya diserap melalui penyesuaian mata uang atau di margin produsen Cina dan AS.

Para ekonom memperkirakan pertumbuhan upah akan meningkat seiring dengan pengetatan yang berlanjut di pasar tenaga kerja.

Mereka mengatakan ada potensi untuk menekan margin laba karena beberapa perusahaan berusaha untuk meneruskan beberapa tekanan biaya kepada konsumen.

Inflasi inti harus tumbuh 2,3% dan penurunan harga energi dan dolar yang lebih kuat akan menjaga inflasi harga barang. Tetapi tarif impor dapat menciptakan tekanan inflasi dan berkontribusi 0,2% dari pertumbuhan inflasi yang diharapkan pada tahun 2019.


(prm) Next Article JPMorgan: Ekonomi China Mungkin Melambat, tapi Tidak Berhenti

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular