²©²ÊÍøÕ¾

Waktunya Berburu Saham Murah, Begini Saran dari Lo Kheng Hong

Tri Putra & Houtmand P Saragih, ²©²ÊÍøÕ¾
01 February 2021 08:30
Lo Kheng Hong/Istimewa

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Investor kawakan Indonesia Lo Kheng Hong menilai koreksi dalam saham-saham yang terjadi di pengujung Januari 2021 menjadi momentum bagi investor untuk membeli saham-saham murah (undervalue).

Investor yang dijuluki Waren Buffett-nya Indonesia ini menyarankan investor mencermati saham-saham dari perusahaan dengan fundamental baik.

"Penurunan harga saham adalah peluang emas bagi seorang investor, dimana dia bisa membeli perusahaan yang hebat dengan harga yang murah," kata Lo kepada ²©²ÊÍøÕ¾Â Indonesia, akhir pekan lalu. 

Sebelumnya, Lo Kheng Hong mengatakan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tidak bisa ditebak di masa depan. Namun diperkirakan penurunan indeks tidak akan terjadi sedalam kondisi pada Maret 2020 lalu.

Dia mengatakan, banyaknya investor ritel yang baru membeli saham dinilai menjadi salah satu penahan penurunan indeks.

"Saya rasa IHSG Kita tidak akan drop seperti Maret tahun lalu, karena banyak investor baru yang membeli saham," kata Lo.

INFOGRAFIS, Lo Kheng Hong, Warren Buffett IndonesiaFoto: Infografis/ Lo Kheng Hong/ Edward Ricardo
INFOGRAFIS, Lo Kheng Hong, Warren Buffett Indonesia

Anjloknya IHSG sendiri membuat para pelaku pasar bertanya-tanya kapan waktu yang baik untuk mengkoleksi saham-saham murah yang sudah anjlok, bagaimana cara untuk 'menyerok' saham dari posisi paling bawah alias bottom?

Berikut beberapa tips dari Tim Riset ²©²ÊÍøÕ¾ yang bisa menjadi pertimbangan investor.

Pantau level support dan resisten

Secara teknikal sejatinya pergerakan harga suatu instrumen aset keuangan termasuk di dalamnya saham, hanya akan bergerak dari rentang support ke resisten-nya saja atau batas tahanan bawah dan batas tahanan atas.

Apabila support dan resisten tersebut berhasil ditembus, biasanya instrumen tersebut akan membentuk support dan resisten baru dan kembali bergerak dalam rentang support dan resisten barunya tersebut.

Hal ini tentu saja bisa dimanfaatkan oleh para pelaku pasar yang ingin menyerok saham dari bottom. Investor baiknya mencermati dimana level support kuat harga suatu saham dan apabila memang benar harga saham sering memantul (rebound) di level tersebut, investor bisa mencoba masuk di level tersebut.

Pantau bid offer saham

Peraturan level terendah yang diizinkan oleh regulator (ARB) secara asimetris sebenarnya menguntungkan para trader yang ingin mencoba menyerok saham tersebut di harga terendah.

Dengan adanya aturan ARB (auto reject bawah) maksimal 7% dalam sehari, maka harga saham mudah sekali anjlok ke level terendah harianya dibandingkan dengan sebelumnya. Pertanyaannya tentunya apakah harga saham itu akan rebound, atau malah akan melanjutkan koreksinya di hari perdagangan berikutnya.

Metode memantau bid alias penawaran saham dapat dipakai oleh para pelaku pasar untuk menentukan apakah saham ini sudah berada di dasar. Biasanya apabila bid masih sangat tebal, alias banyak yang berjualan di harga ARB, saham tersebut akan lanjut terkoreksi pada perdagangan berikutnya.

Akan tetapi apabila bid sudah mulai tipis, artinya minat jual investor di harga ARB sudah berkurang dan harga sahamnya bisa saja rebound dalam waktu dekat.

Investor juga bisa memantau bid saham tersebut bila sewaktu-waktu ada dana besar (big fund) yang masuk untuk mengerek harga saham tersebut. Biasanya apabila big fund tiba-tiba masuk, maka bid saham tersebut akan tiba-tiba berkurang secara drastis karena adanya pembelian.

Ketika terjadinya pembelian ini dan bid sudah berkurang banyak dan hanya tersisa sedikit saham yang ditawarkan di harga ARB inilah saat-saat yang tepat bagi para pelaku pasar untuk mencoba peruntungan masuk ke saham tersebut mengekor dana besar yang mencoba mengangkat saham tersebut.

Dollar cost averaging

Sejatinya tidak ada yang tahu dimana bottom alias dasar suatu saham sehingga menyerok saham di dasar sangatlah sulit dan biasanya hanya bergantung dari keberuntungan investor semata.

Bahkan kedua metode di atas tergolong sangat berbahaya apabila investor atau trader tidak memiliki rencana cut loss yang baik, karena alih-alih menyerok saham di bottom bisa saja sang investor malah menangkap pisau jatuh alias harga saham tersebut lanjut terkoreksi.

Maka dari itu metode paling baik, khususnya bagi para investor untuk mengkoleksi saham murah adalah melakukan dollar cost averaging, dimana sang investor melakukan pembelian saham tersebut di berbagai harga.

Metode ini idealnya dilakukan dalam suatu rentang, misalnya menyicil pembelian tiap hari ketika saham sudah anjlok 10% atau menyicil pembelian setiap saham terkoreksi ke level ARB.

Memang, secara rata-rata nantinya pembelian investor pasti akan berada di atas harga terendahnya, akan tetapi apabila pembelian dilakukan secara rutin maka paling tidak investor akan sempat menyicil saham di posisi harga paling murah saham tersebut, sehingga ketika saham mulai rebound rata-rata pembelian sang investor tidak akan terlalu tinggi.

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular