
Bila World War 3 Meletus, Akankah Minyak Tembus US$ 80/Barel?
Anthony Kevin, վ
05 January 2020 12:07

Kedepannya, harga minyak mentah dunia berpotensi untuk terus terkerek naik.
Pasalnya, pada pagi hari ini waktu Indonesia (5/1/2020) atau Sabtu malam waktu AS (4/1/2020), tensi antar kedua negara semakin memanas.
Trump memperingatkan Iran untuk tidak melakukan balasan atas pembunuhan Soleimani yang diotorisasi sendiri oleh dirinya. Kalau sampai peringatan tersebut tak diindahkan, Trump menyatakan akan menyerang sebanyak 52 target sebagai balasan.
Hal tersebut diumumkan oleh Trump melalui serangkaian cuitan di akun Twitter pribadinya, @realDonaldTrump. Menurut Trump, beberapa dari 52 target tersebut merupakan lokasi yang sangat penting bagi Iran. Dipilihnya 52 target tersebut melambangkan jumlah tawanan asal AS yang disandera oleh Iran di masa lalu.
Dalam risetnya yang dipublikasikan pada hari Jumat, Eurasia Group mengatakan bahwa memanasnya tensi antara AS dan Iran akan membuat harga minyak mentah bergerak ke kisaran US$ 70/barel dan bertahan di sana.
“Satu hal yang pasti: Iran akan merespons,” tulis para analis dari Eurasia Group dalam risetnya, seperti dikutip dari վ International.
“Kami memproyeksikan gesekan dalam level moderat hingga rendah untuk berlangsung selama setidaknya satu bulan dan kemungkinan akan terbatas di Irak. Kelompok militer yang dibekingi oleh Iran akan menyerang markas-markas militer AS dan sejumlah tentara AS akan terbunuh; AS akan membalas dengan serangan-serangan di Irak.”
Namun, Eurasia Group memproyeksikan bahwa harga minyak mentah bisa melejit hingga ke level US$ 80/barel jika konflik merembet ke ladang minyak di bagian selatan Irak atau jika Iran kian gencar memberikan gangguan terhadap kapal-kapal yang melintas di Timur Tengah.
Seperti yang diketahui, harga minyak mentah dunia sempat melejit pada pertengahan Juni 2019 pasca dua buah kapal tanker yang tengah mengangkut naphta dan metanol diserang di perairan Fujairah, Selat Hormuz. Meskipun tidak ada korban jiwa dalam insiden tersebut, dua kapal tersebut terbakar dan rusak parah.
Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo menuding Iran sebagai dalang dibalik penyerangan tersebut. Dirinya mengatakan bahwa kesimpulan tersebut diambil berdasarkan data intelijen, jenis senjata yang digunakan, dan tingkat kesulitan penyerangan.
Ketika kondisi di Timur Tengah memanas, terlebih di Selat Hormuz, perusahaan-perusahaan kargo akan semakin takut untuk melakukan operasi pengiriman melalui wilayah tersebut. Diketahui bahwa seperlima konsumsi minyak global didistribusikan melalui Selat Hormuz.
Sebagai catatan, di sepanjang Desember 2019 harga minyak mentah WTI kontrak acuan telah melejit hingga 10,68%, sementara harga minyak brent kontrak acuan meroket sebesar 5,72%.
Penyebabnya, negara-negara penghasil minyak yang tergabung dalam Organization of the Petroleum Exporting Countries (OPEC) maupun non-OPEC atau yang seringkali disebut dengan istiah OPEC+ setuju untuk menambah jumlah pemangkasan produksi sebanyak 500.000 barel per hari mulai tanggal 1 Januari 2020.
Dengan tambahan tersebut, mulai tanggal 1 Januari 2020 jumlah pemangkasan produksi adalah sebanyak 1,7 juta barel per hari.
Ditambah dengan potensi meletusnya perang antara AS dan Iran yang justru dikhawatirkan akan menjadi perang dunia ketiga, harga minyak mentah berpotensi untuk terus mencetak apresiasi di masa depan.
TIM RISET վ INDONESIA (ank)
Pasalnya, pada pagi hari ini waktu Indonesia (5/1/2020) atau Sabtu malam waktu AS (4/1/2020), tensi antar kedua negara semakin memanas.
Trump memperingatkan Iran untuk tidak melakukan balasan atas pembunuhan Soleimani yang diotorisasi sendiri oleh dirinya. Kalau sampai peringatan tersebut tak diindahkan, Trump menyatakan akan menyerang sebanyak 52 target sebagai balasan.
![]() |
Dalam risetnya yang dipublikasikan pada hari Jumat, Eurasia Group mengatakan bahwa memanasnya tensi antara AS dan Iran akan membuat harga minyak mentah bergerak ke kisaran US$ 70/barel dan bertahan di sana.
“Satu hal yang pasti: Iran akan merespons,” tulis para analis dari Eurasia Group dalam risetnya, seperti dikutip dari վ International.
“Kami memproyeksikan gesekan dalam level moderat hingga rendah untuk berlangsung selama setidaknya satu bulan dan kemungkinan akan terbatas di Irak. Kelompok militer yang dibekingi oleh Iran akan menyerang markas-markas militer AS dan sejumlah tentara AS akan terbunuh; AS akan membalas dengan serangan-serangan di Irak.”
Namun, Eurasia Group memproyeksikan bahwa harga minyak mentah bisa melejit hingga ke level US$ 80/barel jika konflik merembet ke ladang minyak di bagian selatan Irak atau jika Iran kian gencar memberikan gangguan terhadap kapal-kapal yang melintas di Timur Tengah.
Seperti yang diketahui, harga minyak mentah dunia sempat melejit pada pertengahan Juni 2019 pasca dua buah kapal tanker yang tengah mengangkut naphta dan metanol diserang di perairan Fujairah, Selat Hormuz. Meskipun tidak ada korban jiwa dalam insiden tersebut, dua kapal tersebut terbakar dan rusak parah.
Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo menuding Iran sebagai dalang dibalik penyerangan tersebut. Dirinya mengatakan bahwa kesimpulan tersebut diambil berdasarkan data intelijen, jenis senjata yang digunakan, dan tingkat kesulitan penyerangan.
Ketika kondisi di Timur Tengah memanas, terlebih di Selat Hormuz, perusahaan-perusahaan kargo akan semakin takut untuk melakukan operasi pengiriman melalui wilayah tersebut. Diketahui bahwa seperlima konsumsi minyak global didistribusikan melalui Selat Hormuz.
Sebagai catatan, di sepanjang Desember 2019 harga minyak mentah WTI kontrak acuan telah melejit hingga 10,68%, sementara harga minyak brent kontrak acuan meroket sebesar 5,72%.
Penyebabnya, negara-negara penghasil minyak yang tergabung dalam Organization of the Petroleum Exporting Countries (OPEC) maupun non-OPEC atau yang seringkali disebut dengan istiah OPEC+ setuju untuk menambah jumlah pemangkasan produksi sebanyak 500.000 barel per hari mulai tanggal 1 Januari 2020.
Dengan tambahan tersebut, mulai tanggal 1 Januari 2020 jumlah pemangkasan produksi adalah sebanyak 1,7 juta barel per hari.
Ditambah dengan potensi meletusnya perang antara AS dan Iran yang justru dikhawatirkan akan menjadi perang dunia ketiga, harga minyak mentah berpotensi untuk terus mencetak apresiasi di masa depan.
TIM RISET վ INDONESIA (ank)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular