²©²ÊÍøÕ¾

Newsletter

RI Punya Cukup Senjata, Semoga Bisa Redam Badai dari Amerika

Chandra Dwi, ²©²ÊÍøÕ¾
03 August 2023 06:00
Bendera Amerika Serikat
Foto: Bendera Amerika Serikat (AP Photo/Charlie Riedel)
  • Pasar keuangan Tanah Air secara mayoritas kembali terkoreksi kemarin, karena memburuknya kembali sentimen global.
  • Wall Street ditutup berjatuhan karena investor khawatir dengan meningginya kembali ketidakpastian global setelah peringkat utang AS dipangkas oleh Fitch Ratings.
  • Pelaku pasar di Tanah Air bakal memantau kembali dampak dari dipangkasnya utang AS.

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Pasar keuangan Indonesia mayoritas mencatatkan kinerja negatif pada perdagangan Rabu (2/8/2023), di tengah kabar buruk dipangkasnyaÌýperingkat utang Amerika Serikat (AS).

Ketidakpastian di pasar keuangan Indonesia diharapkan sudah mereda pada perdagangan hari ini. Selengkpanya mengenai sentimen penggerak pasar hari ini bisa dibaca pada halaman 3 dan 4 artikel ini.

Menurut data dari Bursa Efek Indonesia (BEI), IHSG pada perdagangan kemarin ditutup melemah 0,46% ke posisi 6.854,51. IHSG masih bertahan di level psikologis 6.800 pada perdagangan kemarin.

Nilai transaksi indeks pada perdagangan kemarin mencapai sekitarÌýRp 16 triliun, dengan melibatkan 39 miliaran saham yang berpindah tangan sebanyak 1,2 juta kali. Sebanyak 215 saham terapresiasi, 342 saham terdepresiasi, dan 191 saham lainnya stagnan.

Saat IHSG terkoreksi, investor asing justru mencatatkan aksi beli bersih (net buy) mencapai Rp 4,86 triliun di seluruh pasar pada perdagangan kemarin.

Sedangkan bursa Asia-Pasifik pada kemarin kompak terkoreksi. Namun koreksi IHSG masih lebih baik. IHSG hanya kalah dengan SETi Thailand.

Sedangkan mayoritas bursa Asia-Pasifik terkoreksi lebih dari 1%. Indeks Hang Seng Hong Kong menjadi yang paling parah koreksinya kemarin.

Berikut pergerakan IHSG dan bursa Asia-Pasifik pada perdagangan Rabu kemarin.

Sedangkan untuk mata uang rupiah pada perdagangan kemarin juga ditutup kembali melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS).

Berdasarkan data Refinitiv, rupiah mengakhiri perdagangan kemarin di posisi Rp 15,170/US$, melemah 0,4% di pasar spot. Sentimen dari aturan DHE masih belum mampu menopang rupiah kemarin.

Namun, rupiah tidak sendirian. Mayoritas mata uang Asia juga terpantau terkoreksi di hadapan The Greenback kemarin. Hanya yuan China, yen Jepang, baht Thailand, dan dolar Taiwan yang mampu melawan The Greenback.

Berikut pergerakan rupiah dan mata uang Asia pada perdagangan Rabu kemarin.

Sementara di pasar surat berharga negara (SBN), pada perdagangan kemarin harganya melemah, terlihat dari imbal hasil (yield) yang cenderung naik.

Melansir data dari Refinitiv, imbal hasil (yield) SBN tenor 10 tahun yang merupakan SBN acuan negara terpantau naik tipis 0,1 basis poin (bp) menjadi 6,268%.

Yield berlawanan arah dari harga, sehingga turunnya yield menunjukkan harga obligasi yang sedang menguat, demikian juga sebaliknya. Satuan penghitungan basis poin setara dengan 1/100 dari 1%. Ketika yield naik, maka tandanya investor sedang melepas SBN.

Ìý

Sentimen global kembali memburuk setelah lembaga pemeringkat internasional yakni Fitch Rating menurunkan peringkat surat utang AS dari AAA menjadi AA+ yang merupakan konsekuensi dari dampak persoalan plafon utang pada Mei lalu.

Penurunan oleh Fitch ini belum pernah terjadi sebelumnya. Peringkat AAA adalah tertinggi sementara AA+ adalah lebih rendah di bawah AAA.

"Penurunan peringkat AS mencerminkan penurunan fiskal yang diyakini akan terjadi selama tiga tahun ke depan, beban utang pemerintah tinggi dan terus meningkat, dan erosi tata kelola relatif terhadap negara-negara lain yang berperingkat 'AA' dan 'AAA' dalam dua dekade terakhir yang telah tercermin dalam kebuntuan batas utang yang berulang-ulang dan resolusi di saat-saat terakhir," ujar Fitch Ratings.

Penurunan atau downgrade peringkat utang AS dapat membuat ketidakpastian global kembali meninggi dan tentunya membuat volatilitas pasar semakin membesar, termasuk di pasar keuangan Indonesia.

Bahkan, ketidakpastian global ini sempat disinggung oleh Menteri Keuangan RI, Sri Mulyani Indrawati.
Dalam konferensi pers Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) Sri Mulyani memperingatkan dampak inflasi tinggi di negara maju terhadap nilai tukar mata uang negara berkembang.

"Tekanan inflasi dipengaruhi oleh perekonomian yang masih tetap kuat dan pasar tenaga kerja yang relatif ketat," ungkap Sri Mulyani usai rapat KSSK, Selasa (1/8/2023).

Kondisi tersebut diperkirakan akan kembali mempengaruhi kebijakan moneter negara maju, dengan kenaikan suku bunga acuan, khususnya dari bank sentral Negeri Paman Sam (Federal Reserve/The Fed) yang belum lama ini baru saja menaikkan policy rate (Federal Fund Rate/FFR) sebesar 25 basis poin (bp).

Beralih ke Amerika Serikat (AS), bursa Wall Street ditutup berjatuhan pada perdagangan Rabu kemarin, karena investor khawatir dengan menigkatnya kembali ketidakpastian global setelah peringkat utang AS dipangkas. Risiko dari sell-off pun kembali muncul.

Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutup merosot 0,98% ke posisi 35.282,52, S&P 500 ambles 1,38% ke 4.513,39, dan Nasdaq Composite ambruk 2,17% menjadi 13.973,45.

Wall Street ditutup ambruk setelah lembaga pemeringkat internasional yakni Fitch Ratings menurunkan peringkat surat utang AS dari AAA menjadi AA+ yang merupakan konsekuensi dari dampak persoalan plafon utang pada Mei lalu.

Penurunan oleh Fitch ini belum pernah terjadi sebelumnya. Peringkat AAA adalah tertinggi sementara AA+ adalah lebih rendah di bawah AAA.

Sebenarnya pada Mei lalu, Fitch telah memberi tanda waspada "rating watch negative" ke surat utang AS. Peningkatan masalah politik yang telah menghambat resolusi untuk menaikkan atau menangguhkan batas utang menjelang tenggat waktu yang semakin dekat pun disebut sebagai penyebabnya.

"Dalam pandangan Fitch, telah terjadi kemerosotan yang stabil dalam standar tata kelola selama 20 tahun terakhir, termasuk masalah fiskal dan utang. Selain itu, ketegangan politik batas utang berulang dan resolusi menit terakhir telah mengikis kepercayaan pada manajemen fiskal," tambah Fitch.

Akibat pemangkasan rating utang AS oleh Fitch Ratings, imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS (US Treasury) tenor 10 tahun pun mencetak rekor tertingginya sejak November 2022.

Yield Treasury benchmark tenor 10 tahun naik 3 basis poin ke posisi 4,073%, menjadikannya rekor tertinggi sejak November tahun lalu.

Alhasil, saham-saham teknologi pun berjatuhan, dipimpin oleh saham teknologi raksasa seperti Alibaba, Amazon, Alphabet (Google), Microsoft, dan Nvidia.

Sedangkan untuk saham JD.com dan Baidu juga ambruk karena adanya usulan batasan penggunaan smartphone untuk anak di bawah umur di China.

Penurunan atau downgrade peringkat utang AS dapat membuat ketidakpastian global kembali meninggi dan tentunya membuat volatilitas pasar semakin membesar.

Sementara itu, data tenaga kerja AS menunjukkan, perusahaan sektor swasta menambahkan lebih banyak pekerjaan daripada yang diantisipasi pada Juli lalu, menurut laporan dari ADP.

Perusahaan pemrosesan penggajian ADP melaporkan perolehan pekerjaan mencapai 324.000 pada bulan lalu, dengan 201.000 berasal dari pekerjaan perhotelan dan rekreasi. Itu jauh di atas 175.000 tambahan yang diperkirakan ekonomi Dow Jones.

Meski begitu, angka ini lebih rendah dari periode Juni lalu, di mana ada 455.000 lapangan kerja yang tersedia.

Di lain sisi, musim rilis laporan keuangan pada kuartal II-2023 di AS kembali berlanjut. Musim penghasilan lebih dari setengah jalan dengan hasil yang lebih kuat dari yang diharapkan.

Dari emiten konstituen di S&P 500 yang telah melaporkan laporan keuangan di kuartal II-2023, sekitar 82% telah membukukan kejutan positif, menurut data FactSet.

Pelaku pasar bakal memantau beberapa sentimen, di mana salah satunya yakni pergerakan bursa saham Wall Street yang berjatuhan karena investor khawatir dengan meningkatnyaÌýkembali ketidakpastian global setelah peringkat utang AS dipangkas.

Sebelumnya pada Rabu pagi waktu Indonesia, Fitch Ratings menurunkan peringkat surat utang AS dari AAA menjadi AA+ yang merupakan konsekuensi dari dampak persoalan plafon utang pada Mei lalu.

Penurunan oleh Fitch ini belum pernah terjadi sebelumnya. Peringkat AAA adalah tertinggi sementara AA+ adalah lebih rendah di bawah AAA.

"Dalam pandangan Fitch, telah terjadi kemerosotan yang stabil dalam standar tata kelola selama 20 tahun terakhir, termasuk masalah fiskal dan utang. Selain itu, ketegangan politik batas utang berulang dan resolusi menit terakhir telah mengikis kepercayaan pada manajemen fiskal," tulis Fitch.

Laporan ini ditentang mentah-mentah oleh Gedung Putih. Menteri Keuangan AS, Janet Yellen mengatakan ia "sangat" tidak setuju dengan keputusan Fitch. "Sewenang-wenang dan berdasarkan data yang sudah ketinggalan zaman," tegasnya.

"Sekuritas treasury tetap menjadi aset aman dan likuid terkemuka di dunia dan ekonomi Amerika secara fundamental masih kuat," tambahnya.

Jika dilihat lembaga pemeringkat lain, seperti Moody's Investors Service saat ini memberi peringkat AAA pada surat utang AS. Adapun, S&P Global Ratings memberikan peringkat AA+ sejak 2011, saat krisis batas utang terjadi sebelumnya.

Penurunan atau downgrade peringkat utang AS dapat membuat ketidakpastian global kembali meninggi dan tentunya membuat volatilitas pasar semakin membesar, termasuk di pasar keuangan Indonesia.

Namun, baik Bank Indonesia (BI) maupun Kementerian Keuangan optimis jika ketidakpastian ini hanya sementara. Secara fundamental ekonomi Indonesia masih sangat kuat sehingga menarik bagi investor.

"Mudah-mudahan sentimennya lebih bersifat temporer. Kondisi supply-demand valas di pasar domestik tetap terkendali, BI tetap akan berada di pasar untuk tetap memastikan keseimbangan supply-demand tersebut," tutur Kepala Departemen Pengelolaan Moneter Bank Indonesia Edi Susianto, kepada ²©²ÊÍøÕ¾ÌýIndonesia.

Direktur Surat Utang Negara (SUN) Kementerian Keuangan Deni Ridwan mengatakan sejauh ini belum ada pergerakan signifikan dalam pasar SBN. Dia juga menambahkan jika dampak negatif penurunan rating ke pasar Indonesia akan terbatas.

"Sejauh ini belum ada pergerakan signifikan. Tentu harus kita monitor dalam beberapa waktu ke depan," tutur Deni, kepada ²©²ÊÍøÕ¾.

Dia juga menambahkan downgrade surat utang AS tidak akan berpengaruh kepada target penerbitan obligasi pemerintah.
Menurutnya, indikator ekonomi RI sangat baik sehingga bisa menjadi 'senjata' kuat untuk melawan gejolak eksternal.

Di antaranya adalah inflasi yang terus melandai, pertumbuhan ekonomi yang sangat kuat, dan outlook defisit APBN 2023 yang lebih rendah yakni 2,28% dari Produk Domestik Bruto (PDB).
'Senjata' ini diharapkan bisa kembali menarik investor saat kepanikan mereka reda.

"Kinerja APBN cukup solid diiringi dengan outlook defisit APBN 2023 yang lebih rendah sehingga mengurangi supply risk secara signifikan di pasar SBN. rencana penerbitan SBN hingga tahun 2023 akan relatif on track," ujarnya.

Selain penurunan surat utang AS, sentimen lain yang bisa menggerakkan pasar hari ini adalahÌýdata tenaga kerja terbaru di AS.
Data terbaru menunjukkan bahwa sektor tenaga kerja masih cukup kuat dan dapat membuat The Fed belum akan merubah sikap hawkish-nya.

Perusahaan pemrosesan penggajian ADP melaporkan perolehan pekerjaan mencapai 324.000 pada bulan lalu, dengan 201.000 berasal dari pekerjaan perhotelan dan rekreasi. Itu jauh di atas 175.000 tambahan yang diperkirakan ekonomi Dow Jones.

Meski begitu, angka ini lebih rendah dari periode Juni lalu, di mana ada 455.000 lapangan kerja yang tersedia.
Namun, masih ada beberapa data tenaga kerja di AS yang akan dirilis pada pekan ini, sehingga data-data berikutnya akan terus dipantau oleh pasar dan tentunya The Fed.

Adapun data tenaga kerja lainnya yang akan dirilis di sisa pekan ini yakni data klaim pengangguran mingguan dan data penggajian non-pertanian (non-farming payroll/NFP).

Sementara itu dari perilisan data ekonomi pada hari ini, data aktivitas jasa periode Juli 2023 akan dirilis di beberapa negara seperti Australia, Jepang, China, Uni Eropa, Inggris, dan AS.

Dari Inggris, bank sentral (Bank of England/BoE) pada hari ini akan mengumumkan hasil rapat pertemuan kebijakan moneter terbarunya.

Konsensus pasar dalam Trading Economics memperkirakan BoE akan kembali menaikkan suku bunga acuannya sebesar 25 bp menjadi 5,25%.
Kenaikan ini mungkin kembali terjadi setelah BoE mengejutkan pasar dengan peningkatan besar-besaran pada Juni lalu.

BoE yang diperkirakan masih akan menaikkan suku bunga acuannya kembali hari ini juga disebabkan karena inflasi di Inggris masih cukup tinggi dan juga masih cukup jauh dari target yang ditetapkan sebesar 2%, meski inflasi Juni lalu sudah tampak mereda.

Sebelumnya, inflasi Inggris turun secara signifikan pada Juni 2023 menjadi 7,9% secara tahunan (year-on-year/YoY), sekaligus berada di bawah ekspektasi para ekonom sebesar 8,2% (yoy). Adapun, inflasi pada bulan sebelumnya yakni Mei 2023 mencapai 8,7% (yoy).

Inggris telah mengalami inflasi yang terus-menerus tinggi, yang dapat mengakar dalam perekonomian akibat krisis biaya hidup, kenaikan harga bahan bakar, dan pasar tenaga kerja yang ketat.

Gubernur BoE, Andrew Bailey dan Menteri Keuangan Inggris, Jeremy Hunt mengatakan kepada audiensi di London pada awal Juli lalu bahwa penyelesaian upah yang tinggi merusak upaya mereka untuk menahan inflasi.

Beralih ke dalam negeri, sentimen di Tanah Air sepertinya masih terkait dengan musim rilis laporan keuangan periode semester pertama 2023. Oleh karena itu, selain musim rilis kinerja keuangan, pasar akan berfokus kepada sentimen eksternal.

Sejauh ini, beberapa emiten yang sudah merilis kinerja keuangannya pada semester I-2023 cukup menggembirakan.

Sejumlah emiten berkapitalisasi pasar besar (big cap) mampu menorehkan kinerja cemerlang. Sebagai contoh, ada PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) dan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) yang kompak meraih pertumbuhan laba bersih.

Laba bersih BBCA tercatat Rp24,19 triliun atau tumbuh sebesar 34% (year-on-year/yoy) sementara itu laba BBNI melonjak 17% menjadi Rp 10,3 triliun pada semester I-2023.

Kemudian, PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) mencatat laba bersih naik 24,9% secara tahunan (yoy) menjadi Rp 25,23 triliun. Selain kinerja bisnis bank, hal ini tidak terlepas dari perusahaan anak.

Untuk emiten perbankan raksasa, tinggal PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) yang belum merilis kinerja keuangannya pada semester I-2023.

Beralih ke emiten big cap lainnya, kenaikan pendapatan juga masih ditorehkan emiten konsumer milik Grup Salim, yakni PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP), di mana emiten produsen Indomie ini meraup laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp 5,72 triliun pada semester I-2023. Jumlah tersebut terbang 196,60% dari setahun sebelumnya sebesar Rp 1,93 triliun

Sementara induk ICBP, yakni PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) mencatatkan laba bersih sebesar Rp 5,56 triliun pada semester I-2023. Jumlah tersebut melambung 91,93% dari sebelumnya Rp 2,9 triliun.

Sebaliknya, laba raksasa telekomunikasi PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM) justru turun 4,16% (yoy) menjadi Rp 13,31 triliun.

Pada saat bersamaan, emiten lain mencetak kinerja yang bervariasi dalam enam bulan pertama 2023. Sementara dari sisi pergerakan sahamnya, pelaku pasar tampak sudah terlebih dulu mengantisipasi musim rilis kinerja emiten.

Pelaku pasar kini menunggu laporan keuangan perusahaan besar terutama di sektor tambang, transportasi, properti, hingga konstruksi.
Kinerja laporan keuangan perusahaan setidaknya bisa mencerminkan seperti apa laju pemulihan ekonomi Indonesia serta dampaknya kepada perusahaan.

Sementara itu pada hari ini, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) RI akan menggelar Rapat Dewan Komisioner (RDK) dan konferensi pers pada pukul 16:00 WIB.

Berikut sejumlah agenda dan rilis data yang terjadwal untuk hari ini:

  1. Rilis data PMI jasa Australia versi Judo Bank periode Juli 2023 (06:00 WIB),
  2. Rilis data PMI jasa Jepang versi Jibun Bank periode Juli 2023 (07:30 WIB),
  3. Rilis data neraca perdagangan Australia periode Juni 2023 (08:30 WIB),
  4. Rilis data ekspor-impor Australia periode Juni 2023 (08:30 WIB),
  5. Rilis data penjualan ritel Australia periode Juni 2023 (08:30 WIB),
  6. Rilis data PMI jasa China versi Caixin periode Juli 2023 (08:45 WIB),
  7. Rilis data PMI jasa Uni Eropa versi HCOB periode Juli 2023 (15:00 WIB),
  8. Rilis data PMI jasa Inggris versi S&P Global Juli 2023 (15:30 WIB),
  9. Rilis data inflasi produsen Uni Eropa periode Juni 2023 (16:00 WIB),
  10. Rapat Dewan Komisioner (RDK) dan konferensi pers Otoritas Jasa Keuangan (OJK) RI (16:00 WIB),
  11. Keputusan suku bunga bank sentral Inggris (18:00 WIB),
  12. Rilis data awal produktivitas non-pertanian Amerika Serikat periode kuartal II-2023 (19:30 WIB),
  13. Rilis data klaim pengangguran mingguan periode pekan yang berakhir 30 Juli 2023 (19:30 WIB),
  14. Rilis data PMI jasa Amerika Serikat versi ISM periode Juli 2023 (21:00 WIB),
  15. Rilis data pesanan pabrik Amerika Serikat periode Juni 2023 (21:00 WIB).

Ìý

Berikut sejumlah agenda emiten di dalam negeri pada hari ini:

  1. RUPS Luar Biasa PT Dana Brata Luhur Tbk (10:00 WIB),
  2. RUPS Luar Biasa PT Indonesian Tobacco Tbk (14:00 WIB),
  3. Cum date dividen tunai PT AKR Corporindo Tbk.

Ìý

Berikut sejumlah indikator perekonomian nasional:

Indikator

Tingkat

Pertumbuhan Ekonomi (Q1-2023 YoY)

5,03%

Inflasi (Juli 2023 YoY)

3,08%

BI-7 Day Reverse Repo Rate (Juli 2023)

5,75%

Surplus Anggaran (APBN Juni 2023)

0,7% PDB

Surplus Transaksi Berjalan (Q1-2023 YoY)

0,9% PDB

Surplus Neraca Pembayaran Indonesia (Q1-2023 YoY)

US$ 6,5 miliar

Cadangan Devisa (Juni 2023)

US$ 137,5 miliar

²©²ÊÍøÕ¾ INDONESIA RESEARCH

[email protected]

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular