²©²ÊÍøÕ¾

Newsletter

Kabar Gembira Bagi Dunia! Amerika Mau "Baikan" Dengan China

Chandra Dwi, ²©²ÊÍøÕ¾
19 June 2023 05:57
Layar digital pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (10/5/2023). (²©²ÊÍøÕ¾/Muhammad Sabki)
Foto: Layar digital pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (10/5/2023). (²©²ÊÍøÕ¾/Muhammad Sabki)
  • Pasar keuangan Tanah Air cenderung bervariasi pada pekan lalu
  • Kedatangan Menteri Luar Negeri AS ke China menjadi perhatian utama, jika mampu memperbaiki hubungan kedua negara tentunya bisa memberikan dampak positif.Ìý
  • Pelaku pasar akan menanti keputusan suku bunga Bank Indonesia pada pekan ini.

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Pasar keuangan Indonesia pada pekan lalu mencatatkan kinerja yang beragam, di mana Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terpantau menguat tipis, sedangkan rupiah terpantau melemah dan Surat Berharga Negara (SBN) terpantau diburu oleh investor.

Sepanjang pekan lalu, IHSG naik tipis 0,07% secara point-to-point (ptp). Dalam 5 hari perdagangan, Indeks hanya mencatatkan 2 kali penguatan yakni pada awal pekan dan pada perdagangan Kamis (15/6/2023), masing-masing penguatannya 0,42% dan 0,21%.

Sedangkan pada perdagangan Jumat akhir pekan lalu, IHSG juga ditutup melemah 0,23% ke posisi 6.698,547. Pada pekan lalu, IHSG bergerak di zona psikologis 6.600 - 6.700.

Data pasar menunjukkan investor asing tercatat melakukan aksi jual bersih (net sell)mencapai Rp 1,74 triliun di seluruh pasar sepanjang pekan lalu.

Sedangkan untuk rupiah, sepanjang pekan lalu melemah 0,64% di hadapan dolar Amerika Serikat (AS) secara point-to-point (ptp). Namun pada perdagangan akhir pekan lalu, mata uang Garuda ditutup menguat tipis 0,07% di level Rp 14.930/US$.

Sementara di pasar Surat Berharga Negara (SBN), yield atau imbal hasil Surat Utang Negara (SUN) tenor 10 tahun turun ke 6,306% per akhir pekan lalu, turun 3,5 basis poin (bp) dari posisi akhir pekan sebelumnya di 6,341%.

Yield yang turun menandai harga SBN yang semakin mahal karena investor mengincar SBN, terutama investor asing.

Yield berlawanan arah dari harga, sehingga turunnya yield menunjukkan harga obligasi yang sedang menguat, demikian juga sebaliknya. Satuan penghitungan basis poin setara dengan 1/100 dari 1%.

Sentimen pasar global pada pekan lalu cenderung positif, di mana banyak data-data ekonomi terutama di AS yang membuat pasar optimis bahwa bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) dapat merubah sikapnya menjadi lebih dovish di pertemuan mendatang.

The Fed memutuskan mempertahankan suku bunga acuannya di 5% - 5,25%. Namun, pasar global sempat dibuat kecewa karena The Fed tetap memberikan sinyal akan ada kenaikan lagi di sisa tahun ini.

Dalam pengumuman kebijakan moneter tersebut, The Fed juga merilis dot plot yang menunjukkan suku bunga bisa dinaikkan lagi di sisa tahun ini. Dot plot tersebut menunjukkan suku bunga bisa berada 5,6% atau di rentang 5,5% - 5,75%. Artinya, masih ada kemungkinan kenaikan dua kali lagi masing-masing sebesar 25 basis poin (bp).

Tidak hanya dinaikkan, suku bunga tinggi akan dipertahankan dalam waktu yang lama. Hal itu diungkapkan oleh ketua The Fed, Jerome Powell.

Dalam dot plot bisa dilihat tidak ada satu anggota Komite (FOMC) yang menginginkan suku bunga akan dipangkas tahun ini.

"Pemangkasan suku bunga akan tepat dilakukan saat inflasi turun secara signifikan. Dan sekali lagi, kita berbicara beberapa tahun ke depan," kata Powell.

Namun, kekecewaan pasar kembali berkurang setelah dirilisnya data tenaga kerja AS pada Kamis waktu setempat.

Jumlah pegawai AS yang mengajukan klaim pengangguran tercatat 262.000 pada pekan yang berakhir pada 10 Juni, lebih tinggi dibandingkan ekspektasi pasar yang tercatat 249.000. Jumlah klaim pekan tersebut juga menjadi yang tertinggi sejak Oktober 2021.

Kenaikan klaim pengangguran yang meningkat bisa menjadi sinyal jika ekonomi AS melambat sehingga ada harapan inflasi AS berikutnya turun tajam.

Dari dalam negeri, pasca pengumuman kebijakan The Fed, pasar keuangan relatif sepi sentimen. Kondisi ekonomi dalam negeri sudah sangat mendukung bagi masuknya investor asing.

Inflasi yang terus melandai dan pertumbuhan ekonomi yang masih kencang pada kuartal I-2023 bisa menjadi daya tarik.

Namun, berbagai ketidakpastian global masih menahan investor asing masuk kembali ke pasar keuangan Tanah Air, terutama ke pasar saham dan rupiah.

Beralih ke AS, mayoritas bursa saham Wall Street pada perdagangan pekan lalu terpantau cerah, meski volatilitasnya masih cukup tinggi.

Secara point-to-point pada pekan lalu, indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) terpantau melesat 1,25%, sedangkan S&P 500 melonjak 2,58%, dan Nasdaq Composite melejit 3,25%.

Namun pada perdagangan Jumat pekan lalu, ketiganya ditutup di zona merah. Indeks Dow Jones ditutup melemah 0,32% ke posisi 34.299,12, S&P 500 terkoreksi 0,37% ke 4.409,59, dan Nasdaq terpangkas 0,68% menjadi 13.689,57.

Koreksinya bursa Wall Street di akhir pekan lalu terjadi meski sentimen pasar di AS cenderung positif dan investor sudah mengetahui bahwa The Fed mengisyaratkan kenaikan suku bunga masih perlu dilakukan, di mana The Fed memperkirakan kenaikan dua kali menjelang akhir tahun ini.

Rentetan sentimen positif muncul setelah rilis data inflasi dan data tenaga kerja. Pada Selasa pekan lalu, inflasi AS periode Mei 2023 turun menjadi 4% secara tahunan (year-on-year/yoy), dari sebelumnya sebesar 4,9% (yoy) pada April 2023.

Inflasi Mei juga lebih rendah dari ekspektasi pasar (4,1%).

Sedangkan secara bulanan (month-to-month/mtm), inflasi AS juga melemah ke 0,1% pada Mei tahun ini, dari sebelumnya sebesar 0,4% pada April.

Setelah rilis inflasi, The Fed pun memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuannya di di level 5,0-5,25%. Namun, The Fed mengisyaratkan masih akan menaikkan suku bunga acuan sebanyak dua kali pada tahun ini.

Pernyataan The Fed inilah yang membuat pasar sempat kecewa dan membuat Wall Street sempat terkoreksi. Namun hari berikutnya yakni pada Kamis waktu setempat, pasar di AS kembali bersemangat setelah dirilisnya data tenaga kerja.

Data tenaga kerja AS yang dirilis kemarin memburuk. Jumlah pegawai AS yang mengajukan klaim pengangguran tercatat 262.000 pada pekan yang berakhir pada 10 Juni, lebih tinggi dibandingkan ekspektasi pasar yang tercatat 249.000. Jumlah klaim pekan tersebut juga menjadi yang tertinggi sejak Oktober 2021.

Kenaikan klaim pengangguran yang meningkat bisa menjadi sinyal jika ekonomi AS melambat sehingga ada harapan inflasi AS berikutnya turun tajam.

Kendati demikian, data penjualan ritel AS periode Mei 2023 masih kencang. Penjualan ritel naik (month-to-month/mtm) 0,3% pada Mei, lebih rendah dibandingkan 0,4% (mtm) pada April. Namun, pertumbuhan penjualan ritel lebih tinggi dibandingkan ekspektasi pasar yakni koreksi 0,1%.

Di lain sisi, koreksinya Wall Street di akhir pekan lalu terjadi karena obsesi Wall Street terhadap saham-saham teknologi yang berkaitan dengan kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) cenderung mulai meredup.

Saham-saham teknologi di AS yang sebelumnya sempat bergairah, mulai lesu pada akhir pekan lalu. Koreksi terjadi di saham Microsoft dan Apple yang baru-baru ini ditutup pada level tertinggi sepanjang masa.

Investor juga terjebak di antara ketakutan kehilangan reli tahun ini dan meningkatnya kekhawatiran tentang pasar yang sudah mulai jenuh beli (overbought).

"Pasar dapat melihat beberapa ayunan liar di kedua arah tanpa alasan fundamental [atau bahkan teknis] sama sekali," tulis Matt Maley, kepala strategi pasar Miller.

Sebelum memulai perdagangan hari ini hingga beberapa hari ke depan di pekan ini, investor sebaiknya mencermati beberapa agenda ekonomi dari dalam negeri, maupun luar negeri.

Untuk hari ini, sentimen dari perilisan data ekonomi cenderung minim, karena tidak ada rilis data ekonomi penting, baik di AS, Asia-Pasifik, maupun Eropa.

Di AS, Wall Street akan mengalami minggu yang lebih singkat karena pasar AS ditutup pada Senin untuk memperingati Juneteenth pada 19 Juni, sehingga tidak ada perilisan data pada hari ini.

Juneteenth adalah hari libur federal di AS untuk memperingati emansipasi para budak Afrika-Amerika.

Namun pada pekan ini, pelaku pasar juga perlu memantau sentimen pasar yang terbilang cukup penting dibandingkan pada pekan lalu.

Untuk rilis data makro, pada Senin dan Selasa waktu AS, pelaku pasar akan mencermati data terbaru soal pasar perumahaan AS, termasuk izin bangunan dan perumahan baru untuk bulan Mei, dan Indeks Pasar Perumahan NAHB untuk Juni.

Kemudian, pada Rabu dan Kamis, Ketua The Fed, Jerome Powell akan memberikan testimoni di depan Kongres, sebagai bagian dari testimoni tengah tahunan tentang kebijakan moneter.

Testimoni tersebut akan dilakukan seminggu setelah pertemuan terakhir rapat FOMC pada pekan lalu, di mana pembuat kebijakan Fed memutuskan untuk mempertahankan suku bunga setelah mengerek selama sepuluh kali berturut-turut demi mendinginkan inflasi.

Sementara inflasi telah melambat secara signifikan dari level tertinggi musim panas lalu, dot plot terbaru The Fed menunjukkan pejabat kemungkinan akan menaikkan suku bunga acuan fed fund rate (FFR) dua kali lebih banyak tahun ini-menjadi 5,6%, dengan catatan jika inflasi terus memanas.

Pada Jumat, S&P Global akan merilis pembacaan Indeks Manajer Pembelian (PMI) terbaru untuk bulan Juni.

Selain kabar dari AS, risalah rapat bank sentral Australia (RBA) pada Selasa dan keputusan suku bunga bank sentral Inggris (Bank of England/BoE) pada Kamis mendatang juga bakal dipelototi pelaku pasar global.

Kabar politik global soal kunjungan diplomatik Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken, ke China juga akan ikut mewarnai pasar di awal pekan.

Melansir Bloomberg News, Minggu kemarin, Blinken tiba di Beijing pada Minggu pagi untuk melakukan kunjungan diplomatik kilat sebagai upaya pemerintah Biden untuk menstabilkan ketegangan antara dua ekonomi terbesar di dunia tersebut

Diplomat top AS ini sebelumnya berusaha mengunjungi China pada Februari, tetapi kunjungannya dibatalkan secara mendadak saat AS mengungkapkan bahwa ada balon mata-mata Tiongkok yang diduga terbang di wilayah AS.

Kali ini, Blinken akan mengadakan serangkaian pertemuan dengan pejabat senior selama dua hari kunjungannya di Tiongkok.ÌýKedua negara adidaya global memiliki daftar panjang masalah yang menjadi perhatian mereka, termasuk ketidaksepakatan tingkat tinggi serta area kerja sama potensial.Ìý

Blinken adalah pejabat administrasi Biden paling senior yang melakukan perjalanan ke China, dan itu menandai kunjungan pertama Menlu AS ke Beijing sejak Oktober 2018.

"Sekarang adalah saat yang tepat untuk berbicara lagi karena hal itu dengan sendirinya mengurangi risiko konflik," kata Asisten Deputi Presiden dan Koordinator Urusan Indo-Pasifik Kurt Campbell, dalam pengarahan sebelum perjalanan.

Sementara itu dari dalam negeri, Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) pada 21-22 Juni akan menjadi perhatian pelaku pasar.

Pada Kamis (22/6), RDG akan mengumumkan kebijakan suku bunga acuan. Sejauh ini, pelaku pasar memproyeksikan BI masih akan kembali menahan suku bunga di level 5,75%.

Hingga rapat terakhir pada bulan lalu, itu berarti suku bunga sebesar 5,75% kemudian ditahan selama empat bulan terakhir.

Dalam press conference pasca-RDG Mei lalu, Gubernur BI, Perry Warjiyo menjelaskan keputusan BI sudah konsisten dengan stance kebijakan moneter yang pre-emptive dan forward looking untuk memastikan terus berlanjutnya penurunan ekspektasi inflasi dan inflasi ke depan.

Perry juga mengatakan suku bunga ditahan untuk menjaga stabilisasi nilai tukar serta mengendalikan inflasi barang impor di tengah ketidakpastian global.

Ketidakpastian global salah satunya datang dari krisis plafon utang pemerintah AS. Kondisi tersebut bisa membuat nilai tukar rupiah tertekan karena outflow asing.

Namun, seiring kemungkinan masih tingginya suku bunga The Fed ke depan diperkirakan membuat BI sulit memangkas suku bunga dalam waktu dekat.

Berikut sejumlah agenda emiten di dalam negeri pada hari ini:

  1. ÌýÌýÌýÌýÌý RUPS Tahunan PT Diagnos Laboratorium Utama Tbk (09:00 WIB),
  2. ÌýÌýÌýÌýÌý RUPS Tahunan dan Luar Biasa PT Pratama Abadi Nusa Industri Tbk (09:00 WIB),
  3. ÌýÌýÌýÌýÌý RUPS Tahunan dan Luar Biasa PT Hatten Bali Tbk (09:00 WIB),
  4. ÌýÌýÌýÌýÌý RUPS Tahunan PT Archi Indonesia Tbk (10:00 WIB),
  5. ÌýÌýÌýÌýÌý RUPS Tahunan PT Argo Pantes Tbk (10:00 WIB),
  6. ÌýÌýÌýÌýÌý RUPS Tahunan dan Luar Biasa PT Global Digital Niaga Tbk (10:00 WIB),
  7. ÌýÌýÌýÌýÌý RUPS Tahunan dan Luar Biasa PT Bintang Oto Global Tbk (10:00 WIB),
  8. ÌýÌýÌýÌýÌý RUPS Tahunan dan Luar Biasa PT Puradelta Lestari Tbk (10:00 WIB),
  9. ÌýÌýÌýÌýÌý RUPS Tahunan PT Armada Berjaya Trans Tbk (10:00 WIB),
  10. Ìý RUPS Tahunan PT Imago Mulia Persada Tbk (10:00 WIB),
  11. Ìý RUPS Tahunan PT Hotel Sahid Jaya International Tbk (10:00 WIB),
  12. Ìý RUPS Tahunan dan Luar Biasa PT Ultra Jaya Milk Industry & Trading Tbk (10:00 WIB),
  13. Ìý RUPS Tahunan PT Acset Indonusa Tbk (11:00 WIB),
  14. Ìý RUPS Tahunan dan Luar Biasa PT Makmur Berkah Amanda Tbk (13:00 WIB),
  15. Ìý RUPS Tahunan dan Luar Biasa PT Bundamedik Tbk (13:00 WIB),
  16. Ìý RUPS Tahunan PT Oscar Mitra Sukses Sejahtera Tbk (13:00 WIB),
  17. Ìý RUPS Tahunan PT Panin Financial Tbk (13:00 WIB),
  18. Ìý RUPS Tahunan PT Tunas Alfin Tbk (13:00 WIB),
  19. Ìý RUPS Tahunan PT Prima Globalindo Logistik Tbk (13:30 WIB),
  20. Ìý RUPS Tahunan dan Luar Biasa PT Buana Finance Tbk (14:00 WIB),
  21. Ìý RUPS Tahunan dan Luar Biasa PT Global Mediacom Tbk (14:00 WIB),
  22. Ìý RUPS Tahunan dan Luar Biasa PT Batavia Prosperindo Trans Tbk (14:00 WIB),
  23. Ìý RUPS Tahunan dan Luar Biasa PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk (14:00 WIB),
  24. Ìý RUPS Tahunan PT Smartfren Telecom Tbk (14:00 WIB),
  25. Ìý RUPS Tahunan dan Luar Biasa PT Paninvest Tbk (14:15 WIB),
  26. Ìý RUPS Tahunan PT Alfa Energi Investama Tbk (15:00 WIB),
  27. Ìý Cum date dividen tunai PT Caturkuda Depo Bangunan Tbk,
  28. Ìý Cum date dividen tunai PT H.M. Sampoerna Tbk,
  29. Ìý Cum date dividen tunai PT Metropolitan Land Tbk,
  30. Ìý Cum date dividen tunai PT Sampoerna Agro Tbk,
  31. Ìý Cum date dividen tunai PT Sekar Bumi Tbk,
  32. Ìý Ex date dividen tunai PT Delta Dunia Makmur Tbk,
  33. Ìý Ex date dividen tunai PT Diagnos Laboratorium Utama Tbk,
  34. Ìý Ex date dividen tunai PT Impack Pratama Industri Tbk,
  35. Ìý Ex date dividen tunai PT Jaya Real Property Tbk,
  36. Ìý Ex date dividen tunai PT Phapros Tbk,
  37. Ìý Ex date dividen tunai PT TBS Energi Utama Tbk.

Ìý

Berikut sejumlah indikator perekonomian nasional:

Indikator

Tingkat

Pertumbuhan Ekonomi (Q1-2023 YoY)

5,03%

Inflasi (Mei 2023 YoY)

4,00%

BI-7 Day Reverse Repo Rate (Mei 2023)

5,75%

Surplus Anggaran (APBN April 2023)

1,12% PDB

Surplus Transaksi Berjalan (Q1-2023 YoY)

0,9% PDB

Surplus Neraca Pembayaran Indonesia (Q1-2023 YoY)

US$ 6,5 miliar

Cadangan Devisa (Mei 2023)

US$ 139,3 miliar

²©²ÊÍøÕ¾ INDONESIA RESEARCH

[email protected]

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular