
Nasib BTEL: Aset Cuma Rp 4,5 M, tapi Utang Rp 9,67 T

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ Â- Perusahaan telekomunikasi Group Bakrie, yakni PT Bakrie Telecom Tbk (BTEL), di mana per kuartal III-2020, aset yang dimiliki perusahaan terbilang rendah dibandingkan dengan tingkat utangnya.
Dalam laporan keuangan perseroan per 30 September 2020, BTEL hanya memiliki total aset sekitar Rp 4,54 miliar. Angka ini mengalami penurunan dari periode akhir tahun 2019 yang saat itu masih sekitar Rp 11,23 miliar.
Ironisnya, utang yang dimiliki perseroan per 30 September 2020 masih terbilang besar, yakni Rp 9,67 triliun. Walaupun sudah mengalami penurunan, namun tingkat utang masih lebih besar dibandingkan dengan aset yang dimilikinya.
Utang tersebut terdiri atas Rp 1,1 triliun utang jangka pendek dan Rp 8,57 triliun utang jangka Panjang. Adapun utang jangka panjang tengah diselesaikan melalui Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU).
Hal ini tentunya menyebabkan perusahaan mengalami defisiensi modal, karena tingkat kewajibannya yang lebih besar dibandingkan dengan aset yang dimilikinya.
Atas dasar kondisi tersebut, Bursa Efek Indonesia (BEI) memberikan 'tato' atau notasi E dan D kepada BTEL.
Notasi E diberikan karena kondisi laporan keuangan terakhir menunjukkan ekuitas negatif, sedangkan notasi D diberikan karena adanya opini 'tidak menyatakan pendapat' (disclaimer) oleh akuntan publik yang bersangkutan. Adapun notasi ini diberikan sejak Kamis (14/1/21) lalu.
Dari posisi laba (rugi) perusahaan, per 30 September 2020, BTEL mencatatkan rugi bersih sebesar Rp 60,17 miliar. Padahal pada periode yang sama tahun 2019, BTEL masih mencatatkan laba bersih sebesar Rp 7,17 miliar.
Sedangkan pendapatan usaha perseroan juga menyusut 25% menjadi Rp 3,04 miliar per 30 September 2020. Perseroan juga mencatatkan rugi usaha sebesar Rp 7,68 miliar per 30 September 2020.
(chd/chd) Next Article Bakrie Telecom Tekor Rp 73 M di Semester I, Ekuitas Negatif!