
Bila World War 3 Meletus, Akankah Minyak Tembus US$ 80/Barel?
Anthony Kevin, վ
05 January 2020 12:07

Jakarta, վ - Harga minyak mentah dunia melejit pada perdagangan terakhir di pekan ini, Jumat (3/1/2020).
Pada perdagangan hari Jumat, harga minyak mentah WTI kontrak acuan menguat hingga 3,06% ke level US$ 63,05/barel, sementara harga minyak brent kontrak acuan terapresiasi 3,55% ke level US$ 68,6/barel.
Kinclongnya kinerja harga minyak mentah dunia pada perdagangan terakhir di pekan ini dipicu oleh memamasnya tensi geopolitik antara AS dengan Iran.
Pada Jumat pagi waktu Indonesia, վ International melaporkan bahwa AS telah menembak mati petinggi pasukan militer Iran. Eskalasi tersebut menandai semakin terpecahnya AS dengan Iran.
Mengutip վ International, Jenderal Qasem Soleimani yang merupakan pemimpin dari Quds Force selaku satuan pasukan khusus yang dimiliki Revolutionary Guards (salah satu bagian dari pasukan bersenjata Iran), dikabarkan tewas dalam serangan udara yang diluncurkan oleh AS di Baghdad.
Selain itu, Abu Mahdi al-Muhandis yang merupakan wakil komandan dari Popular Mobilization Forces selaku kelompok milisi Irak yang dibekingi oleh Iran, juga dilaporkan meninggal dunia. Laporan dari վ International tersebut mengutip pemberitaan dari stasiun televisi di Irak, beserta pejabat pemerintahan.
Melansir Bloomberg, serangan udara yang diluncurkan oleh AS terjadi di dekat bandara internasional Baghdad.
Memasuki siang hari waktu Indonesia Pentagon mengonfirmasi tewasnya Soleimani. Pentagon mengonfirmasi bahwa Soleimani tewas dalam sebuah serangan yang diluncurkan AS menggunakan drone.
"Atas arahan Presiden, militer AS telah mengambil tindakan defensif yang diperlukan untuk melindungi personil AS di luar negeri dengan membunuh Qasem Soleimani," tulis Pentagon dalam keterangan resminya.
"Jenderal Soleimani secara aktif mengembangkan rencana untuk menyerang para diplomat dan personel militer AS di Irak dan seluruh kawasan regional," jelas Pentagon.
Iran pun tak tinggal diam. Dalam pernyataanya, Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif mengutuk keras tindakan AS. Dirinya menyatakan bahwa Iran tidak takut untuk membalas AS.
"AS bertanggung jawab atas semua konsekuensi dari keputusan jahatnya," tegasnya melalui akun Twitter sebagaimana dikutip Reuters, Jumat (3/1/2019).
Soleimani sendiri telah disanksi oleh AS sejak tahun 2007 dan pada Mei 2019, Washington memutuskan untuk melabeli Revolutionary Guards, beserta dengan seluruh bagiannya, sebagai organisasi teroris, menandai kali pertama label tersebut diberikan terhadap lembaga militer resmi dari sebuah negara.
Serangan udara yang diluncurkan oleh AS di Baghdad merupakan eskalasi teranyar dari hubungan AS-Iran yang sudah panas dalam beberapa waktu terakhir. Pada pekan kemarin, seorang kontraktor asal AS diketahui tewas dalam serangan roket di markas militer Irak di Kirkuk.
Pembunuhan terhadap kontraktor asal AS tersebut kemudian direspons AS dengan menyerang pasukan militer yang dibekingi Iran di Irak. Selepas itu, kedutaan besar AS di Irak diserang oleh Kataeb Hezbollah, kelompok milisi yang dibekingi oleh Iran.
Eskalasi tensi antara AS dan Iran jelas akan berdampak positif terhadap harga minyak mentah dunia. Jika AS dan Iran berperang, ada peluang yang besar bahwa negara Timur Tengah lainnya seperti Arab Saudi akan ikut terlibat. Untuk diketahui, negara-negara Timur Tengah merupakan produsen kelas kakap atas komoditas minyak mentah.
