²©²ÊÍøÕ¾

Review

Cek! 5 Emiten Batu Bara Mulai Migrasi ke Energi Terbarukan

Aldo Fernando, ²©²ÊÍøÕ¾
08 April 2022 10:50
Bongkar Muat Batu Bara
Foto: Pekerja melakukan bongkar muat batubara di Terminal Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Kamis (6/1/2022). (²©²ÊÍøÕ¾/ Tri Susilo)

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Sejumlah emiten batu bara mulai menyongsong era transisi energi dengan berlomba-lomba melakukan diversifikasi bisnis ke sektor energi baru terbarukan (EBT) dan sektor terkait, seperti kendaraan listrik (electric vehicle/EV).

Hal tersebut dilakukan untuk mengantisipasi semakin berkurangnya penggunaan batu bara pada masa depan seiring langkah pemerintah untuk mengejar net zero emission (karbon netral) sampai pada tahun 2060.

Berikut Tim Riset ²©²ÊÍøÕ¾ merangkum 5 emiten energi yang masuk ke bisnis EBT dan bisnis penopang EV.


1. Adaro Energy Indonesia (ADRO)

PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) serius mengembangkan bisnis di luar batu bara. Saat ini, emiten yang dinakhodai Garibaldi 'Boy' Thohir tersebut sedang berusaha berekspansi ke proyek smelter aluminium.

Menurut penjelasan manajemen ADRO, perusahaan saat ini sedang berusaha masuk ke sektor ekonomi hijau atau green energy, dengan berusaha menjadi pemasok bahan baku pembuatan komponen mobil listrik (EV) atau panel surya ke depan.

"Saat ini masih dalam tahap perencanaan. Proses konstruksi diperkirakan memakan waktu 24 bulan. Produk yang akan dihasilkan berupa aluminium ingot atau aluminium sheet," jelas Head of Corporate Communication ADRO Febriati Nadira kepada ²©²ÊÍøÕ¾, Rabu (30/3/2022).

Sebagai informasi, nilai investasi proyek pembangunan smelter yang berada di Kawasan Industri Hijau Indonesia tersebut diperkirakan akan mencapai US$ 728 juta atau kisaran Rp 10,41 triliun (asumsi kurs Rp 14.300/US$).

Sebelumnya, Wakil Presiden Direktur Adaro Ario Rachmat mengatakan investasi ini sejalan dengan rencana transformasi bisnis melalui green initiative jangka panjang perusahaan dan mendukung program hilirisasi industri yang dicanangkan pemerintah.

"Kami optimis permintaan dunia atas produk aluminium akan terus meningkat, terutama untuk kabel, baterai, dan sasis. Kami juga berharap di masa mendatang, industri lainnya seperti industri panel surya dan mobil listrik yang membutuhkan aluminium juga bisa diproduksi di sini," terang Ario dalam siaran persnya, pada 23 Desember 2021.

Adaro juga akan berfokus ke beberapa jenis EBT, seperti biomassa, energi surya, air, dan angin. Namun, menurut penjelasan Presiden Direktur ADRO Garibaldi Thohir pada 19 April 2021, pihaknya akan fokus ke Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) dan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA).

2. Indika Energy (INDY)

Pemain energi utama lainnya, PT Indika Energy Tbk (INDY) juga perlahan mulai meninggalkan batu bara, salah satunya dengan masu ke industri motor listrik.

Teranyar, INDY bersama dengan anak usaha, PT Indika Energy Infrastructure, telah mendirikan perusahaan dengan nama PT Solusi Mobilitas Indonesia (SMI).

Penyertaan saham perusahaan dalam SMI merupakan langkah perusahaan untuk melakukan ekspansi usaha ke sektor kendaraan listrik di Indonesia. INDY memiliki 99,998% saham senilai Rp 49.99 miliar sedangkan 0,002% sisanya senilai Rp 1.000.000 dimiliki oleh Indika Energy Infrastructure (IEI).

"Tujuan pendirian SMI adalah demi kelangsungan kegiatan usaha industri sepeda motor roda dua, perdagangan besar sepeda motor dan suku cadang sepeda motor dan aksesori, serta melakukan jasa konsultasi manajemen," ungkap Adi Pramono, Sekretaris Perusahaan dalam keterbukaan informasi, Rabu (30/3/2022).

Tahun lalu, INDY juga mendirikan PT Electra Mobilitas Indonesia (EMI). Nilai investasi untuk pendirian perusahaan ini mencapai Rp 40 miliar.

Manuver INDY masuk bisnis kendaraan listrik sejalan dengan rencana bisnis jangka panjang. Perusahaan Sejak 2018, INDY melakukan diversifikasi ke sektor non-batubara, rendah karbon dan berkelanjutan.

Sebelumnya, INDY juga telah menandatangani Nota Kesepahaman (Memorandum of Understanding/MoU) antara Foxconn, Gogoro Inc, PT Industri Baterai Indonesia (IBC), pada 21 Januari lalu.

Melalui Nota Kesepahaman ini, Foxconn yang merupakan perusahaan internasional perakit smartphone Apple, bersama Gogoro, IBC, dan INDY akan menjajaki kerja sama investasi ekosistem EV yang komprehensif di Indonesia, mulai dari pembuatan baterai listrik (termasuk sel baterai, modul baterai, dan baterai), hingga ke pengembangan industri kendaraan listrik roda empat, kendaraan listrik roda dua, dan bus listrik (E-Bus).

Rencananya, Foxconn akan resmis berinvestasi di sektor baterai EV RI pada kuartal III 2022.

Lingkup kerja sama juga mencakup pengembangan industri penunjang EV yang meliputi energy storage system (ESS), battery exchange/swap station, battery daur ulang, serta riset dan pengembangan (R&D) di bidang baterai elektrik dan EV.

Selain itu, INDY melalui anak usaha, Empat Mitra Indika Tenaga Surya (EMITS) terus memperluas portofolio ke sektor EBT.

Beberapa diantaranya, seperti melalui pemasangan solar photovoltaic (PV), pengembangan pelabuhan berkelanjutan (green port), hingga pembangunan PLTS hybrid kombinasi solar PV dengan baterai berkapasitas terbesar di Indonesia.

Masih ada TOBA sampai UNTR di Halaman Selanjutnya >>>

3. TBS Energi Utama (TOBA)

Selanjutnya ada emiten batu bara PT TBS Energi Utama Tbk (TOBA). Pada November tahun lalu perseroan membentuk perusahaan patungan (joint venture) dengan raksasa ride-hailing Gojek terkait pengembangan bisnis sepeda motor listrik di Indonesia.

TOBA melalui anak usahanya, PT Karya Baru TBS telah menandatangani akta pendirian PT Energi Kreasi Bersama, suatu perusahaan patungan dalam bentuk perseroan terbatas yang didirikan PT Rekan Anak Bangsa.

Adapun, modal dasar yang ditempatkan dan modal disetor pada PT Energi Kreasi Bersama senilai Rp 71,75 miliar.

Dibentuknya joint venture itu antara lain, perusahaan ini nantinya akan bergerak dalam bidang perakitan sepeda motor, perdagangan sepeda motor, reparasi dan perawatan sepeda motor, pembiayaan, perakitan baterai untuk kendaraan bermotor hingga penyedia stasiun penukaran baterai kendaraan listrik umum.

"Keikutsertaan emiten dalam pendirian PT Energi Kreasi Bersama merupakan salah satu strategi pengembangan bisnis emiten untuk menghilangkan jejak karbon serta mencapai target net zero emission di tahun 2030," ungkap Presiden Direktur TBS Energi Utama, Dicky Yordan, dalam keterbukaan informasi, dikutip Senin (13/12/2021).

Tidak hanya di motor listrik, TOBA juga tengah melakukan perubahan fokus bisnisnya dari batu bara menjadi EBT.

