
Bukan Mitratel atau Sandi Uno Raja Menara RI, tapi Djarum

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Kedatangan perusahaan yang disokong Grup Telkom, PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (MTEL) alias Mitratel di Bursa Efek Indonesia tahun lalu, membuat peta persaingan bisnis emiten bursa di sektor tersebut semakin ramai.
Di bawah ini, Tim Riset ²©²ÊÍøÕ¾ merangkum peta kekuatan 6 emiten menara yang melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI). Dalam tulisan ini, Tim Riset mengacu pada data per semester I 2021 lantaran sejumlah emiten di atas belum melaporkan data teranyar.
Termasuk MTEL, keenam emiten menara yang dimaksud adalah PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG) yang dimiliki Grup Saratoga, dimana Menteri Pariwisara dan Industri Kreatif Sandiaga Uno menjadi salah satu pemegang saham. Lalu ada PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR) milik Grup Djarum.
Kemudian, ada PT Inti Bangun Sejahtera Tbk (IBST) milik Grup Sinar Mas dan PT Centratama Telekomunikasi Indonesia Tbk (CENT) yang saat ini dikuasai oleh EP ID Holdings Pte. Ltd.
Dalam artikel ini, Tim Riset menggabungkan unit menara milik PT Solusi Tunas Pratama Tbk (SUPR) dengan TOWR. Ini lantaran 99,96% saham SUPR telah diakuisisi oleh TOWR lewat anak usahanya Protelindo. TOWRÂ dan anak usahanya merupakan perusahaan yang tergabung dalam Grup Djarum
Sebagai gambaran, perusahaan menara telekomunikasi berperan sebagai penyedia infrastruktur bagi operator jaringan seluler (mobile network operators/MNO), seperti Telkomsel, Indosat, XL Axiata, dan lain sebagainya.
Jumlah Menara dan Rasio Penyewaan Emiten Menara RI per Semester I 2021
Kode Ticker | Jumlah Menara per Semester I 2021 (Unit) | Rasio Penyewaan (tenancy ratio) |
TOWR & SUPR | 27,985 | 1.89x |
MTEL | 23,232 | 1.57x |
TBIG | 19,598 | 1.89x |
CENT | 8,095 | 1.59x |
IBST | 2,638 | 1.82x |
BALI | 2,631 | 0.80x |
Sumber: BEI, laman resmi perusahaan, diolah
Apabila menilik data di atas, TOWR memimpin klasemen dengan jumlah menara 27.985 unit. Jumlah tersebut disumbang dari menara milik SUPR sebanyak 6.410 lokasi menara per akhir Juni 2021.
Adapun, MTEL mengintai TOWR dengan jumlah menara 23.232 lokasi per akhir paruh pertama 2021.
Dari sisi rasio penyewaan (tenancy ratio) TOWR dan TBIG memimpin dengan sama-sama memiliki rasio 1,89 kali per akhir semester I 2021.
Secara sederhana, tenancy ratio adalah jumlah total penyewaan yang dimiliki sebuah perusahaan menara telekomunikasi atau MNO di menaranya dibagi dengan jumlah total menara.
Sementara, apabila menggunakan data teranyar dari ketiga pemain besar tersebut, TOWR memiliki 21.639 (atau ditambah dengan SUPR menjadi 28.049) unit menara dengan tenancy ratio tetap 1,89 kali per kuartal III 2021.
Kemudian, MTEL, yang memiliki data paling anyar, memiliki 28.206 unit menara per akhir 2021, bertambah signifikan tinimbang pada semester I di atas.
Namun, mengacu pada laporan tahunan 2021 perusahaan, rasio penyewaan MTEL turun menjadi 1,51 kali, kendati jumlah penyewa (tenant) naik 31,79% secara tahunan (yoy) menjadi 45.410 penyewa (termasuk reseller).
Selanjutnya, Per 31 Desember 2021, TBIG memiliki 39.088 penyewaan dan 20.578 site telekomunikasi.
Site telekomunikasi milik TBIG terdiri dari 20.466 menara telekomunikasi dan 112 jaringan DAS. Dengan angka total penyewaan pada menara telekomunikasi sebanyak 38.976, maka rasio kolokasi atawa tenancy ratio perseroan menjadi 1,90 kali.
Kinerja Keuangan 3 Raksasa yang Moncer
Mengenai kinerja keuangan, ketiga emiten besar tersebut memiliki kinerja positif. Untuk TOWR, perusahaan baru melaporkan kinerja keuangan per akhir kuartal III 2021.
Pertama, Mitratel membukukan kenaikan laba bersih 2021 sebesar 129,4% menjadi Rp 1,38 triliun dibandingkan tahun 2020 yang sebesar Rp 602 miliar.
Lonjakan laba bersih anak usaha PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM) tersebut ditopang pertumbuhan pendapatan. Sepanjang 2021, pendapatan Mitratel tumbuh 11% menjadi Rp 6,87 triliun dibandingkan tahun 2020 yang sebesar Rp 6,18 triliun.
Kedua, TBIG yang mencetak pendapatan Rp 6,18 triliun di sepanjang 2021.
Berdasarkan laporan keuangan, pendapatan tersebut meningkat 15,99% secara tahunan atau year-on-year (yoy), dari Rp 5,33 triliun di akhir 2020.
TBIG tercatat membukukan laba kotor sebesar Rp 4,7 triliun, naik 11,15% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 4,23 triliun.
Meningkatnya laba bruto perseroan ini turut mengerek laba bersih yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk menjadi Rp 1,55 triliun di 2021. Jumlah ini naik 53,42% dibandingkan dengan 2020 sebesar Rp 1 triliun.
Ketiga, TOWR sukses mencetak kenaikan laba bersih 35,18% secara yoy menjadi Rp 2,58 triliun per akhir September 2021, dari laba bersih periode yang sama tahun sebelumnya Rp 1,91 triliun.
Sementara, pendapatan bersih TOWR tumbuh 9,22% yoy dari sebelumnya Rp 5,55 triliun menjadi Rp 6,07 triliun per akhir triwulan ketiga 2021.
TIM RISET ²©²ÊÍøÕ¾ INDONESIA
(adf/adf) Next Article Raih Dana Rp 18T, Mitratel Bakal Beli Lagi 6.000 Menara