²©²ÊÍøÕ¾

Dolar AS Merana, Rupiah Perkasa, Tapi Jangan Terlena

Hidayat Setiaji, ²©²ÊÍøÕ¾
09 January 2019 09:48
Dolar AS Merana, Rupiah Perkasa, Tapi Jangan Terlena
Ilustrasi Rupiah dan Dolar AS (²©²ÊÍøÕ¾/ Andrean Kristianto)
Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Dolar Amerika Serikat (AS), sesuai perkiraan, limbung pada awal tahun ini. Sikap (stance) The Federal Reserve/The Fed yang mengarah ke dovish begitu membebani mata uang Negeri Paman Sam.Ìý

Pada Rabu (9/1/2018) pukul 09:03 WIB, Dollar Index (yang mencerminkan posisi greenback secara relatif terhadap enam mata uang utama dunia) melemah 0,15%. Sejak awal tahun, indeks ini terkoreksi 0,43%.Ìý



Kondisi ini terbalik dengan 2018, di mana dolar AS menjadi raja mata uang dunia. Kala itu, Dollar Index menanjak 4,39%.ÌýKeperkasaan dolar AS pada 2018 ditopang oleh kebijakan moneter The Fed yang begitu agresif.

Sepanjang tahun lalu, Jerome 'Jay' Powell cs menaikkan suku bunga acuan sampai empat kali.
ÌýKenaikan ini bertujuan untuk 'mengerem' laju perekonomian AS agar tidak mengalami overheating.

Akibat stimulus pemotongan tarif Pajak Penghasilan (PPh) yang diinisiasi Presiden AS Donald Trump, ekonomi Negeri Paman Sam tumbuh tinggi karena ekspansi dunia usaha dan rumah tangga.
ÌýNamun tahun ini (sebenarnya sejak akhir tahun lalu), dampak dari stimulus tersebut mulai mereda.

The Fed memperkirakan pertumbuhan ekonomi AS pada kuartal IV-2018 sebesar 2,8% secara kuartalan yang disetahunkan (quarterly annualized). Melambat dibandingkan kuartal sebelumnya yaitu 3,5%.
Ìý

Data-data ekonomi AS pun menjadi kurang meyakinkan. Pada Desember 2018, Purchasing Managers Index (PMI) non-manufaktur AS versi ISM berada di 57,6. Agak jauh dibandingkan bulan sebelumnya yaitu 60,7. Angka Desember menjadi yang terendah dalam 5 bulan terakhir.Ìý

Perkembangan tersebut membuat The Fed berubah arah. Agresivitas pada 2018 kemungkinan besar menurun pada 2019, hal yang langsung oleh Powell.Ìý

"Kami akan sabar memantau perkembangan perekonomian. Kami selalu siap untuk mengubahÌýstanceÌýkebijakan dan mengubahnya secara signifikan," ungkap Powell di depan forum American Economic Association akhir pekan lalu, dikutip dari Reuters.ÌýÌý

Pelaku pasar memperkirakan The Fed akan menaikkan suku bunga acuan dua kali sepanjang 2019, lebih sedikit dibandingkan kenaikan tahun sebelumnya yang mencapai empat kali. Namun dengan data-data ekonomi AS yang melempem, ditambah pernyataan terbaru dari Powell, bisa jadi dosis kenaikan Federal Funds Rate tahun ini dikurangi. Bahkan ada kemungkinan suku bunga acuan diturunkan.ÌýÌý

Maka tidak heran jika dolar AS kehilangan sentuhan magis. Dolar AS menjadi kurang menarik karena minim dukungan kenaikan suku bunga acuan.Ìý


(BERLANJUT KE HALAMAN 2)

Akibatnya, berbagai mata uang dunia berani berbicara banyak di hadapan dolar AS. Salah satunya rupiah, yang mampu menguat tajam terhadap greenback.Ìý

Sejak awal tahun hingga kemarin, rupiah menguat 1,63%. Penguatan rupiah lebih tajam ketimbang mata uang utama Asia lainnya, seperti yen Jepang (0,76%), yuan China (0,34%), dolar Singapura (0,37%), atau ringgit Malaysia (0,34%).Ìý

Pemerintah dan Bank Indonesia (BI) menyambut gembira keperkasaan rupiah pada awal tahun ini. Penguatan rupiah dinilai sebagai bentuk kepercayaan investor terhadap Indonesia.Ìý

"Faktor utama (penguatan rupiah) adalah confidence pasar dan semakin bekerjanya pasar valas dalam negeri," kata Perry Warjiyo, Gubernur BI, akhir pekan lalu.Ìý

"Posisi Indonesia berbeda dengan negara yang selama ini mengalami volatilitas dan vulnerabilitas lebih tinggi. Kita bisa gain atau bisa mendapatkan manfaat dalam bentuk capital flow (arus modal asing)," sebut Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati.Ìý

Harapan dan pujian terhadap rupiah memang wajar. Namun apakah kemudian Indonesia bisa berleha-leha?Ìý

Jawabannya tidak. Sebab apa yang terjadi saat ini menyimpan risiko besar yang harus diwaspadai.Ìý

Pertama, perlambatan ekonomi AS akan menyeret perekonomian global. Maklum, AS adalah perekonomian nomor 1 di planet bumi. Ketika AS sebagai lokomotif memperlambat laju, maka gerbong-gerbong di belakangnya akan ikut melambat.Ìý

Saat ekonomi dunia tidak lagi kencang, maka bisa menyebabkan investor bermain aman. Apabila hasrat investor untuk memburu aset-aset berisiko turun, maka pasar keuangan Indonesia akan terancam. Capital inflow akan berubah menjadi capital outflow.Ìý

Arus modal asing akan berkurang sehingga rupiah minim modal untuk menguat. Ketika itu terjadi, maka bersiaplah rupiah akan berbalik arah.Ìý


Belum lagi rupiah masih menyimpan kerentanan di dalam negeri berupa defisit transaksi berjalan (current account deficit). Perry mengakui bahwa pada kuartal IV-2018 defisit transaksi berjalan masih akan cukup besar yaitu di kisaran 3% dari Produk Domestik Bruto (PDB).Ìý


Transaksi berjalan menggambarkan aliran devisa dari ekspor-impor barang dan jasa, sektor perdagangan. Devisa dari pos ini dinilai lebih mampu menopang mata uang karena sifatnya yang berjangka panjang.

Tidak seperti portofolio di sektor keuangan yang bisa datang dan pergi kapan saja.ÌýDefisit transaksi berjalan berarti pasokan valas dari sektor perdagangan seret cenderung kurang. Artinya, fundamental penopang rupiah menjadi rapuh sehingga rupiah rentan mengalami koreksi.Ìý

Kesimpulannya, Indonesia tidak boleh terlalu lama terlena dengan kelesuan dolar AS yang menyebabkan rupiah perkasa. Sebab ke depan, situasi ini bisa menjadi sumber masalah.


TIM RISET ²©²ÊÍøÕ¾ INDONESIA


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular