²©²ÊÍøÕ¾

Kiamat Taper Tantrum di Depan Mata, Kita Bisa Apa?

Lidya Julita Sembiring, ²©²ÊÍøÕ¾
09 June 2021 09:20
Bank Indonesia
Foto: REUTERS / Fatima El-Kareem

Menelisik ke belakang, fenomena tapering off pernah terjadi pada sekitar 2013 - 2015. Kala itu, normalisasi kebijakan Fed memukul mata uang sejumlah negara, tak terkecuali Indonesia.

Lantas, apakah dampak tapering off terhadap perekonomian akan seperti sebelumnya?

Kepala Departemen Pengelolaan Moneter BI Hariyadi Ramelan mengaku cukup optimistis dampak dari tapering off Fed tidak akan sebesar pengaruhnya seperti 2013 - 2015.

Salah satu indikator yang menjadi perhatian bank sentral adalah porsi kepemilikian asing terhadap surat utang negara yang sudah turun. Hal tersebut, memang selama ini membuat perekonomian domestik cukup rentan.

"Faktor non residen yang selama ini jadi aktor di pasar yang juga mengidentifikasi pengaruh SBN offshore sanga besar. Tapi kami yakinkan pangsa pasar non residen sudah turun," kata Hariyadi.

Berdasarkan catatan BI, kepemilikan asing terhadap surat utang negara saat ini sudah berada di angka 23%. Ini berbanding terbalik dengan porsi kepemilikan asing terhadap surat utang pada 2013 yang mencapai 38%.

"Artinya apa? Investor yang residen lebih dominan dari non residen. Tentu kita antisipasi memang waktu pandemi outflow jumlahnya lebih besar Rp 170 triliun dibandingkan waktu taper tantrum hanya Rp 23 triliun," katanya.

Selain itu, BI merasa fundamental perekonomian domestik pun masih kuat tercermin dari defisit transaksi berjalan (Current Account DeficitCAD) yang terjaga, inflasi yang terkendali, serta cadangan devisa yang mumpuni.

"Dan kita tau bahwa BI saat ini sudah memiliki instrumen DNDF sebagai bagian dari triple intervention selain pasar spot dan pembelian SBN. Mudah-mudahan in assure investor domestik atau global kita tetap baik ke depan," katanya.

(mij/mij)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular