Industri Semen Belum Pulih, Tengok Laba Indocement Drop

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Laba tahun berjalan yang diperoleh PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) turun tipis sepanjang 2021. Secara tahunan (year-on-year/yoy) tercatat sebesar 1% menjadi Rp 1,79 triliun pada 2021 dari posisi Rp 1,81 triliun pada 2020.
Berdasarkan paparan kinerja perusahaan yang dikutip Jumat (25/3/2022), INTP tercatat berhasil mengerek pendapatan bersih sepanjang 2021 sebesar 4,1% YoY. Hingga akhir 2021, pendapatan neto INTP ada di angka Rp14,771 triliun.
Pada saat yang sama, volume penjualan perusahaan juga tumbuh 5% YoY dari 17.108 ribu ton pada 2020 menjadi 17.960 ribu ton di 2021. Jika dirinci, penjualan semen domestik perusahaan naik 2%, klinker di pasar domestik 71%, dan klinker ekspor meningkat pesat 156%.
"Total Volume Penjualan meningkat sebesar 5% diikuti dengan peningkatan Pendapatan Neto sebesar 4,1% karena harga jual rata-rata yang lebih rendah dari penjualan ekspor (yang lebih banyak klinker)," tulis perusahaan dikutip dari laman Bursa Efek Indonesia.
Akan tetapi, beban pokok pendapatan INTP di periode tersebut turun naik 6,3% YoY dari Rp9,07 triliun per 2020 menjadi Rp9,64 triliun di 2021. Kenaikan ini terjadi karena peningkatan volume penjualan dan biaya energi terutama dari harga batu bara.
Pada periode yang sama, total aset yang dimiliki INTP berkurang 4,4% YoY dari Rp27,34 triliun di 2020 menjadi Rp26,13 triliun per 2021. Kas dan setara kas yang dipegang perusahaan per akhir 2021 sejumlah Rp6,1 triliun.
Atas kinerja tersebut, maka laba per saham INTP kini ada di posisi Rp486,79/lembar. Nilai ini berkurang dibanding posisi pada 2020 sebesar Rp490,69/lembar.
Pada 2022, INTP memproyeksikan pasar semen di Indonesia bisa tumbuh 4-5%. Perusahaan memastikan biaya energi yang harus ditanggung akan tetap tinggi karena volatilitas harga batu bara dan bahan bakar.
"Kami telah menaikkan harga jual di Maret untuk mengkompensasi sebagian dari kenaikan biaya energi, dan akan terus memantau secara seksama perkembangan pangsa pasar kami untuk melihat apakah kenaikan harga tersebut diikuti oleh pesaing atau tidak," tulis perusahaan.
(hps/hps) Next Article Semen Indonesia Mampu Cetak Kenaikan Laba Bersih 10%
