²©²ÊÍøÕ¾

Review

Sempat Jadi Primadona, Bagaimana Kabar Saham-Saham Ini?

Aldo Fernando, ²©²ÊÍøÕ¾
24 August 2021 15:35
nikel
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (²©²ÊÍøÕ¾/Andrean Kristianto)

Saham Nikel

Saham sektor nikel juga sempat menjadi incaran ritel, setelah produsen mobil listrik asal Amerika Serikat (AS) Tesla disebut-sebut akan menggelontorkan dana besar untuk membangun pabrik baterai mobil listrik di Indonesia dan diikuti oleh prospek komoditas nikel ke depan sangat cerah.

Sontak saja pada awal tahun 2021 saham-saham nikel melesat tinggi, sebelum akhirnya kembali bertumbangan setelah kejelasan investasi Tesla di Indonesia tidak menemui titik temu.

Asal tahu saja, tim Tesla sempat akan berkunjung ke Indonesia pada awal Januari 2021, lalu kemudian diundur pada Februari 2021. Namun, Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi akhirnya menyatakan, perwakilan Tesla membatalkan kunjungannya ke Indonesia pada Februari 2021. Hal ini karena aturan pembatasan kedatangan warga negara asing (WNA).

Siang ini, saham emiten pelat merah PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) naik 0,44%, saham PT Vale Indonesia Tbk (INCO) turun 0,80%, dan saham PT Timah Tbk (TINS) melemah 1,01%. Dalam sebulan terakhir kinerja saham tersebut negatif, sementara secara year to date (ytd) hanya ANTM yang bisa naik (18,35%).

Saham Bank Mini

Saham bank mini atau bank BUKU II (bank dengan modal inti Rp 1-5 triliun atau bank KBMI 1 jika menggunakan istilah terbaru) sempat dijadikan saham idola setidaknya sejak awal tahun ini seiring sentimen narasi bank digital dan aturan pemenuhan modal inti oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melalui POJK No 12/2020.

Menurut Peraturan OJK Nomor 12/POJK.03/2020, bank diharuskan memiliki modal inti minimum bank umum sebesar Rp 1 triliun tahun 2020, Rp 2 triliun pada 2021 dan minimal Rp 3 triliun tahun 2022, sehingga, ada spekulasi, bank-bank yang belum memenuhi ketentuan harus melakukan merger atau akuisisi atau penambahan modal dari pemilik bank tersebut.

Setelah pada Februari lalu manajemen bank mini tersebut mengatakan tidak mengetahui adanya akuisisi oleh pemodal raksasa, akhirnya saham-saham bank mini tersebut bertumbangan hingga sempat menyentuh level ARB berkali-kali.

Terbaru, dalam tiga hari terakhir, saham bank mini kembali menemukan gairahnya kembali seiring Otoritas Jasa Keuangan (OJK) merilis peraturan terbaru mengenai bank digital pada Kamis pekan lalu (19/8).

Saham bank yang dikendalikan fintech Akulaku PT Bank Neo Commerce Tbk (BBYB) menjadi yang paling menonjol, dengan kenaikan 230,43% dalam sebulan terakhir dan 'meroket' 535,43%.

Saham PT Aneka Gas Industri Tbk (AGII) dan Emiten Rumah Sakit (RS)

Saham emiten pengelola RS dan produsen gas industri Grup Samator AGII sempat menjadi saham idola di tengah lonjakan kasus Covid-19 varian delta di Indonesia sejak akhir Juni lalu.

Saham AGII sempat mencatatkan reli kenaikan pada 23-28 Juni sampai awal Juli didorong oleh sentimen mengenai kian tingginya permintaan baik dari rumah sakit maupun fasilitas kesehatan terhadap tabung gas oksigen.

Kemudian, saham AGII sempat mencuat kembali pada 16 & 19 Juli seiring kunjungan Presiden Joko Widodo (Jokowi) ke pabrik AGII pada 16 Agustus 2021.

Adapun pada siang ini, saham AGII melemah 0,74%, setelah Senin (23/8) ditutup turun 0,37%. Dalam sebulan saham AGII anjlok 22,99%, sementara secara ytd melonjak 48,89%.

Sementara, saham-saham pengelola RS juga sempat banyak dikoleksi investor dan beberpada akhir Juni hingga awal Juli lalu di tengah kasus Covid-19 yang sempat menembus angka 30.000 kasus baru per hari.

Pada awal pandemi pada Maret tahun lalu, saham-saham RS juga pernah ramai-ramai diborong investor hingga ada yang naik sampai 2 digit dalam sehari.

Pada siang ini, saham-saham emiten RS cenderung memerah. Saham emiten pengelola RS Royal Prima, PT Royal Prima Tbk (PRIM), misalnya, turun 1,89%. Dalam sebulan saham ini merosot 15,68%.

Kemudian, saham pengelola RS Omni milik Grup Emtek PT Sarana Meditama Metropolitan Tbk (SAME) juga turun 0,89% ke Rp 555/saham. Seperti saham PRIM, dalam sebulan saham ini juga anjlok 15,91%. Secara umum, kinerja saham RS dalam sebulan terakhir cenderung negatif.

TIM RISET ²©²ÊÍøÕ¾ INDONESIA

(adf/adf)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular