²©²ÊÍøÕ¾

Siapa Penguasa Industri Telko RI, Setelah Indosat-Tri Gabung?

Aldo Fernando, ²©²ÊÍøÕ¾
17 September 2021 12:15
ISAT dan TRI/detik

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Konsolidasi sektor telekomunikasi Tanah Air mencapai babak baru. Hal ini terjadi usai Ooredoo QPSC (Ooredoo) dan dan CK Hutchison Holdings Limited (CK Hutchison) secara resmi telah mengumumkan rencana penggabungan bisnis (merger) usahanya di Indonesia, yakni PT Indosat Tbk (ISAT) dan PT Hutchison 3 Indonesia (H3I) atau Tri Indonesia.

Menurut keterangan resmi perusahaan, nilai transaksi dari aksi korporasi berupa merger tersebut mencapai US$ 6 miliar atau setara dengan lebih dari Rp 85 triliun dengan asumsi kurs Rp 14.250/US$.

Rencana penggabungan bisnis ini akan disetujui dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) pada 22 November mendatang. Ditargetkan penggabungan ini akan efektif pada 1 Desember 2021.

Adapun perusahaan hasil penggabungan usaha ini akan diberi nama PT Indosat Ooredoo Hutchison Tbk.

Setelah ditetapkan dalam RUPSLB ini, maka komposisi pemegang saham perusahaan menjadi induk usaha masing-masing entitas ini yakni Ooredoo Q.P.S.C. (Ooredoo) dan K Hutchison Holdings Limited (CK Hutchison) akan memiliki kendali yang sama dalam ISAT dengan kepemilikan sebesar 65,6%.

Pemegang saham lainnya yakni pemerintah Indonesia sebesar 9,6%, PT Tiga Telekomunikasi Indonesia 10,8% saham, dan pemegang saham publik lainnya memiliki kira-kira 14,0% saham.

Ditargetkan setelah terjadinya penggabungan ini, perusahaan hasil penggabungan akan berada pada posisi yang lebih baik untuk meluncurkan 5G. Hal ini lantaran investasi pada penyebaran 5G dinilai padat modal sehingga dibutuhkan kondisi keuangan yang lebih kuat.

"Peluncuran 5G yang cepat akan menguntungkan seluruh konsumen dan mendorong invoasi pada berbagai area seperti pendidikan daring, manufaktur otomatis, kota pintar, pertanian elektronik, dan transportasi elektronik," demikian mengutip keterangan tersebut, Jumat (17/9/2021).

Lantas, bagaimana peta persaingan dan prospek emiten sektor telekomunikasi ke depan?

Pada halaman selanjutnya, Tim Riset ²©²ÊÍøÕ¾ akan membahas secara ringkas prospek emiten halo-halo Tanah Air.

Menurut sebuah riset MNC Sekuritas yang berjudul MNO Consolidation to Win the Scale Deal, keberhasilan merger ISAT dan Tri Indonesia ini akan menempatkan perusahaan gabungan tersebut di peringkat kedua operator jaringan seluler (mobile network operator/MNO) RI dengan jumlah pelanggan mencapai 100,4 juta orang.

Dengan kata lain, ISAT-Tri akan berada tepat di bawah emiten telekomunikasi BUMN PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) yang memiliki 170 juta pelanggan dan meninggalkankan PT XL Axiata Tbk (EXCL) yang memiliki 57,9 juta pelanggan.

Selain itu, pascakonsolidasi ISAT-Tri ini, akan terjadi peningkatan pangsa pasar spektrum bagi perusahaan. ISAT berpotensi menguasai 34,4% dari total spektrum (145 Mhz) dan menjadi pemilik spektrum paling jumbo mengalahkan 'raja telko' TLKM (135 Mhz) yang mencakup 32% dari pangsa pasar.

Riset MNC memperkirakan, merger ISAT dengan Tri secara konsolidasi akan meningkatkan pendapatan ISAT dari sebelumnya sekitar Rp 30,2 triliun menjadi Rp 45,1 triliun untuk tahun 2021.

Selain itu, nilai Enterprise Value (EV) juga akan ikut naik 28,72% menjadi Rp 59,7 triliun dari sebelum merger sebesar Rp 46,4 triliun. Kemudian, EBITDA ISAT juga akan turut naik dari Rp 12,4 triliun sebelum konsolidasi menjadi Rp 15,92 triliun pascamerger.

Namun, MNC Sekuritas memberi catatan, beberapa risiko potensial mengenai prediksi di atas, seperti kebijakan pemerintah yang tidak menguntungkan terkait merger and acquisition (M&A), potensi tumpang tindih spektrum, menurunnya jumlah pelanggan pasca-merger, dan peningkatan biaya integrasi pasca-penggabungan.

Di tengah usaha ISAT mendekati TLKM, TLKM--lewat Telkomsel--sendiri baru saja memenangkan lelang Pengguna Pita Frekuensi Radio 2,3 GHz untuk Keperluan Penyelenggaraan Jaringan Bergerak Seluler Tahun 2021 yang diputuskan oleh Kemkominfo RI pada Mei lalu.

Direktur Utama Telkomsel Setyanto Hantoro dalam keterangan resminya mengatakan, tambahan spektrum tersebut dimanfaatkan untuk memperkuat perkembangan layanan broadband 4G LTE.

Dengan pemanfaatan tersebut diharapkan bisa mendukung penguatan bagi ekonomi digital. Termasuk diantaranya adalah industri kreatif digital, e-commerce, dan mendorong transformasi digital segmen usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).

Soal Belanja Modal 3 Raksasa Telko

Mengenai rata-rata belanja modal (capital expenditure/capex) terhadap pendapatan usaha, MNC Sekuritas memperkirakan, rerata capex terhadap pendapatan ketiga emiten telko raksasa--TLKM, ISAT, dan EXCL--akan tetap tinggi, yakni sebesar 25% sepanjang tahun ini.

Hal tersebut didorong oleh jangkauan jaringan dan ekspansi jaringan serat optik.

Sebagai informasi, menurut catatan MNC Sekuritas, TLKM menetapkan capex sebesar Rp 35,9 triliun untuk 2021. Kemudian, EXCL menganggarkan capex Rp 7 triliun pada tahun ini, sedikit lebih tinggi dari Rp 6,2 triliun pada 2020.

Sementara, ISAT mengalokasikan belanja modal Rp 8 triliun pada 2021 untuk meningkatkan jaringan 4G dan video-grade. Sehubungan dengan itu, untuk memenuhi kebutuhan belanja modal dan menurunkan biaya, ISAT akhirnya setuju untuk menjual dan menyewa kembali 4.247 menara (senilai US$ 750 juta atau setara dengan Rp 10,8 triliun) kepada PT EPID Menara AssetCo.

PT EPID Menara adalah perusahaan yang dimiliki oleh Digital Colony, sebuah infrastruktur digital global.

Kabar terbaru Digital Colony, lewat EP ID Holdings Pte. Ltd alias Edge Point, sendiri telah mengakuisisi 76,80% saham emiten menara telekomunikasi Grup Northstar PT Centratama Telekomunikasi Indonesia Tbk (CENT).

Adapun, riset MNC Sekuritas tersebut memberikan rekomendasi overweight untuk emiten telekomunikasi dengan saham pilihan teratas TLKM dan EXCL.

"Kami mempertahankan rekomendasi OVERWEIGHT kami untuk sektor telekomunikasi Indonesia karena kami percaya lalu lintas data akan terus tumbuh dan hasil data tampaknya akan kembali normal," jelas MNC Sekuritas, dikutip ²©²ÊÍøÕ¾, Jumat (17/9/2021).

MNC Sekuritas merekomendasikan beli saham TLKM dengan target harga Rp 4.000/saham, EXCL rekomendasi beli dengan target harga Rp 2.700/saham, dan ISAT rekomendasi tahan (hold) di target harga Rp 5.650/saham.

TIM RISET ²©²ÊÍøÕ¾ INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular