
IHSG Ngedrop Mau Weekend, Ini Dia Saham-saham Biang Keroknya!

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Di tengah Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terbenam di zona merah, sejumlah saham berkapitalisasi pasar jumbo (big cap) menjadi saham pemberat di tengah aksi lego oleh investor asing.
Menurut data Bursa Efek Indonesia (BEI), pukul 14.04 WIB, IHSG melemah 0,30% ke Rp 6.606,047 dengan nilai transaksi Rp 12,26 triliun dan volume perdagangan 15,12 miliar saham.
Kendati IHSG melemah, investor asing ramai-ramai masuk ke bursa dengan nilai beli bersih (net buy) Rp 415,41 miliar di pasar reguler dan beli bersih Rp 155,01 miliar di pasar negosiasi dan pasar tunai.
Indeks sektor barang konsumen non-siklis menjadi indeks yang paling melorot, yakni 0,79%, bersama indeks sektor kesehatan industri hingga finansial. Tercatat hanya tiga sektor yang menghijau hingga siang ini, salah satunya indeks sektor barang baku yang menguat 0,37%.
Berikut ini saham-saham big cap yang ambles dan cenderung mencatatkan jual bersih (net sell) asing terbesar.
Unilever Indonesia (UNVR), saham -1,88%, ke Rp 5.225/saham, net sell Rp 86,8 M
Bank Central Asia (BBCA), -2,26%, ke Rp 7.575/saham, net sell Rp 82,4 M
Semen Indonesia (SMGR), -0,28%, ke Rp 8.900/saham, net sell Rp 45,2 M
Bank Negara Indonesia (BBNI), -2,55%, ke Rp 6.700/saham, net sell Rp 40,4 M
Indofood Sukses Makmur (INDF), -0,73%, ke Rp 6.800/saham, net sell Rp 38,6 M
Telkom Indonesia (TLKM), -0,78%, ke Rp 3.800/saham, net sell Rp 22, 2 M
HM Sampoerna (HMSP) -0,44%, ke Rp 1.140/saham, net buy Rp 166,88 juta
Bank Mandiri (BMRI), -0,70%, ke Rp 7.125/saham, net buy Rp 87,89 M
Menurut data di atas, setidaknya ada 8 saham big cap yang turut memperberat langkah IHSG saat ini, dengan 6 di antaranya mencatatkan net sell terbesar di bursa.
Saham emiten barang konsumen UNVR ambles 1,88% ke Rp 5.225/saham, di tengah aksi jual asing Rp 86,8 miliar. Saham UNVR tampaknya mulai terkena aksi ambil untung setelah melesat selama 4 hari beruntun.
Dalam sepekan, saham UNVR melejit 10,29%, sementara dalam sebulan melonjak 32,91%.
Kedua, saham emiten dengan nilai kapitalisasi pasar terbesar di bursa BBCA juga merosot 2,26% dengan jual bersih asing Rp 82,4 miliar. Seperti saham UNVR, investor juga mulai merealisasikan keuntungan setelah saham BBCA reli selama 3 hari beruntun.
Hari ini adalah hari ketiga saham BBCA diperdagangkan dengan nominal baru pasca-stock split (pemecahan saham).
Pada Kamis kemarin, harga saham BBCA berhasil ditutup menyentuh rekor tertinggi sepanjang masa Rp 7.750/saham.
Rabu lalu, BCA resmi menetapkan harga baru stock split saham dengan rasio 1:5.
Presiden Direktur BBCA Jahja Setiaatmadja mengatakan, dengan harga baru yang mulai diperdagangkan hari ini, perseroan berharap harga saham BCA menjadi relatif terjangkau dan mendapat sambutan positif dari investor.
"Terutama investor pemula yang saat ini aktif berinvestasi di pasar modal," katanya kepada ²©²ÊÍøÕ¾, Rabu (13/10/2021).
Perseroan, kata Jahja, tetap berkomitmen menjaga soliditas fundamental BCA melalui pertumbuhan kinerja yang berkesinambungan, sehingga memberikan nilai tambah kepada segenap pemegang saham.
Adapun, nilai nominal per saham BBCA sebelum stock split adalah Rp 62,5, sedangkan nilai nominal per saham BBCA setelah stock split menjadi sebesar Rp 12,5.
Koreksi terjadi di tengah antisipasi pemodal terhadap data neraca perdagangan September. Pagi tadi, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan neraca dagang RI per September mencatatkan surplus US$ 4,37 miliar. Dengan demikian, neraca perdagangan Tanah Air mengalami untung selama 17 bulan berturut-turut.
Konsensus pasar yang dihimpun ²©²ÊÍøÕ¾ memperkirakan surplus neraca perdagangan September 2021 sebesar US$ 3,69 miliar. Sementara konsensus versi Reuters menunjukkan angka US$ 3,8 miliar.
Sembari memantau data neraca perdagangan, pelaku pasar merealisasikan keuntungan mereka yang dicetak sepekan ini, terutama di tengah risiko masih adanya tekanan ekonomi dunia sebagaimana proyeksi Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF).
Pada Selasa kemarin, IMF merilis laporan World Economic Outlook dan memangkas prospek pertumbuhan ekonomi global sebesar 0,1 poin persentase dibanding proyeksi bulan Juli lalu menjadi 5,9%.
Di sisi lain, proyeksi ekonomi kawasan Asia Tenggara juga diturunkan sebesar 1,4 poin, yakni untuk kelompok "ASEAN-5" yang beranggotakan Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, dan Thailand.
TIM RISET ²©²ÊÍøÕ¾ INDONESIA
(adf/adf) Next Article IHSG Mau Nyusruk di Bawah 6.000, Ini Deretan Biang Keroknya!