Pendapatan BOLA Jeblok, tapi Bisa Cetak Laba Rp 71 M
Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Emiten pengelola klub sepak bola Bali United, PT Bali Bintang Sejahtera Tbk (BOLA), melaporkan penurunan pendapatan sebesar 22,71% secara tahunan (year on year/YoY) menjadi Rp 35,43 miliar pada semester pertama tahun 2021. Pendapatan ini turun dari periode yang sama tahun sebelumnya dimana perusahaan mampu memperoleh pendapatan sebesar Rp 45,85 miliar.
Meski pendapatan turun, berdasarkan laporan konsolidasi kuartal II tahun ini, emiten milik Pieter Tanuri malah berhasil membukukan laba bersih Rp 71,09 miliar, berbalik dari posisi rugi Rp 12,51 miliar pada periode akhir Juni tahun 2020 lalu.
Pendapatan perusahaan khususnya dari hasil manajemen klub bola Bali United mengalami penurunan yang salah satunya diakibatkan oleh ditundanya penyelenggaraan Liga 1 karena situasi pandemi. Hal ini menyebabkan pendapatan komersial klub turun drastis dari semula mencapai Rp 36,94 miliar kini hanya mampu meraup Rp 7,31 miliar.
Meskipun demikian manajemen BOLA berhasil menutupi defisit besar ini dengan pendapatan dari sport agency, khususnya dari pendapatan dari live video streaming dan rekaman video yang angkanya naik dari Rp 5,99 miliar menjadi Rp 17,22 miliar.
Beban operasi yang masih sangat besar mencapai Rp 67,04 miliar atau lebih dari pendapatan menyebabkan perusahaan mengalami rugi operasi, akan tetapi kerugian tersebut mampu ditutupi oleh pendapatan keuangan yang tercatat mencapai Rp 111,51 miliar yang tahun sebelumnya hanya sejumlah Rp 16,71 miliar. Alhasil perusahaan mampu membukukan laba bersih pada paruh pertama tahun ini.
Aset perusahaan tercatat naik menjadi Rp 619,33 miliar dari posisi akhir Desember tahun lalu senilai Rp 550,06 miliar. Liabilitas perusahaan juga tercatat naik tipis ke level Rp 79,23 miliar. Alhasil ekuitas perusahaan naik menjadi Rp 540,10 miliar dari posisi akhir tahun lalu senilai Rp 470,84 miliar.
Pada perdagangan sesi I Senin (30/8) pukul 11.05 di pasar modal, saham BOLA tercatat naik 3,05% ke level Rp 845/saham dengan kapitalisasi pasar Rp 5,07 triliun. Dalam sepekan saham emiten klub sepak bola pertama yang melantai di bursa dua tahun lalu ini turun 12,44%, selama sebulan terakhir harganya meningkat 32,03% dan sejak awal tahun tumbuh fantastis hingga 413,24%.
(hps/hps)