
MARI Saham Gocap yang Naik 900%, Kinerjanya Kok Melempem?

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Kenaikan harga saham anak usaha PT Mahaka Media Tbk (ABBA) milik Erick Thohir, PT Mahaka Radio Integra Tbk (MARI), tampaknya tidak terlalu mempedulikan kinerja fundamental perusahaan. Saham MARI melesat kencang sejak awal tahun, kendati perusahaan mencatatkan penurunan pendapatan dan rugi bersih sepanjang tahun lalu.
Menurut data Bursa Efek Indonesia (BEI), saat ini saham MARI sudah naik 20,54% dalam sebulan dan 'meroket' 500,00% secara year to date (ytd) ke Rp 540/saham. Sementara, dalam setahun terakhir saham ini 'melambung' 980,00%. (Lihat grafik di bawah ini).
Apabila menilik grafik di atas, saham MARI mulai bangkit dari level gocap atau Rp 50/saham pada pertengahan Desember tahun lalu. Kemudian, saham ini mulai bergerak liar & beberapa kali menjadi top gainers, seperti pada sepanjang Februari, April, dan Juli 2021.
Catatan saja, setelah debut pada 11 Februari 2016 di harga Rp 750/saham, saham MARI cenderung melorot hingga sempat menyentuh level gocap pada paruh kedua 2020.
Lantas, pertanyaannya, mengapa saham MARI bisa 'bangkit' dari kubur sejak awal tahun ini di tengah kinerja keuangan yang kurang memuaskan?
Tampaknya, pendorong utama kenaikan harga saham MARI sejak awla 2021 adalah adanya suntikan sejumlah modal ventura (venture capital/VC) ke Mahaka Radio seiring dengan dibentuknya perusahaan patungan (joint venture) yang mengelola segmen konten radio digital & podcast milik MARI dengan jenama NOICE.
Awalnya, menurut keterbukaan informasi di BEI, pada 23 September tahun lalu pihak MARI, bersama dengan PT Quatro Kreasi Indonesia (Quatro) & PT EMT Aset Investama (EMT), membentuk joint venture dengan nama PT Mahaka Digital Inovasi (MDI).
MARI menguasai 75% saham MDI, sementara Quatro dan EMT masing-masing 20% dan 5%.
Asal tahu saja, Quatro sendiri merupakan perusahaan rekaman bersama Musica, Aquarius Musikindo, Trinity dan MyMusic. Mereka memiliki aset musik Indonesia dengan pangsa masar sekitar 60% pasar Tanah Air.
Lalu, MDI ini menguasai 99,9% saham perusahaan rintisan (startup) podcast dan radio digital yang bernama NOICE.
Sebenarnya, menurut penjelasan manajemen MARI, NOICE sudah ada sejak 2018 dan mengalami update signifikan versi 2.0, khususnya pada pengembangan UI/UX. Saat ini aplikasi ini sudah bisa diunduh di Play Store (Android) dan Apps Store (iOS).
Nah, peluncuran ulang NOICE ini disokong oleh perusahaan VC yang sudah malang melintang di Tanah Air, yakni perusahaan modal ventura raksasa Alpha JWC Ventures dan Kinesys Group. Tercatat portofolio investasi JWC Ventures di Indonesia termasuk Kopi Kenangan dan aplikasi Kredivo.
JWC Ventures waktu itu dikabarkan siap menggelontorkan dana hingga US$ 20 juta atau senilai Rp 282 miliar (kurs Rp 14.100/US$) untuk mendanai NOICE.
Tidak hanya kedua VC tersebut, yang tertarik mendanai MARI. Dalam paparan publik insidental pada 23 Maret 2021, yang pada waktu itu mengatakan, MARI memang tengah dalam proses masuknya investor baru yang ditargetkan proses ini akan rampung pada kuartal kedua tahun ini.
Kemudian, pada 20 Mei, investor baru MARI tersebut terungkap. Adalah Kenangan Fund, sebuah wadah pendanaan dari Kopi Kenangan untuk perusahaan-perusahaan startup Indonesia, yang ternyata ikut masuk ke MARI.
Hanya saja sayangnya belum disebutkan potensi dana yang akan disuntikkan.
Selain masuknya Kenangan Fund, PT Asuransi Jiwa Generali Indonesia juga ikut menjadi pemegang saham MARI per 13 Juli lalu dengan kepemilikan di atas 5%. Masuknya Asuransi Generali ikut melambungkan harga saham MARI waktu itu.
Data pemegang saham di atas 5% yang dirilis Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) menunjukkan, per 13 Juli 2021 Asuransi Generali menggenggam 5,05% saham MARI.
Sebelumnya di tanggal 12 Juli 2021 tercatat Asuransi Generali masih belum memegang 5% saham MARI. Adapun per Selasa (24/8), Asuransi Generali kembali menambah kepemilikan menjadi 6,09% dari kepemilikan 6,01% pada Senin (23/8).
Kabar terbaru, pada awal Agustus, MARI lewat NOICE mengumumkan kerja sama dengan anak usaha BUMN PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM), yakni Telkomsel, setelah sebelumnya mereka meluncurkan sejumlah judul podcast baru dan lini terbaru dalam bentuk Audiobook atau "Noicebook".
Bentuk kerja samanya berupa free access ke aplikasi NOICE bagi pendengar yang menggunakan Telkomsel, dengan ini para pengguna Telkomsel dapat bebas mengakses konten NOICE Exclusive dan Original tanpa kuota.
Kerja sama ini dilakukan dengan harapan pendengar dapat menjelajah lebih banyak konten di NOICE dan mendapatkan hiburan lebih di tengah menghadapi pandemi Covid-19," kata Adrian Syarkawie, Presiden Direktur NOICE, dalam keterangan resminya, Kamis (5/8).
Kerjasama dengan Telkomsel ini dilakukan hingga 31 Oktober 2021 mendatang.
Sebagai informasi, saat ini NOICE sudah memiliki lebih dari 100 judul dan 2600+ episode konten exclusive dan original dari berbagai kreator dengan genre yang berbeda-beda.
Kemudian, NOICE memiliki 770.000 pendengar dan pendengar hariannya bisa mendengarkan selama lebih dari 1 jam per hari.
Menurut materi public expose insidentil beberapa waktu lalu, NOICE akan berfokus pada 3 segmen, yakni podcast, radio dan musik. Target pasar untuk podcast meliputi pengunjung Youtube Indonesia dan audiens poadcast (yang mencapai sekitar 13 juta). Sementara, target pasar lainnya mencakup pendengar radio di Tanah Air (kira-kira 26 juta) dan pendengar musik streaming (20 juta).
Informasi tambahan, selain MDI (berikut NOICE), MARI menguasai sebanyak 99,99% masing-masing saham radio Jak!101FM, GenFM, HotFM. Kemudian, saham MARI memiliki 70% masing-masing saham MustangFM, KisFM, dan MostRADIO. Selain itu, MARI memiliki non-operating subsidiary (dengan kepemilikan 20,80%), misalnya, di Prambors dan DeltaFM.
Prospek yang menjanjikan dan dukungan VC dan perusahaan gede inilah yang tampaknya mendorong kinerja saham MARI, kendati fundamentalnya masih jeblok.