²©²ÊÍøÕ¾

Mau 'Kawin' dengan Gojek, Saham ARTO Nanjak Terus!

Aldo Fernando, ²©²ÊÍøÕ¾
25 November 2021 12:23
Bank Jago. Dok: Bank Jago

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Harga saham emiten bank PT Bank Jago Tbk (ARTO) melaju di zona hijau hingga penutupan sesi I perdagangan hari ini, Kamis (25/11/2021).

Kenaikan saham ARTO terjadi di tengah bank digital yang dibekingi oleh GoJek dan Northstar Group tersebut berencana untuk mengintegrasikan layanan digitalnya dengan induk, yaitu GoPay yang merupakan sayap bisnis keuangan Gojek.

Menurut data Bursa Efek Indonesia (BEI),  ARTO menguat 2,14% ke posisi Rp 15.675/saham, dengan nilai transaksi jumbo sebesar Rp 452,60 miliar dan volume perdagangan 29,14 juta saham.

Seiring dengan menguatnya saham ARTO, investor asing berbondong-bondong memborong saham ini dengan nilai beli bersih Rp 26,70 miliar di pasar reguler.

Dengan ini, dalam sebulan saham ARTO terkerek naik 4,55% dan sejak awal tahun ini (year to date/ytd) meroket 300,36%. Saat ini, nilai kapitalisasi pasar saham ARTO tercatat sebesar Rp 215,12 triliun.

Diwartakan sebelumnya, dalam undangan jumpa pers yang diterima ²©²ÊÍøÕ¾ ARTO dan Gopay akan menggelar temu virtual guna menjelaskan perihal integrasi layanan keuangan dua entitas tersebut. Acara tersebut bakal dihelat pada Kamis ini (25/11/2021).

Dalam acara tersebut akan hadir para petinggi kedua perusahaan mulai dari CEO ARTO yakni Kharim Siregar, CMO GoPay Fibriyani Elastria dan tak ketinggalan CEO GoPay Hans Patuwo.

Berdasarkan presentasi ARTO di acara Public Expose (Pubex) September lalu, integrasi antara Gojek dengan ARTO sudah dimulai dengan menghubungkan Kantong Jago dengan aplikasi Gojek.

Selain itu, bentuk integrasi lain yang dilakukan adalah dengan memberikan keleluasaan pada nasabah untuk membayar layanan Gojek melalui kantong Jago hingga memberikan promosi berupa bebas biaya untuk pengisian (top up) dan penarikan dana di GoPay melalui Jago.

Materi Pubex tersebut juga menjelaskan bahwa ke depannya integrasi antara bank digital dan perusahaan fintech tersebut akan semakin diperluas lewat pendataan profil nasabah GoPay dan Jago dengan satu alur yang nyaman, pembayaran dari Kantong Jago di semua merchant melalui GoPay.

Akses ke fitur Jago lainnya juga akan dibuka, sehingga pengguna GoPay nantinya bisa juga membuka rekening Jago lewat platform yang ada hingga memungkinkan pengguna untuk mengelola dana/uang digital di GoPay melalui aplikasi Jago.

Sebagaimana oleh Tim Riset ²©²ÊÍøÕ¾ sebelumnya, prospek bank digital di Indonesia masih sangatlah cerah. Untuk kasus ARTO banyak analis yang memberikan prospek bullish karena dinilai sudah punya ekosistem besar dan langkah integrasi sudah dijalankan.

Kinerja keuangan ARTO juga menunjukkan perbaikan. Berdasarkan laporan keuangan perseroan pada triwulan III tahun 2021, ARTO berhasil membalikkan kerugian menjadi laba.

Jika di sepanjang tahun 2020 total rugi bersih yang dibukukan bank milik bankir senior Jerry Ng ini mencapai Rp 190 miliar. Namun per September 2021, ARTO sukses mencetak laba Rp 14 miliar.

Kesuksesan ARTO dalam mencetak laba tak terlepas dari strategi funding fokus pada dana murah serta lending ke portofolio kredit yang berkualitas.

Dari sisi penghimpunan dana, total Dana Pihak Ketiga (DPK) ARTO mencapai Rp 2,5 triliun. Naik signifikan dari akhir tahun lalu yang hanya kurang dari Rp 1 triliun. Sebanyak 39% dari DPK merupakan akun nasabah yang dikenal sebagai dana murah (CASA).

Proporsi CASA pun terus bertumbuh sehingga biaya atas dana (CoF) pun bisa ditekan. Akhir tahun 2020 rasio CoF ARTO masih 4,5%. Per September kemarin rasio CoF turun menjadi 3,3%.

Kemudian dari sisi lending, total pinjaman yang disalurkan ARTO mencapai Rp 3,7 triliun. Menariknya lagi 96% dari penyaluran pinjaman tersebut ke debitur yang baru. Artinya hanya 4% yang disalurkan ke debitur eks Bank Artos.

Kualitas kredit baru yang tersalurkan juga bisa dibilang prima. Hal ini tercermin dari rasio kredit bermasalah (NPL) yang tercatat hanya 0,6% pada kuartal III-2021.

Kredit yang tumbuh positif dan menurunnya CoF membuat rasio profitabilitas ARTO (NIM) terutama yang disumbang dari kredit naik signifikan dari 5,5% pada tahun 2020 menjadi 13,9% pada akhir September 2021 jika menggunakan pendekatan normalisasi pada tingkat intermediasi (LDR) 90%.

Pasca mengeksekusi Penambahan Modal dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (PMHMETD) atau right issue di awal tahun ini, ARTO mendapat suntikan dana segar yang jumbo. Dampaknya aset perusahaan meningkat pesat.

Per September 2021, ARTO masih memiliki dana yang ditempatkan di bank sentral sebesar Rp 6,4 triliun. Dari sisi permodalan rasio kecukupan modal minimum (KPMM atau yang lebih dikenal sebagai CAR) juga berada di level yang solid yakni 224,2%.

Artinya meskipun penyaluran kredit ARTO sudah sangat ekspansif, kapasitas yang dapat diutilisasi masih sangatlah besar. Tinggal bagaimana perusahaan mengelola risiko dari penyaluran kredit yang pruden.

Ditambah lagi dengan adanya integrasi layanan ARTO dan GoPay artinya bank semakin punya akses terhadap pengguna Gojek dan GoPay yang tentunya sangat besar.

Sebagai gambaran saja, Gojek punya lebih dari 30 juta pengguna aktif per bulannya sedangkan GoPay masuk ke dalam jajaran 5 besar e-wallet dengan pangsa pasar paling tinggi di Tanah Air. Dengan integrasi tersebut maka ARTO semakin punya akses untuk menggaet nasabah guna mendapatkan strategi funding yang murah.

Sementara itu dari sisi Gojek dan GoPay, user atau customer experience akan semakin terdongkrak dan seamless. Belum lagi utilisasi fee based income dari transaksi yang terjadi di ekosistem atau platform. Memang untuk sekarang perusahaan masih membutuhkan strategi promosi yang masif.

Namun jika nanti ekosistem semakin matang, integrasi layanan tersebut membuat nasabah dan pengguna nyaman maka selain CoF turun, fee based income juga akan ikut terkerek naik. Dengan modal yang kuat dan tata kelola risiko efektif maka jalan menuju profitabilitas semakin terbuka lebar

TIM RISET ²©²ÊÍøÕ¾ INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular