²©²ÊÍøÕ¾

Newsletter

Mohon Maaf Investor, The Fed Tak Akan Pangkas Suku Bunga

Chandra Dwi, ²©²ÊÍøÕ¾
04 May 2023 05:59
tambang batu bara
Foto: ist

Selain The Fed, sentimen lainnya yang perlu dicermati adalah pergerakan harga komoditas, terutama harga batu bara.

Pada perdagangan Rabu kemarin, harga batu bara kontrak Juni di pasar ICE Newcastle ditutup ambruk 4,05% di posisi US$ 182,3 per ton.

Harga tersebut adalah yang terendah sejak 14 April (US$ 181 per ton).

Pelemahan kemarin juga memutus tren positif batu bara yang menguat 2,62% pada dua hari perdagangan sebelumnya.

Anjloknya harga batu bara disebabkan oleh aksi profit taking, melemahnya harga sumber energi lain seperti minyak mentah dan gas, kekhawatiran resesi, hingga kabar dari India.

Harga sumber energi mulai dari minyak mentah hingga gas jeblok setelah bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve (The Fed) menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 bps menjadi 5,0-5,25% pada Rabu waktu AS atau Kamis dini hari waktu Indonesia (4/5/2023).

The Fed juga tidak memberi sinyal jika akan berbalik dovish bulan depan. Kenaikan suku bunga terjadi di tengah krisis perbankan AS serta kekhawatiran terjadinya resesi.

Hal itu dikhawatirkan membuat ekonomi AS terus melambat yang pada akhirnya berdampak kepada ekonomi global.

Jika ekonomi global melambat maka permintaan akan sumber energi akan berkurang.

Pada Kamis pagi pukul 05:40 WIB, harga minyak jenis brent jeblok 4,8% pada hari ini sementara WTI anjlok 5,1%. Harga gas Eropa TTF juga jatuh 2% pada hari ini.

Melemahnya harga batu bara juga disebabkan oleh kabar dari India. Konsumen terbesar kedua batu bara di dunia tersebut mengumumkan lonjakan produksi pada tahun fiskal 2022/2023.

Produksi batu bara India menembus 893,08 juta ton pada tahun fiskal April 2022/Maret 2023. Produksi melonjak 23% dalam lima tahun terakhir.

India juga mengumumkan ambisi baru yakni produksi batu bara hingga 1,012 miliar ton untuk tahun fiskal 2023/2024.

Kenaikan produksi ini untuk memastikan agar pasokan di pembangkit listrik memadai sehingga krisis energi tidak terulang.

Ketika harga komoditas batu bara acuan dunia sedang ambruk, maka saham-saham batu bara di Indonesia juga berpotensi mengikuti pergerakan harga batu bara alias berpotensi melemah bahkan bisa saja terkoreksi parah.

Apalagi saat ini, emiten batu bara di RI tengah dilirik oleh banyak investor karena sedang membagikan dividen. Beberapa raksasa batu bara memang sudah membagikan dividennya, tetapi beberapa lainnya baru akan membagikannya dan masih dalam rencana.

Jika saham batu bara RI kembali terkoreksi, makan bukan tak mungkin IHSG kembali terkoreksi, mengingat tak sedikit saham batu bara berkontribusi besar dalam menggerakan indeks selain saham-saham perbankan.

(chd/chd)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular