
Harga CPO Rontok, Laba LonSum Q1-2019 Anjlok Hingga 66%
Taufan Adharsyah, ²©²ÊÍøÕ¾
30 April 2019 12:34

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾Â Indonesia - Akibat harga komoditas kelapa sawit dan karet yang berjatuhan, laba bersih kuartal I-2019 PT Perusahaan Perkebunan London Sumatera Indonesia Tbk (LSIP) anjlok hingga 66,7% dibanding tahun sebelumnya (year on year/YoY).
Perusahaan hanya mampu mencetak laba bersih sebesar Rp 38,6 miliar sepanjang tiga bulan pertama di tahun 2018. Pada periode yang sama tahun sebelumnya LSIP mampu membukukan laba bersih sebesar Rp 116 miliar.
Padahal secara umum, total penjualan perusahaan pada kuartal I-2019 naik sebesar 6,9% YoY menjadi Rp 927,9 dari yang sebelumnya Rp 868,3 miliar.
Peningkatan penjualan paling besar terjadi pada komoditas minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO), yang mana sebesar 36,5% YoY menjadi sebanyak 109,4 ribu ton.
Hal tersebut hanya mungkin terjadi karena LSIP mampu meningkatkan produksi CPO sebesar 7,8% YoY menjadi 95,8 di kuartal I-2019. Sedangkan peningkatan penjualan komoditas karet cukup terbatas, hanya sebesar 3,2% YoY menjadi 2.319 ton.
Sebagai informasi, hingga kuartal I-2019, kinerja perusahaan masih ditopang oleh produk kelapa sawit dan turunannya yang mencapai 92,6% dari total penjualan. Adapun penjualan karet hanya menyumbang sebesar 5,2%.
Akan tetapi lagi-lagi, karena harga komoditas jualan LSIP anjlok, kenaikan jumlah penjualan menjadi tidak sebanding dengan peningkatan beban pokok penjualan.
Mengacu pada bursa Malaysia Derivatives Exchange, harga rata-rata kotrak CPO berjangka sepanjang kuartal I-2019 turun sebesar 11,8% YoY. Sedangkan harga rata-rata kontrak karet di bursa Tokyo Commodity Exchange (TOCOM) pada periode yang sama juga turun sebesar 3,12%.
Alhasil beban pokok penjualan LSIP sepanjang kuartal I-2019 mencapai Rp 797 miliar atau naik hingga 19,65% YoY dari Rp 666,1 miliar tahun sebelumnya. Laba kotor perusahaan kuartal I-2019 menjadi tinggal Rp 135 miliar atau turun hingga 32,8% YoY.
Tak hanya itu untuk meningkatkan penjualan tentu saja aktifitas operasional juga perlu ditingkatkan. Berdasarkan laporan keuangan LSIP, beban operasional (beban penjualan dan distribusi; beban umum dan administrasi; beban operasi lain) kuartal I-2019 mencapai Rp 117,7 miliar atau naik hingga 43,4% YoY.
Selain itu LSIPÂ kali ini juga tercatat mengalami kerugian sebesar Rp 9,02 miliar akibat adanya selisih kurs mata uang asing. Padahal pada kuartal I-2018 perusahaan mendapatkan keuntungan Rp 6,53 miliar akibat selisih kurs.
Akhirnya, marjin laba bersih (net profit margin/NPM) turun menjadi tinggal 4,1% di kuartal I-2019, dari sebesar 13,3% pada periode yang sama tahun sebelumnya. Membuat rasio laba per lembar saham (earning per share/EPS) perusahaan melorot 64,7%Â YoY.
TIM RISET ²©²ÊÍøÕ¾Â INDONESIA
(taa/taa) Next Article Kinerja Q3 Astra Agro-London Sumatra, Siapa Terbaik?
Perusahaan hanya mampu mencetak laba bersih sebesar Rp 38,6 miliar sepanjang tiga bulan pertama di tahun 2018. Pada periode yang sama tahun sebelumnya LSIP mampu membukukan laba bersih sebesar Rp 116 miliar.
Padahal secara umum, total penjualan perusahaan pada kuartal I-2019 naik sebesar 6,9% YoY menjadi Rp 927,9 dari yang sebelumnya Rp 868,3 miliar.
Hal tersebut hanya mungkin terjadi karena LSIP mampu meningkatkan produksi CPO sebesar 7,8% YoY menjadi 95,8 di kuartal I-2019. Sedangkan peningkatan penjualan komoditas karet cukup terbatas, hanya sebesar 3,2% YoY menjadi 2.319 ton.
Sebagai informasi, hingga kuartal I-2019, kinerja perusahaan masih ditopang oleh produk kelapa sawit dan turunannya yang mencapai 92,6% dari total penjualan. Adapun penjualan karet hanya menyumbang sebesar 5,2%.
Akan tetapi lagi-lagi, karena harga komoditas jualan LSIP anjlok, kenaikan jumlah penjualan menjadi tidak sebanding dengan peningkatan beban pokok penjualan.
Mengacu pada bursa Malaysia Derivatives Exchange, harga rata-rata kotrak CPO berjangka sepanjang kuartal I-2019 turun sebesar 11,8% YoY. Sedangkan harga rata-rata kontrak karet di bursa Tokyo Commodity Exchange (TOCOM) pada periode yang sama juga turun sebesar 3,12%.
Alhasil beban pokok penjualan LSIP sepanjang kuartal I-2019 mencapai Rp 797 miliar atau naik hingga 19,65% YoY dari Rp 666,1 miliar tahun sebelumnya. Laba kotor perusahaan kuartal I-2019 menjadi tinggal Rp 135 miliar atau turun hingga 32,8% YoY.
Tak hanya itu untuk meningkatkan penjualan tentu saja aktifitas operasional juga perlu ditingkatkan. Berdasarkan laporan keuangan LSIP, beban operasional (beban penjualan dan distribusi; beban umum dan administrasi; beban operasi lain) kuartal I-2019 mencapai Rp 117,7 miliar atau naik hingga 43,4% YoY.
Selain itu LSIPÂ kali ini juga tercatat mengalami kerugian sebesar Rp 9,02 miliar akibat adanya selisih kurs mata uang asing. Padahal pada kuartal I-2018 perusahaan mendapatkan keuntungan Rp 6,53 miliar akibat selisih kurs.
Akhirnya, marjin laba bersih (net profit margin/NPM) turun menjadi tinggal 4,1% di kuartal I-2019, dari sebesar 13,3% pada periode yang sama tahun sebelumnya. Membuat rasio laba per lembar saham (earning per share/EPS) perusahaan melorot 64,7%Â YoY.
TIM RISET ²©²ÊÍøÕ¾Â INDONESIA
(taa/taa) Next Article Kinerja Q3 Astra Agro-London Sumatra, Siapa Terbaik?
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular