վ

Bila World War 3 Meletus, Akankah Minyak Tembus US$ 80/Barel?

Anthony Kevin, վ
05 January 2020 12:07
Bila World War 3 Meletus, Akankah Minyak Tembus US$ 80/Barel?
Foto: Ilustrasi: Minyak mengalir keluar dari semburan dari sumur 1859 asli Edwin Drake yang meluncurkan industri perminyakan modern di Museum dan Taman Drake Well di Titusville, Pennsylvania AS, 5 Oktober 2017. REUTERS / Brendan McDermid / File Foto
Jakarta, վ - Harga minyak mentah dunia melejit pada perdagangan terakhir di pekan ini, Jumat (3/1/2020).

Pada perdagangan hari Jumat, harga minyak mentah WTI kontrak acuan menguat hingga 3,06% ke level US$ 63,05/barel, sementara harga minyak brent kontrak acuan terapresiasi 3,55% ke level US$ 68,6/barel.


Kinclongnya kinerja harga minyak mentah dunia pada perdagangan terakhir di pekan ini dipicu oleh memamasnya tensi geopolitik antara AS dengan Iran.

Pada Jumat pagi waktu Indonesia, վ International melaporkan bahwa AS telah menembak mati petinggi pasukan militer Iran. Eskalasi tersebut menandai semakin terpecahnya AS dengan Iran.

Mengutip վ International, Jenderal Qasem Soleimani yang merupakan pemimpin dari Quds Force selaku satuan pasukan khusus yang dimiliki Revolutionary Guards (salah satu bagian dari pasukan bersenjata Iran), dikabarkan tewas dalam serangan udara yang diluncurkan oleh AS di Baghdad.

Selain itu, Abu Mahdi al-Muhandis yang merupakan wakil komandan dari Popular Mobilization Forces selaku kelompok milisi Irak yang dibekingi oleh Iran, juga dilaporkan meninggal dunia. Laporan dari վ International tersebut mengutip pemberitaan dari stasiun televisi di Irak, beserta pejabat pemerintahan.



Melansir Bloomberg, serangan udara yang diluncurkan oleh AS terjadi di dekat bandara internasional Baghdad.

Memasuki siang hari waktu Indonesia Pentagon mengonfirmasi tewasnya Soleimani. Pentagon mengonfirmasi bahwa Soleimani tewas dalam sebuah serangan yang diluncurkan AS menggunakan drone.

"Atas arahan Presiden, militer AS telah mengambil tindakan defensif yang diperlukan untuk melindungi personil AS di luar negeri dengan membunuh Qasem Soleimani," tulis Pentagon dalam keterangan resminya.

"Jenderal Soleimani secara aktif mengembangkan rencana untuk menyerang para diplomat dan personel militer AS di Irak dan seluruh kawasan regional," jelas Pentagon.

Iran pun tak tinggal diam. Dalam pernyataanya, Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif mengutuk keras tindakan AS. Dirinya menyatakan bahwa Iran tidak takut untuk membalas AS.

"AS bertanggung jawab atas semua konsekuensi dari keputusan jahatnya," tegasnya melalui akun Twitter sebagaimana dikutip Reuters, Jumat (3/1/2019).

Soleimani sendiri telah disanksi oleh AS sejak tahun 2007 dan pada Mei 2019, Washington memutuskan untuk melabeli Revolutionary Guards, beserta dengan seluruh bagiannya, sebagai organisasi teroris, menandai kali pertama label tersebut diberikan terhadap lembaga militer resmi dari sebuah negara.

Serangan udara yang diluncurkan oleh AS di Baghdad merupakan eskalasi teranyar dari hubungan AS-Iran yang sudah panas dalam beberapa waktu terakhir. Pada pekan kemarin, seorang kontraktor asal AS diketahui tewas dalam serangan roket di markas militer Irak di Kirkuk.

Pembunuhan terhadap kontraktor asal AS tersebut kemudian direspons AS dengan menyerang pasukan militer yang dibekingi Iran di Irak. Selepas itu, kedutaan besar AS di Irak diserang oleh Kataeb Hezbollah, kelompok milisi yang dibekingi oleh Iran.

Eskalasi tensi antara AS dan Iran jelas akan berdampak positif terhadap harga minyak mentah dunia. Jika AS dan Iran berperang, ada peluang yang besar bahwa negara Timur Tengah lainnya seperti Arab Saudi akan ikut terlibat. Untuk diketahui, negara-negara Timur Tengah merupakan produsen kelas kakap atas komoditas minyak mentah.

Pada akhirnya, perang akan membatasi kapasitas produksi sehingga harga minyak mentah terdorong ke atas.

[Gambas:Video վ]

Kedepannya, harga minyak mentah dunia berpotensi untuk terus terkerek naik.

Pasalnya, pada pagi hari ini waktu Indonesia (5/1/2020) atau Sabtu malam waktu AS (4/1/2020), tensi antar kedua negara semakin memanas.

Trump memperingatkan Iran untuk tidak melakukan balasan atas pembunuhan Soleimani yang diotorisasi sendiri oleh dirinya. Kalau sampai peringatan tersebut tak diindahkan, Trump menyatakan akan menyerang sebanyak 52 target sebagai balasan.

Hal tersebut diumumkan oleh Trump melalui serangkaian cuitan di akun Twitter pribadinya, @realDonaldTrump. Menurut Trump, beberapa dari 52 target tersebut merupakan lokasi yang sangat penting bagi Iran. Dipilihnya 52 target tersebut melambangkan jumlah tawanan asal AS yang disandera oleh Iran di masa lalu.

World War 3 Meletus, Minyak Akan Meroket ke US$ 80/Barel?Foto: Twitter Donald Trump

Dalam risetnya yang dipublikasikan pada hari Jumat, Eurasia Group mengatakan bahwa memanasnya tensi antara AS dan Iran akan membuat harga minyak mentah bergerak ke kisaran US$ 70/barel dan bertahan di sana.

“Satu hal yang pasti: Iran akan merespons,” tulis para analis dari Eurasia Group dalam risetnya, seperti dikutip dari վ International.

“Kami memproyeksikan gesekan dalam level moderat hingga rendah untuk berlangsung selama setidaknya satu bulan dan kemungkinan akan terbatas di Irak. Kelompok militer yang dibekingi oleh Iran akan menyerang markas-markas militer AS dan sejumlah tentara AS akan terbunuh; AS akan membalas dengan serangan-serangan di Irak.”

Namun, Eurasia Group memproyeksikan bahwa harga minyak mentah bisa melejit hingga ke level US$ 80/barel jika konflik merembet ke ladang minyak di bagian selatan Irak atau jika Iran kian gencar memberikan gangguan terhadap kapal-kapal yang melintas di Timur Tengah.

Seperti yang diketahui, harga minyak mentah dunia sempat melejit pada pertengahan Juni 2019 pasca dua buah kapal tanker yang tengah mengangkut naphta dan metanol diserang di perairan Fujairah, Selat Hormuz. Meskipun tidak ada korban jiwa dalam insiden tersebut, dua kapal tersebut terbakar dan rusak parah.

Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo menuding Iran sebagai dalang dibalik penyerangan tersebut. Dirinya mengatakan bahwa kesimpulan tersebut diambil berdasarkan data intelijen, jenis senjata yang digunakan, dan tingkat kesulitan penyerangan.

Ketika kondisi di Timur Tengah memanas, terlebih di Selat Hormuz, perusahaan-perusahaan kargo akan semakin takut untuk melakukan operasi pengiriman melalui wilayah tersebut. Diketahui bahwa seperlima konsumsi minyak global didistribusikan melalui Selat Hormuz.

Sebagai catatan, di sepanjang Desember 2019 harga minyak mentah WTI kontrak acuan telah melejit hingga 10,68%, sementara harga minyak brent kontrak acuan meroket sebesar 5,72%.

Penyebabnya, negara-negara penghasil minyak yang tergabung dalam Organization of the Petroleum Exporting Countries (OPEC) maupun non-OPEC atau yang seringkali disebut dengan istiah OPEC+ setuju untuk menambah jumlah pemangkasan produksi sebanyak 500.000 barel per hari mulai tanggal 1 Januari 2020.

Dengan tambahan tersebut, mulai tanggal 1 Januari 2020 jumlah pemangkasan produksi adalah sebanyak 1,7 juta barel per hari.

Ditambah dengan potensi meletusnya perang antara AS dan Iran yang justru dikhawatirkan akan menjadi perang dunia ketiga, harga minyak mentah berpotensi untuk terus mencetak apresiasi di masa depan.

TIM RISET վ INDONESIA
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular