Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Sejumlah emiten bank mini alias bank dengan modal inti Rp 1 triliun sampai Rp 5 triliun sedang ramai-ramai melakukan penambahan modal dengan memberikan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) alias rights issue.
Selain rights issue, ada juga bank mini yang melakukan penambahan modal tanpa hak memesan efek terlebih dahulu (PMTHMETD) atau private placement.
Kebanyakan bank mini tersebut menggelar rights issue--termasuk private placement--dengan tujuan menambah modal berkaitan dengan ketentuan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang mewajibkan modal minimal bank Rp 2 triliun tahun ini dan Rp 3 triliun tahun depan. Selain itu, beberapa di antaranya sedang bersiap menjadi bank digital.
Pihak Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sendiri menyebutkan seluruh pemilik bank mini alias bank dengan modal inti (tier 1) di bawah Rp 2 triliun telah berkomitmen untuk memenuhi ketentuan yang disyaratkan otoritas untuk memenuhi modal minimum Rp 2 triliun hingga akhir tahun ini.
Menurut catatan ²©²ÊÍøÕ¾, setidaknya masih terdapat 13 bank yang saat ini belum memenuhi ketentuan permodalan minimal tersebut, mengacu pada laporan keuangan per kuartal III 2021.
Di bawah ini Tim Riset ²©²ÊÍøÕ¾ merangkum 13 bank mini yang sedang dalam proses dan akan melakukan rights issue serta private placement dalam waktu dekat.
1. Bank Victoria International (BVIC)
Bank Victoria akan melakukan private placement dengan target dana Rp 121,13 miliar. PT Victoria Investama Tbk (VICO) akan menyerap saham baru yang akan diterbitkan ini.
Dalam keterbukaan informasi yang dirilis perusahaan, dijelaskan bahwa rencana private placement ini akan dilakukan pada Desember 2021.
Hingga saat ini Victoria Investama, yang juga merupakan pemegang saham pengendali Bank Victoria, akan masih belum menetapkan porsi saham yang akan diambil dalam aksi korporasi ini. Saat ini Victoria Investama memiliki saham BVIC sebanyak 43,59%.
Private placement ini dilakukan untuk meningkatkan modal perusahaan untuk memenuhi ketentuan modal inti minimum senilai Rp 2 triliun di akhir tahun nanti.
Hingga akhir September 2021 lalu, nilai modal inti perusahaan baru sebesar Rp 1,77 triliun.
Jika setelah aksi korporasi ini kebutuhan modal masih belum terpenuhi, maka kekurangan modal tersebut nantinya akan dipenuhi melalui mekanisme setoran modal, yang kemudian akan dikonversi menjadi modal disetor pada aksi korporasi selanjutnya.
2. Bank Ganesha (BGTG)
Bank Ganesha juga akan menggelar rights issue untuk menambah modal inti.
Menurut keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia (BEI), Senin (15/11/2021), jumlah saham baru yang akan diterbitkan sebanyak-banyaknya 5.587.530.000 (5,59 miliar) saham dengan nilai nominal Rp 100/saham.
Jumlah tersebut setara dengan 50% dari modal ditempatkan dan disetor penuh dalam perseroan. Adapun harga pelaksanaan akan diumumkan kemudian di dalam prospektus rights issue perseroan.
Pelaksanaan pendaftaran aksi korporasi ini akan dilakukan setelah mendapatkan persetujuan dari Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB), yang rencananya akan diselenggarakan pada 22 Desember 2021.
Dengan demikian, pelaksanaan PMHMETD sesuai ketentuan yang berlaku paling lambat 12 bulan setelah tanggal pelaksanaan RUPSLB, dengan memperhatikan peraturan perundangan pembatasan jangka waktu pemenuhan Modal Inti Minimum Bank yang berlaku.
Sebelumnya, induk perusahaan Bank Ganesha, GSMF telah menyampaikan untuk melakukan aksi korporasi rights issue.
Kamis bulan lalu (14/10), manajemen GSMF menyampaikan bahwa dana rights issue tersebut akan digunakan untuk meningkatkan investasi saham pada Bank Ganesha, entitas anak yang saat ini dimiliki oleh perseroan sebesar 29,86% dalam rangka memenuhi ketentuan modal inti minimum, baik melalui penyetoran saham sekurang-kurangnya sebesar Rp 1 triliun.
Berdasarkan prospektus di BEI pertengahan Oktober lalu, GSMF berencana untuk menerbitkan sebanyak 7,45 miliar saham dengan harga pelaksanaan Rp 165/unit. Artinya target pendanaan dalam rights issue ini sebesar Rp 1,23 triliun.
3. Bank Jtrust Indonesia (BCIC)
Eks Bank Century dan Bank Mutiara ini sudah menetapkan harga pelaksanaan aksi korporasi rights issue yakni Rp 330/saham.
Perseroan akan menerbitkan sebanyak-banyaknya 4.545.504.522 saham Seri C dengan nilai nominal Rp100 per saham yang akan ditawarkan melalui PMHMETD atau 45,40% dari jumlah saham yang ditempatkan dan disetor penuh dalam perseroan.
Saham-saham tersebut akan ditawarkan melalui Penawaran Umum Terbatas - Tahun 2021 (PUT- 2021).
Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) akan dibagikan kepada para pemegang saham perseroan yang tercatat pada tanggal 19 November 2021 di mana setiap pemilik 500 saham perseroan akan memperoleh 227 HMETD.
Setiap satu HMETD dapat digunakan untuk membeli satu saham dengan membayar harga pelaksanaan sebesar Rp330/saham, maka nilai emisi saham dalam PMHMETD melalui PUT-2021 ini sebanyak-banyaknya Rp 1,50 triliun.
Pemegang saham utama perseroan yakni J Trust Co., Ltd., Jepang, dan kelompok usahanya yakni J Trust Asia Pte. Ltd., Singapura dan PT JTrust Investments Indonesia bersama-sama telah menyatakan akan melaksanakan HMETD dengan kompensasi komponen ekuitas Lain dan konversi Hak Tagih dari pinjaman subordinasi seluruhnya bersama-sama senilai Rp 1,36 triliun dalam PUT-2021 ini.
Periode Perdagangan HMETD berlangsung selama 23-29 November 2021.
4. Bank Capital Indonesia (BACA)
berencana melakukan rights issue dengan menerbitkan sebanyak-banyaknya 20 miliar saham baru dengan nilai nominal Rp 100.
Harga pelaksanaan sendiri belum ditetapkan. Namun, jika mengacu pada harga terendah saham BACA di awal tahun yakni Rp 376/saham, potensi dana yang bisa diraih mencapai Rp 7,5 triliun.
Dalam keterangan kepada pihak bursa pada 11 Oktober 2021 mengenai perkiraan harga pelaksanaan, rasio rights issue, dan target dana yang akan dihimpun dalam aksi korporasi tersebut, manajemen BACA menjawab, pihaknya akan mengikuti peraturan yang berlaku saat ini.
Dalam prospektus pada 22 September 2021, HMETD ini rencananya diperdagangkan di BEI dan dilaksanakan mulai 26 Oktober 2021 sampai dengan 2 November 2021.
Sebelumnya, aksi korporasi ini sudah mendapatkan restu para pemegang saham lewat Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) yang digelar 25 Agustus 2021.
Dalam rights issue ini, PT Inigo Global Capital (IGC) selaku pemegang saham BACA sebesar 14,71% menyatakan akan melaksanakan HMETD yang dimiliki sesuai dengan porsi kepemilikannya.
Kemudian, PT Delta Indo Swakarsa selaku pemegang saham 13,96% menyatakan akan melaksanakan HMETD yang dimiliki sesuai dengan porsi kepemilikan. Dalam hal terdapat pemegang saham Perseroan yang tidak melaksanakan HMETD yang dimilikinya secara penuh, maka pemegang saham tersebut akan mengalami dilusi 47,33%.
Dana hasil rights issue ini akan digunakan untuk memperkuat struktur permodalan perseroan.
5. Bank Ina Perdana (BINA)
Emiten bank yang terafiliasi dengan Grup Salim, PT Bank Ina Perdana Tbk (BINA) berencana menambah modal melalui skema rights issue sebanyak-banyaknya 282,71 juta saham.
Berdasarkan prospektus yang dipublikasikan Bank Ina pada 16 September 2021, jumlah saham yang diterbitkan dalam Penawaran Umum Terbatas (PUT) III ini sebesar 4,76% dari jumlah saham yang ditempatkan dan disetor perseroan.
Nilai nominal dari rights issue ini sebesar Rp 100 per saham dengan harga pelaksanaan berkisar Rp 4.200 sampai Rp 4.380 per saham. Sehingga, potensi jumlah dana yang dihimpun dari rights issue ini sebesar Rp 1,24 triliun.
Anthoni Salim, melalui PT Indolife Pensiontama selaku pengendali saham perseroan menyatakan kesiapannya untuk menambah porsi saham BINA.
"PT Indolife Pensiontama sebagai pemegang saham Pengendali telah menyatakan akan melaksanakan HMETD yang menjadi haknya dalam PUT III.
6. Bank Bisnis Internasional (BBSI)
Bank yang disokong peer to peer lending Kredivo, PT Bank Bisnis Internasional Tbk (BBSI) akan melakukan penerbitan saham baru dengan skema rights issue untuk yang kedua kalinya (Penawaran Umum Terbatas/PUT II).
Dalam keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia (BEI), manajemen BBSI diwakili oleh Presiden Direktur BBSI Laniwati Tjandra mengatakan perseroan berencana untuk melakukan PUT II dengan jumlah sebanyak-banyaknya 434.782.609 saham dengan nilai nominal Rp 100/saham.
Jumlah itu setara dengan 12,56% dari modal disetor perseroan. Saham Lama yang namanya tercatat dalam Daftar Pemegang Saham pada tanggal 16 November 2021 pukul 16.00 WIB berhak atas HMTED perusahaan.
Dana hasil rights issue ini seluruhnya akan digunakan oleh perseroan untuk memperkuat struktur permodalan demi memenuhi ketentuan modal inti OJK dan sebagai tambahan modal kerja dalam rangka pemberian kredit kepada nasabah yang akan direalisasikan secara bertahap.
Asal tahu saja, Kredivo atau FinAccel Teknologi Indonesia saat ini mempunyai kepemilikan saham sebesar 40% sampai dengan 21 Oktober 2021.
7. Bank Neo Commerce (BBYB)
Pemegang saham bank yang dikendalikan startup fintech Tanah Air PT Akulaku Silvrr Indonesia PT Bank Neo Commerce Tbk (BBYB) akan kembali menggelar rights issue lewat Penawaran Umum Terbatas (PUT) V.
Hal tersebut menjadi salah satu keputusan RUPSLB BBYB pada Senin 20 September 2021. Dalam rapat tersebut, agenda rights issue disetujui dengan penambahan modal dasar perseroan dari sebelumnya Rp1,5 triliun menjadi Rp3 triliun.
Dengan demikian, terjadi perubahan modal dasar dari semula sebanyak 15 miliar lembar saham senilai Rp 1,5 triliun menjadi sebanyak 30 miliar lembar saham senilai Rp 3 triliun dengan nominal Rp 100 per lembar saham.
Tjandra menjelaskan tujuan perubahan modal dasar perseroan sejalan dengan rencana penambahan modal disetor perseroan guna memenuhi POJK tentang pemenuhan modal minimum bank. Selain itu juga untuk menunjang akselerasi kami sebagai bank digital ke depannya.
Untuk diketahui, penambahan modal ini rencananya akan dilakukan melalui skema rights issue dengan target dana yang dihimpun sebesar Rp 2,5 triliun.
Sebelumnya Tjandra menyebutkan peningkatan modal hingga Rp 3 triliun ini tak hanya memenuhi ketentuan OJK, tapi menjadi bagian rencana kami dalam bertransformasi menjadi bank digital
"Rights issue sekarang sedang berjalan, target kami [bisa menghimpun dana] HMETD Rp 2,5 triliun," ungkap Tjandra dalam paparan publik, Senin (6/9/2021).
Bank bersandi BBYB ini akan menggunakan dana hasil rights issue tersebut akan digunakan untuk belanja modal dan meningkatkan modal inti. Sisanya untuk investasi di sektor teknologi dan informasi (IT) dan belanja operasional.
8. Allo Bank Indonesia (BBHI)
Dalam penjelasan kepada BEI pada 22 Oktober 2021--yang kembali ditegaskan pada Senin (8/11)--manajemen Allo Bank saat ini menyatakan pihaknya masih menunggu pernyataan efektif OJK untuk aksi korporasi penerbitan saham baru dengan Penambahan Modal dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (PMHMETD) atau rights issue.
Bank milik pengusaha nasional Chairul Tanjung ini juga akan mengumumkan perubahan dan atau tambahan mengenai informasi rights issue nantinya.
Aksi korporasi tersebut telah direstui oleh Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) perusahaan yang digelar Jumat (15/10/2021).
Berdasarkan prospektus yang dipublikasikan di situs resmi perusahaan, Allo Bank akan menerbitkan saham baru sebanyak 10.047.322.871 (10,04 miliar) saham biasa atas nama atau sebesar 46,24% dari modal ditempatkan dan disetor penuh perseroan setelah PMHMETD III dengan nilai nominal Rp100.
Harga pelaksanaan ditetapkan sebesar Rp 478/saham sehingga sehingga jumlah dana yang akan diterima dalam PMHMETD III ini sebesar Rp 4.802.620.332.338 (Rp 4,8 triliun).
Besaran jumlah saham ini masih sesuai dengan hasil RUPSLB Jumat pekan lalu (15/10) di mana pemegang saham menyetujui penerbitan saham baru sebanyak-banyaknya 11 miliar saham baru.
HMETD ini diperdagangkan di BEI dan dilaksanakan selama 5 hari kerja mulai tanggal 20 Desember 2021 sampai dengan tanggal 24 Desember 2021.
Berdasarkan surat pernyataan tanggal 19 Oktober 2021, PT Mega Corpora selaku pemegang saham utama perseroan dengan kepemilikan 90% telah menyatakan hanya akan mengambil bagian dan melaksanakan sebagian dari HMETD yang menjadi haknya sebanyak 2.712.777.020 (2,71 miliar saham) atau sekitar 30% dari seluruh HMETD yang menjadi haknya.
Mega Corpora akan mengalihkan HMETD sisanya kepada beberapa investor strategis dalam rangka pemenuhan ketentuan Pasal 21 Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No.9/POJK.04/2018 tentang Pengambilalihan Perusahaan Terbuka.
Hanya saja belum diungkapkan secara detail siapa calon investor strategis yang akan masuk menjadi pemegang saham bank eks Bank Harda ini.
Terbaru, pada Senin (8/11), manajemen Allo Bank menjelaskan kepada bursa, investor strategis saat ini masih dalam proses due dilligence dan akan memberikan komitmennya sebelum jadwal pernyataan pendaftaran menjadi efektif dari OJK.
9. Bank Maspion Indonesia (BMAS)
Emiten bank milik pengusaha nasional Alim Markus, PT Bank Maspion Indonesia Tbk (BMAS) sudah mendapat restu pemegang saham untuk melakukan rights issue sebanyak-banyaknya 2,28 miliar saham baru dengan nilai nominal Rp 100 per saham.
Investor Thailand, Kasikorn Vision Company dipastikan akan menyerap rencana penambahan modal melalui HMETD Bank Maspion sebanyak-banyaknya 2,28 miliar saham baru. Hal itu sudah diputuskan dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) yang diselenggarakan pada 8 April 2021 di Surabaya, Jawa Timur.
Belum ditetapkan harga pelaksanaan rights issue ini, namun, ²©²ÊÍøÕ¾ sebelumnya mencatat, jika mengacu pada pergerakan harga saham BMAS rata-rata di kisaran Rp 1.370 sampai dengan Rp 1.610 per saham, maka dari rights issue ini, diperkirakan perseroan akan meraih dana sebesar Rp 3,13 triliun sampai dengan Rp 3,68 triliun.
Adapun kabar terbaru, pada 13 Juli lalu, pihak Bank Maspion mengumumkan rencana perubahan struktur dan perpanjangan waktu rights issue hingga waktu yang belum ditentukan.
10. Bank MNC Internasional (BABP)
Bank Grup MNC PT Bank MNC Internasional Tbk (BABP) juga sedang dalam proses penambahan modal melalui rights issue.
BABP tercatat menambah modal melalui HMETD, menargetkan 14.234.614.922 saham seri B, dengan rasio 2:1 (dua saham lama akan mendapatkan satu HMETD), maksimal 33,33% dari total modal disetor setelah HMETD.
Dengan harga eksekusi HMETD sebesar Rp 318, BABP menargetkan penghimpunan dana segar hingga Rp 4,5 triliun.
Manajemen BABP menjelaskan, seluruh dana hasil rights issue tersebut 100% akan digunakan untuk, pertama, untuk memperkuat struktur permodalan MNC Bank, memperluas kapasitas pinjaman MNC Bank dan akuisisi nasabah secara digital untuk mendukung pertumbuhan bisnis perseroan, serta untuk pengembangan aplikasi MotionBanking.
Manajemen BABP dalam pernyataan resmi mengungkapkan alasan di balik serapan dari sang pemilik terbesar saham BABP tersebut yang hanya Rp 200 miliar.
Menurut manajemen, ada investor strategis yang akan berinvestasi di BABP melalui private placement, menyusul pelaksanaan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) BABP yang telah disetujui OJK. Hanya saja belum diungkapkan siapa investor strategis yang akan masuk.
Sebagai informasi, periode perdagangan rights issue BABP berlangsung pada 14 -27 September 2021.
11. Bank Oke Indonesia (DNAR)
PT Bank Oke Indonesia (DNAR) sedang dalam proses melakukan rights issue sebanyak-banyaknya Rp 499,83 miliar.
Berdasarkan prospektus yang dipublikasikan perusahaan, DNAR berencana menerbitkan saham baru sebanyak 2,53 miliar saham dengan harga pelaksanaan Rp 197 per saham.
"APRO Financial Co Ltd selaku pemegang saham utama perseroan telah menyatakan kesanggupannya untuk melaksanakan seluruh HMETD untuk membeli saham baru yang diterbitkan dalam rangka Penawaran Umum Terbatas (PUT) III," tulis prospektus perusahaan, dikutip Selasa (5/10/2021).
Mengacu situs perusahaan, APRO Financial adalah perusahaan pembiayaan dari Korea Selatan yang berfokus di sektor consumer loan. Sampai dengan 8 September ini, APRO menjadi pemegang saham pengendali dengan kepemilikan 90,26% atas saham DNAR.
Terkait HMETD ini, perseroan sudah memperoleh restu pemegang saham dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) pada 5 Mei 2021 dengan tanggal efektif dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada 30 September 2021.
Tanggal terakhir perdagangan saham dengan HMETD di pasar reguler dan negosiasi pada 8 Oktober 2021 di pasar reguler dan negosiasi dan pasar tunai 12 Oktober.
12. Bank Amar Indonesia (AMAR)
PT Bank Amar Indonesia Tbk (AMAR), berencana menambah modal melalui skema penerbitan saham baru lewat rights issue sebanyak-banyaknya 20 miliar saham baru.
Berdasarkan keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia (BEI), yang disampaikan bank yang berdomisili di Kota Surabaya ini, perseroan menetapkan nilai nominal Rp 100 dalam rights issue ini.
Namun, belum diumumkan lebih lanjut mengenai harga pelaksanaan dari rights issue bank bersandi AMAR ini.
Perseroan telah memperoleh restu pemegang saham dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) mengenai rights issue ini.
Bank Amar juga sudah mengajukan pernyataan efektif kepada OJK. Dengan demikian ditargetkan, pelaksanaan rights issue akan dilakukan pada akhir kuartal keempat tahun ini.
Dalam penjelasannya, direksi Bank Amar menyampaikan, tujuan dari penambahan modal ini untuk memperkuat modal inti perseroan menjadi Rp 2 triliun pada tahun ini sesuai dengan aturan OJK.
13. Bank Nationalnobu (NOBU)
Emiten bank yang terafiliasi dengan Grup Lippo, PT Bank Nationalnobu Tbk (NOBU) berencana melaksanakan rights issue dengan menerbitkan saham baru sebanyak-banyaknya 164.367.122 dengan nilai nominal Rp 100 per saham dengan harga pelaksanaan Rp 1.205 per saham.
Nilai yang ditawarkan tersebut mewakili 3,57% dari modal ditempatkan dan disetor penuh setelah penawaran umum terbatas (PUT), sehingga nilai PUT adalah sebanyak-banyaknya Rp 198,06 miliar.
Perusahaan terafiliasi dengan Grup Lippo, PT Grahaputra Mandirikharisma (GPMK), menyatakan kesiapannya menjadi pembeli siaga (standby buyer) dalam rights issue itu.
Rencananya, dana perolehan rights issue sebesar Rp 193 miliar akan digunakan perseroan untuk mengambilalih aset berupa Menara UPH dan Gedung Kantor GMT yang dimiliki oleh GPMK.
Dua aset yang dimaksud yakni sebagian ruang dalam Gedung Gajah Mada Tower (GMT) Lantai G, 1 dan 2, Jl. Gajah Mada No. 25-26, Petojo Utara, Gambir, Jakarta Pusat dan seluruh Gedung A Universitas Pelita Harapan (UPH), Jl. MH Thamrin No. 1 Lippo Karawaci, Tangerang, Banten
Sisanya, akan digunakan perseroan untuk modal kerja berupa penyaluran kredit kepada nasabah.
TIM RISET ²©²ÊÍøÕ¾ INDONESIA