Pada akhirnya, perang akan membatasi kapasitas produksi sehingga harga minyak mentah terdorong ke atas.
Pada perdagangan hari Jumat, harga minyak mentah WTI kontrak acuan menguat hingga 3,06% ke level US$ 63,05/barel, sementara harga minyak brent kontrak acuan terapresiasi 3,55% ke level US$ 68,6/barel.
Kinclongnya kinerja harga minyak mentah dunia pada perdagangan terakhir di pekan ini dipicu oleh memamasnya tensi geopolitik antara AS dengan Iran.
Mengutip վ International, Jenderal Qasem Soleimani yang merupakan pemimpin dari Quds Force selaku satuan pasukan khusus yang dimiliki Revolutionary Guards (salah satu bagian dari pasukan bersenjata Iran), dikabarkan tewas dalam serangan udara yang diluncurkan oleh AS di Baghdad.
Selain itu, Abu Mahdi al-Muhandis yang merupakan wakil komandan dari Popular Mobilization Forces selaku kelompok milisi Irak yang dibekingi oleh Iran, juga dilaporkan meninggal dunia. Laporan dari վ International tersebut mengutip pemberitaan dari stasiun televisi di Irak, beserta pejabat pemerintahan.
Melansir Bloomberg, serangan udara yang diluncurkan oleh AS terjadi di dekat bandara internasional Baghdad.
Memasuki siang hari waktu Indonesia Pentagon mengonfirmasi tewasnya Soleimani. Pentagon mengonfirmasi bahwa Soleimani tewas dalam sebuah serangan yang diluncurkan AS menggunakan drone.
"Atas arahan Presiden, militer AS telah mengambil tindakan defensif yang diperlukan untuk melindungi personil AS di luar negeri dengan membunuh Qasem Soleimani," tulis Pentagon dalam keterangan resminya.
"Jenderal Soleimani secara aktif mengembangkan rencana untuk menyerang para diplomat dan personel militer AS di Irak dan seluruh kawasan regional," jelas Pentagon.
Iran pun tak tinggal diam. Dalam pernyataanya, Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif mengutuk keras tindakan AS. Dirinya menyatakan bahwa Iran tidak takut untuk membalas AS.
"AS bertanggung jawab atas semua konsekuensi dari keputusan jahatnya," tegasnya melalui akun Twitter sebagaimana dikutip Reuters, Jumat (3/1/2019).
Soleimani sendiri telah disanksi oleh AS sejak tahun 2007 dan pada Mei 2019, Washington memutuskan untuk melabeli Revolutionary Guards, beserta dengan seluruh bagiannya, sebagai organisasi teroris, menandai kali pertama label tersebut diberikan terhadap lembaga militer resmi dari sebuah negara.
Serangan udara yang diluncurkan oleh AS di Baghdad merupakan eskalasi teranyar dari hubungan AS-Iran yang sudah panas dalam beberapa waktu terakhir. Pada pekan kemarin, seorang kontraktor asal AS diketahui tewas dalam serangan roket di markas militer Irak di Kirkuk.
Pembunuhan terhadap kontraktor asal AS tersebut kemudian direspons AS dengan menyerang pasukan militer yang dibekingi Iran di Irak. Selepas itu, kedutaan besar AS di Irak diserang oleh Kataeb Hezbollah, kelompok milisi yang dibekingi oleh Iran.
Eskalasi tensi antara AS dan Iran jelas akan berdampak positif terhadap harga minyak mentah dunia. Jika AS dan Iran berperang, ada peluang yang besar bahwa negara Timur Tengah lainnya seperti Arab Saudi akan ikut terlibat. Untuk diketahui, negara-negara Timur Tengah merupakan produsen kelas kakap atas komoditas minyak mentah.
Pada akhirnya, perang akan membatasi kapasitas produksi sehingga harga minyak mentah terdorong ke atas.
Next Page
Harga Minyak Semakin to The Moon!
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular