
Begini Ramalan Buruk Soal Batu Bara & Sawit RI
Chandra Gian Asmara, ²©²ÊÍøÕ¾
24 September 2019 09:01

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Kabar buruk masih menyelimuti harga komoditas ekspor Indonesia. Sebagian besar komoditas ekspor tercatat mengalami penurunan harga yang cukup dalam, hanya karet yang tetap positif
Ketegangan hubungan dagang Amerika Serikat (AS) dan China yang terus berlangsung makin menurunkan volume perdagangan dunia serta menekan harga komoditas.
Indikator perdagangan memperlihatkan adanya perlambatan World Trade Volume (WTV) yang terus berlanjut. Saat ini telah terjadi trade diversion, namun penurunan ekspor akibat berlanjutnya ketegangan hubungan dagang AS-China tetap terjadi.
"Terdapat indikasi Supply Chain Shifting pada negara Asia yang tercermin dari peningkatan ekspor China ke negara- negara ASEAN dan peningkatan ekspor dari negara-negara ASEAN ke AS," tulis Bank Indonesia, dalam laporan Tinjauan Kebijakan Moneter TKM September 2019 yang dikutip Selasa (24/9/2019)
Data bank sentral menunjukkan, penurunan harga batu bara berpotensi lebih dalam akibat tingginya inventory, terutama India dan China dan penurunan permintaan global.
"Harga CPO juga berpotensi turun lebih besar karena perbaikan permintaan yang tidak setinggi perkiraan meski pasokan menurun seiring dengan kekeringan sejumlah wilayah karena El Nino," tulis BI.
Penurunan harga aluminium didorong oleh perbaikan pasokan seiring peningkatan pasokan dari Rusia (Rusal) dan Brazil (Alunorte) setelah embargo terhadap produsen tersebut dicabut.
Selain itu, penurunan harga aluminium juga disebabkan oleh penambahan kapasitas baru refinery aluminium di China.
"Harga komoditas logam lainnya juga masih dalam tren menurun seiring dengan perlambatan ekonomi global dan ketidakpastian pasar keuangan global yang pada gilirannya menyebabkan penurunan harga komoditas."
Lantas, bagaimana perkembangan harga minyak?
Harga minyak kembali berada dalam tren menurun sejak Mei 2019. Pada awal September 2019, harga minyak bahkan sempat menyentuh level 58,4 dolar AS per barrel.
Pasokan minyak global menurun seiring keputusan OPEC untuk memperpanjang oil cuts sebesar 1,2mbpd selama 9 bulan (hingga triwulan I 2020).
Sementara itu, produksi minyak dari AS meningkat namun dengan pace yang lebih rendah seiring dengan lemahnya investasi AS di sektor pertambangan.
Selain itu, pasokan minyak juga menurun akibat peningkatan tensi geopolitik.
Kendati demikian, penurunan pasokan belum dapat mengimbangi permintaan minyak dunia yang turun semakin dalam. Pelemahan aktivitas ekonomi global mendorong penurunan permintaan minyak global.
(hps/hps) Next Article Harga CPO Agak Loyo, Saham Emiten Sawit Mulai Tumbang
Ketegangan hubungan dagang Amerika Serikat (AS) dan China yang terus berlangsung makin menurunkan volume perdagangan dunia serta menekan harga komoditas.
Indikator perdagangan memperlihatkan adanya perlambatan World Trade Volume (WTV) yang terus berlanjut. Saat ini telah terjadi trade diversion, namun penurunan ekspor akibat berlanjutnya ketegangan hubungan dagang AS-China tetap terjadi.
"Terdapat indikasi Supply Chain Shifting pada negara Asia yang tercermin dari peningkatan ekspor China ke negara- negara ASEAN dan peningkatan ekspor dari negara-negara ASEAN ke AS," tulis Bank Indonesia, dalam laporan Tinjauan Kebijakan Moneter TKM September 2019 yang dikutip Selasa (24/9/2019)
"Harga CPO juga berpotensi turun lebih besar karena perbaikan permintaan yang tidak setinggi perkiraan meski pasokan menurun seiring dengan kekeringan sejumlah wilayah karena El Nino," tulis BI.
Penurunan harga aluminium didorong oleh perbaikan pasokan seiring peningkatan pasokan dari Rusia (Rusal) dan Brazil (Alunorte) setelah embargo terhadap produsen tersebut dicabut.
Selain itu, penurunan harga aluminium juga disebabkan oleh penambahan kapasitas baru refinery aluminium di China.
"Harga komoditas logam lainnya juga masih dalam tren menurun seiring dengan perlambatan ekonomi global dan ketidakpastian pasar keuangan global yang pada gilirannya menyebabkan penurunan harga komoditas."
Lantas, bagaimana perkembangan harga minyak?
Harga minyak kembali berada dalam tren menurun sejak Mei 2019. Pada awal September 2019, harga minyak bahkan sempat menyentuh level 58,4 dolar AS per barrel.
Pasokan minyak global menurun seiring keputusan OPEC untuk memperpanjang oil cuts sebesar 1,2mbpd selama 9 bulan (hingga triwulan I 2020).
Sementara itu, produksi minyak dari AS meningkat namun dengan pace yang lebih rendah seiring dengan lemahnya investasi AS di sektor pertambangan.
Selain itu, pasokan minyak juga menurun akibat peningkatan tensi geopolitik.
Kendati demikian, penurunan pasokan belum dapat mengimbangi permintaan minyak dunia yang turun semakin dalam. Pelemahan aktivitas ekonomi global mendorong penurunan permintaan minyak global.
(hps/hps) Next Article Harga CPO Agak Loyo, Saham Emiten Sawit Mulai Tumbang
Most Popular