Hal ini ditandai dengan proyek-proyek pembangkit listrik yang menggunakan energi terbarukan, salah satunya Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) terapung dengan perkiraan alokasi investasi US$ 200 juta dengan kapasitas 330 megawatt.


4. Bukit Asam (PTBA)

Selanjutnya, PT Bukit Asam Tbk (PTBA), anggota dari Holding Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Pertambangan MIND ID, siap beralih menjadi perusahaan energi dan kimia dari kini fokus bisnis perusahaan masih di batu bara.

Direktur Utama PTBA Suryo Eko Hadianto mengatakan, perusahaan sudah menyiapkan langkah dan strategi untuk mewujudkan visi menjadi perusahaan energi dan kimia kelas dunia yang peduli lingkungan.

"Transformasi ini dilakukan untuk mendukung target Net Zero Emission (NZE) di tahun 2060 sesuai dengan arahan Presiden Joko Widodo dan meningkatkan kontribusi perusahaan dalam mendukung ketahanan energi nasional," tuturnya dalam konferensi pers, Jumat (10/12/2021).

"Destinasi pertama PTBA adalah menjadi perusahaan berbasis bisnis energi pada tahun 2026 dengan target pendapatan dari sektor energi sebesar 50% dan bisnis batu bara 50%," lanjutnya.

Dia mengatakan, PTBA memiliki tiga strategi khusus untuk mencapai target transformasi bisnis pada 2026, antara lain peningkatan portofolio pembangkit listrik berbasis energi baru dan terbarukan (EBT).

Kemudian, proyek hilirisasi batu bara dan chemical industry development dengan menyiapkan kawasan ekonomi khusus di Tanjung Enim, Sumatera Selatan sebagai area untuk pengembangan bisnis.


5. United Tractors (UNTR)

Terakhir, emiten Grup Astra PT United Tractors Tbk (UNTR) juga tengah menyiapkan strategi transisi perusahaan, salah satunya dengan masuk ke EBT.

Dalam siaran pers mengenai kinerja keuangan 2021, pada 25 Februari 2022, UNTR menjelaskan, demi mempercepat pengembangan EBT, pada akhir 2021 seluruh bisnis energi dalam perseroan dikonsolidasikan melalui PT Energia Prima Nusantara (EPN).

Per Desember 2021, EPN telah memasang Rooftop Solar PV di sejumlah fasilitas dalam grup Perseroan dan Astra mencapai 2,4 MWp. Hingga akhir tahun ini, ditargetkan akan ada penambahan instalasi baru Rooftop Solar PV sebesar 15 MWp dan akan meningkat di tahun berikutnya.

Sebagai informasi, UNTR saat ini mengoperasikan satu pembangkit listrik tenaga minihidro (PLTMH) yaitu PLTMH Kalipelus berkapasitas 0,5 MW di Jawa Tengah, dan sedang membangun pembangkit listrik tenaga minihidro lainnya yakni PLTM Besai Kemu di Lampung, Sumatra.

PLTM Besai Kemu memiliki kapasitas sebesar 7 MW dan diperkirakan akan beroperasi pada tahun 2023. Di samping itu, UNTR juga menargetkan beberapa proyek pembangkit listrik tenaga minihidro di area Sumatra dengan total potensial kapasitas lebih dari 20 MW.

Tidak hanya itu, UNTR juga aktif melakukan studi dan tinjauan pada energi terbarukan lainnya seperti proyek hydropower skala besar, floating solar PV, geothermal, wind power dan waste-to-energy.

"Proyek-proyek ini konsisten dengan strategi perseroan untuk meningkatkan kompetensi di berbagai potensi energi terbarukan dalam rangka mencapai portofolio bisnis yang berkelanjutan," jelas manajemen dalam siaran pers tertulisnya, dikutip ²©²ÊÍøÕ¾, Jumat (8/4/2022).

TIM RISET ²©²ÊÍøÕ¾ INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular