
Cek! 5 Emiten Batu Bara Mulai Migrasi ke Energi Terbarukan

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Sejumlah emiten batu bara mulai menyongsong era transisi energi dengan berlomba-lomba melakukan diversifikasi bisnis ke sektor energi baru terbarukan (EBT) dan sektor terkait, seperti kendaraan listrik (electric vehicle/EV).
Hal tersebut dilakukan untuk mengantisipasi semakin berkurangnya penggunaan batu bara pada masa depan seiring langkah pemerintah untuk mengejar net zero emission (karbon netral) sampai pada tahun 2060.
Berikut Tim Riset ²©²ÊÍøÕ¾ merangkum 5 emiten energi yang masuk ke bisnis EBT dan bisnis penopang EV.
1. Adaro Energy Indonesia (ADRO)
PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) serius mengembangkan bisnis di luar batu bara. Saat ini, emiten yang dinakhodai Garibaldi 'Boy' Thohir tersebut sedang berusaha berekspansi ke proyek smelter aluminium.
Menurut penjelasan manajemen ADRO, perusahaan saat ini sedang berusaha masuk ke sektor ekonomi hijau atau green energy, dengan berusaha menjadi pemasok bahan baku pembuatan komponen mobil listrik (EV) atau panel surya ke depan.
"Saat ini masih dalam tahap perencanaan. Proses konstruksi diperkirakan memakan waktu 24 bulan. Produk yang akan dihasilkan berupa aluminium ingot atau aluminium sheet," jelas Head of Corporate Communication ADRO Febriati Nadira kepada ²©²ÊÍøÕ¾, Rabu (30/3/2022).
Sebagai informasi, nilai investasi proyek pembangunan smelter yang berada di Kawasan Industri Hijau Indonesia tersebut diperkirakan akan mencapai US$ 728 juta atau kisaran Rp 10,41 triliun (asumsi kurs Rp 14.300/US$).
Sebelumnya, Wakil Presiden Direktur Adaro Ario Rachmat mengatakan investasi ini sejalan dengan rencana transformasi bisnis melalui green initiative jangka panjang perusahaan dan mendukung program hilirisasi industri yang dicanangkan pemerintah.
"Kami optimis permintaan dunia atas produk aluminium akan terus meningkat, terutama untuk kabel, baterai, dan sasis. Kami juga berharap di masa mendatang, industri lainnya seperti industri panel surya dan mobil listrik yang membutuhkan aluminium juga bisa diproduksi di sini," terang Ario dalam siaran persnya, pada 23 Desember 2021.
Adaro juga akan berfokus ke beberapa jenis EBT, seperti biomassa, energi surya, air, dan angin. Namun, menurut penjelasan Presiden Direktur ADRO Garibaldi Thohir pada 19 April 2021, pihaknya akan fokus ke Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) dan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA).
2. Indika Energy (INDY)
Pemain energi utama lainnya, PT Indika Energy Tbk (INDY) juga perlahan mulai meninggalkan batu bara, salah satunya dengan masu ke industri motor listrik.
Teranyar, INDY bersama dengan anak usaha, PT Indika Energy Infrastructure, telah mendirikan perusahaan dengan nama PT Solusi Mobilitas Indonesia (SMI).
Penyertaan saham perusahaan dalam SMI merupakan langkah perusahaan untuk melakukan ekspansi usaha ke sektor kendaraan listrik di Indonesia. INDY memiliki 99,998% saham senilai Rp 49.99 miliar sedangkan 0,002% sisanya senilai Rp 1.000.000 dimiliki oleh Indika Energy Infrastructure (IEI).
"Tujuan pendirian SMI adalah demi kelangsungan kegiatan usaha industri sepeda motor roda dua, perdagangan besar sepeda motor dan suku cadang sepeda motor dan aksesori, serta melakukan jasa konsultasi manajemen," ungkap Adi Pramono, Sekretaris Perusahaan dalam keterbukaan informasi, Rabu (30/3/2022).
Tahun lalu, INDY juga mendirikan PT Electra Mobilitas Indonesia (EMI). Nilai investasi untuk pendirian perusahaan ini mencapai Rp 40 miliar.
Manuver INDY masuk bisnis kendaraan listrik sejalan dengan rencana bisnis jangka panjang. Perusahaan Sejak 2018, INDY melakukan diversifikasi ke sektor non-batubara, rendah karbon dan berkelanjutan.
Sebelumnya, INDY juga telah menandatangani Nota Kesepahaman (Memorandum of Understanding/MoU) antara Foxconn, Gogoro Inc, PT Industri Baterai Indonesia (IBC), pada 21 Januari lalu.
Melalui Nota Kesepahaman ini, Foxconn yang merupakan perusahaan internasional perakit smartphone Apple, bersama Gogoro, IBC, dan INDY akan menjajaki kerja sama investasi ekosistem EV yang komprehensif di Indonesia, mulai dari pembuatan baterai listrik (termasuk sel baterai, modul baterai, dan baterai), hingga ke pengembangan industri kendaraan listrik roda empat, kendaraan listrik roda dua, dan bus listrik (E-Bus).
Rencananya, Foxconn akan resmis berinvestasi di sektor baterai EV RI pada kuartal III 2022.
Lingkup kerja sama juga mencakup pengembangan industri penunjang EV yang meliputi energy storage system (ESS), battery exchange/swap station, battery daur ulang, serta riset dan pengembangan (R&D) di bidang baterai elektrik dan EV.
Selain itu, INDY melalui anak usaha, Empat Mitra Indika Tenaga Surya (EMITS) terus memperluas portofolio ke sektor EBT.
Beberapa diantaranya, seperti melalui pemasangan solar photovoltaic (PV), pengembangan pelabuhan berkelanjutan (green port), hingga pembangunan PLTS hybrid kombinasi solar PV dengan baterai berkapasitas terbesar di Indonesia.
Masih ada TOBAÂ sampai UNTRÂ di Halaman Selanjutnya >>>
