²©²ÊÍøÕ¾

Newsletter

AS Terancam Default Bulan Depan, Pasar Mulai Gonjang-ganjing!

Chandra Dwi, ²©²ÊÍøÕ¾
03 May 2023 05:59
IHSG
Foto: Karyawan beraktivitas di dekat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Rabu (23/11/2022). IHSG ditutup menguat 0,33 persen atau 23,53 poin ke 7.054,12 pada akhir perdagangan, sebanyak 249 saham menguat, 255 saham melemah, dan 199 saham stagnan. (²©²ÊÍøÕ¾/Andrean Kristianto)
  • Pasar keuangan Tanah Air cenderung mengecewakan pada perdagangan kemarin.
  • Wall Street kembali merana karena investor khawatir dengan plafon utang dan krisis perbankan.
  • Pelaku pasar global masih menanti sikap The Fed, setelah beberapa data tenaga kerja di AS cenderung mulai melandai.

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Pasar keuangan Indonesia pada perdagangan Selasa (2/5/2023) kemarin cenderung mengecewakan, setelah sempat menggembirakan pada pekan lalu.

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan rupiah terpantau terkoreksi. Sedangkan harga Surat Berharga Negara (SBN) terpantau menguat.

Investor masih cenderung wait and see menanti rilis data ekonomi dan serangkaian sentimen global. Selengkapnya mengenai sentimen pasar keuangan global dan dalam negeri hari ini bisa dibaca pada halaman 3 dan 4 artikel ini.

Menurut data dari Bursa Efek Indonesia (BEI), IHSG ditutup melemah 0,76% ke posisi 6.863,30. Parahnya, IHSG sempat ambles hingga lebih dari 1% dan pada akhirnya berhasil memangkas koreksinya pada akhir perdagangan kemarin.

Nilai transaksi indeks pada perdagangan Selasa kemarin mencapai sekitaran Rp 10 triliun dengan melibatkan 15 miliaran saham yang berpindah tangan sebanyak 1,4 juta kali. Sebanyak 187 saham menguat, 368 saham melemah, danÌý177 saham lainnya stagnan.

Investor asing mencatatkan aksiÌýjual bersih (net sell) sebesar Rp 210,77 miliar di seluruh pasar pada perdagangan Selasa kemarin.

Sementara di kawasan Asia-Pasifik, secara mayoritas menguat pada perdagangan kemarin. Hanya indeks ASX 200 Australia, SETi Thailand, dan termasuk IHSG yang ditutup di zona merah kemarin.

Sementara untuk pasar saham China kemarin belum dibuka karena masih libur Hari Buruh Internasional.

Berikut pergerakan IHSG pada Selasa lalu dan bursa Asia-Pasifik pada perdagangan Selasa kemarin.

Sedangkan untuk mata uang rupiah, pada perdagangan Selasa kemarin juga ditutup melemah dihadapan dolar Amerika Serikat (AS), atau The Greenback.

Berdasarkan data Refinitiv, rupiah mengakhiri perdagangan kemarin di Rp 14.700/US$, melemah 0,24% di pasar spot. Meski melemah, tetapi rupiah masih berada di bawah level psikologis Rp 15.000/US$.

Sedangkan di kawasan Asia pada perdagangan kemarin secara mayoritas berhasil melawan sang greenback. Hanya saja, penguatannya cenderung tipis-tipis.

Mata uang rupee India, ringgit Malaysia, dan termasuk rupiah pada perdagangan kemarin kalah melawan dolar AS. Adapun untuk dolar Hong Kong dan won Korea Selatan cenderung stagnan.

Berikut pergerakan rupiah pada Selasa lalu dan mata uang utama Asia melawan dolar AS pada Selasa kemarin.

Sementara di pasar surat berharga negara (SBN), pada perdagangan Selasa kemarin harganya kembali menguat, menandakan bahwa imbal hasil (yield) melandai dan investor masih ramai memburunya.

Melansir data dari Refinitiv, yield SBN tenor 10 tahun yang merupakan SBN acuan negara terpantau turun 1,9 basis poin (bp) menjadi 6,517%.

Yield berlawanan arah dari harga, sehingga turunnya yield menunjukkan harga obligasi yang sedang menguat, demikian juga sebaliknya. Satuan penghitungan basis poin setara dengan 1/100 dari 1%.

Berikut pergerakan yield SBN acuan pada perdagangan Selasa kemarin.

Lesunya IHSG dan rupiah terjadi setelah data inflasi Indonesia periode April dirilis kemarin. Inflasi April 2023 yang bertepatan dengan Lebaran tercatat moderat dibandingkan dengan periode sebelumnya.

Pada April ini, inflasi bulanan tercatat sebesar 0,33%. Adapun, inflasi tahunannya mencapai 4,33% (year-on-year/yoy) dan inflasi tahun kalender 1,01% (year-to-date/ytd).

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS), Margo Yuwono mengatakan bahwa inflasi pada Ramadan dan Lebaran 2023 ini relatif lebih rendah dibandingkan Lebaran 2022.

"Hal ini dipengaruhi oleh beberapa hal. Pertama, pasikan komoditas holtikultura yang relatif terjaga, ditopang aktivitas panen sepanjang Maret-April," katanya dalam rilis BPS, Selasa (2/5/2023).

Adapun, kondisi ini ditopang oleh deflasi cabai merah dan cabai rawit yang meredam tingkat inflasi umum. Kemudian, andil inflasi beberapa komoditas pangan relatif rendah dibandingkan momen Lebaran pada tahun-tahun sebelumnya.

Margo menyampaikan penyumbang inflasi bulanan yang terbesar pada April 2023 terjadi pada kelompok transportasi dengan inflasi sebesar 0,84% dan andil ke inflasi April sebesar 0,11%.

Kelompok transportasi ini didorong oleh tarif angkutan udara dan tarif angkutan kota. Selanjutnya, dari kelompok bahan pangan, penyumbang terbesar adalah daging ayam ras dan beras.

Sementara itu, penyumbang inflasi tahunannya adalah bensin, beras, rokok filter dan tarif angkutan udara serta bahan bakar rumah tangga.

Beralih ke Amerika Serikat (AS), bursa saham Wall Street ditutup berjatuhan pada perdagangan Selasa kemarin, di mana kekhawatiran akan krisis perbankan di AS kembali muncul jelang keputusan suku bunga terbaru bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed).

Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutup ambles 1,08% ke posisi 33,684.53, S&P 500 ambrol 1,16% ke 4,119,58, dan Nasdaq Composite merosot 1,08% menjadi 12,080,51.

Saham perbankan di AS merosot, karena investor mempertanyakan stabilitas lembaga keuangan regional yang lebih kecil setelah krisis yang melanda Silicon Valley Bank (SVB) dan First Republic Bank dan keduanya pun di ambang kebangkrutan.

Saham-saham bank di AS seperti Bank regional PacWest dan Western Alliance masing-masing anjlok hingga 27% dan 15%. Sedangkan saham bank raksasa di AS seperti Goldman Sachs dan Citigroup juga ambles lebih dari 2%, dan Bank of Amerika (BoA) ambrol sekitar 3%.

Hal ini juga terjadi setelah JPMorgan Chase resmi memenangi lelang atas akuisisi First Republic Bank, yang baru-baru ini ditimpa krisis. ÌýNamun, saham JPMorgan juga berbalik arah merosot 1,6%, setelah sempat melesat di awal sesi perdagangan kemarin.

Sebelumnya menurut laporan Federal Deposit Insurance Corporation (FDIC) pada Senin kemarin, JPMorgan akan mendapatkan semua simpanan dari First Republic Bank termasuk sebagian besar asetnya.

JPMorgan mendapatkan sekitar US$ 92 miliar dalam bentuk deposito pada kesepakatan tersebut, termasuk sebesar US$ 30 miliar yang telah didepositkan JPMorgan dan bank-bank besar lainnya ke dalam First Republic bulan lalu. Bank ini juga mengambil pinjaman US$ 173 miliar dan sekuritas US$ 30 miliar.

"Kami berpikir bahwa kekhawatiran seputar sektor bank, dikombinasikan dengan kegelisahan terkait plafon utang AS, dan yang paling penting kekhawatiran atas sikap kebijakan suku bunga The Fed yang tidak pasti di masa depan, semuanya berkontribusi terhadap sentimen penghindaran risiko ini. Jadi di area seperti sektor bank yang sudah mengalami tekanan, kami juga melihat kegelisahan yang lebih besar karena faktor-faktor penyebab lainnya ini," kata Greg Bassuk, CEO AXS Investments, dikutip dari ²©²ÊÍøÕ¾ International.

Pasar juga dikhawatirkan dengan utang AS yang cenderung bermasalah. Menteri Keuangan AS, Janet Yellen mengatakan bahwa AS bakal gagal membayar utang (default) pada 1 Juni mendatang.

Hal ini akibat alotnya pembahasan untuk menaikkan plafon utang AS. Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) yang kini dipimpin Partai Republik memilih untuk menaikkan menaikkan batas pinjaman nasional.

Ada syarat yakni pemotongan drastis anggaran belanja karena pemerintah dianggap terlalu boros, yang bakal menjadi sandungan bagi Presiden Joe Biden yang berasal dari Partai Demokrat.

"Perkiraan terbaik kami adalah bahwa kami tidak akan dapat terus memenuhi semua kewajiban pemerintah pada awal Juni, dan berpotensi paling cepat 1 Juni," katanya dikutip AFP, Selasa (2/5/2023).

Di lain sisi, pasar masih menanti sikap The Fed terhadap kebijakan suku bunga acuan, meski pelaku pasar sudah memprediksi bahwa The Fed masih akan menaikkan suku bunga acuannya pada pertemuan Selasa-Rabu pekan ini.

Pertemuan kebijakan FOMC The Fed selama dua hari telah dimulai pada Selasa kemarin dan diperkirakan akan diakhiri dengan bank sentral mengumumkan kenaikan suku bunga seperempat poin lagi pada Rabu siang waktu AS atau Kamis dini hari waktu Indonesia.

Sejauh ini, menurut alat FedWatch CME Group, sekitar 91,5% investor bertaruh bahwa The Fed akan menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin (bp). Sedangkan 8,5% investor bertaruh The Fed akan mempertahankan suku bunganya.

Pelaku pasar di Wall Street juga akan memantau dengan cermat pernyataan dari Ketua The Fed, Jerome Powell yang akan memberikan petunjuk tentang arah kebijakan moneter The Fed ke depan.

Di global pada hari ini, pelaku pasar bakal memantau beberapa sentimen, di mana salah satunya yakni pergerakan bursa saham Wall Street yang terpantau berjatuhan kemarin.

Sentimen pasar yang kembali memburuk membuat Wall Street kembali merana. Kekhawatiran pelaku pasar akan krisis perbankan kembali muncul setelah adanya kabar bahwa JPMorgan resmi mengambil alih First Republic Bank.

Meski begitu, nyatanya pasar kembali khawatir dan membuat saham-saham perbankan di AS kembali merana.

Selain itu, masalah utang AS juga tengah menjadi perhatian karena jika permasalahan tersebut tak kunjung diselesaikan, maka potensi AS terkena default akan semakin besar.

Menteri Keuangan AS, Janet Yellen mengatakan bahwa AS bakal gagal membayar utang (default) pada 1 Juni mendatang.

Hal ini akibat alotnya pembahasan untuk menaikkan plafon utang AS. Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) yang kini dipimpin Partai Republik memilih untuk menaikkan menaikkan batas pinjaman nasional.

Untuk diketahui, berdasarkan data yang terbaru per Januari 2023, utang Negeri Paman Sam sudah menembus US$ 31 triliun atau sekitar Rp 461 ribu triliun (kurs Rp 14.900/US$) pada tahun lalu. Angka ini setara dengan 137% dari total produk domestik bruto (PDB) nya.

Artinya batas utang tersebut sudah dicapai, dan Kementerian Keuangan AS tidak bisa lagi menerbitkan obligasi untuk membiayai belanja.

Dari tahun ke tahun, jumlah utang Negara Paman Sam memang terus meningkat, disebabkan defisit fiskal yang terus membengkak, dan semakin terakselerasi memasuki abad 21. AS juga tercatat sebagai negara dengan utang terbanyak di dunia.

Sementara itu dari data tenaga kerja AS, pembukaan pekerjaan mencapai level terendah hampir dua tahun terakhir pada periode Maret lalu, menandakan bahwa pasar tenaga kerja AS semakin lesu.

Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan Jumlah pembukaan pekerjaan menurut survei JOLTS mencapai 9,59 juta, terendah sejak April 2021 dan berada di bawah perkiraan FactSet sebesar 9,64 juta.

The Fed mengawasi ketat laporan JOLTS sebagai tanda untuk menentukan arah kebijakan suku bunga kedepannya. Menurunnya lowongan pekerjaan adalah hal positif untuk inflasi karena membantu mengurangi tekanan pada kenaikan upah.

Dengan terus lesunya sektor tenaga kerja, maka hal ini juga dapat membawa The Fed semakin melunak, apalagi jika inflasi terus menurun dan mendekati target yang ditetapkan.

Masih dari AS, rilis data ekonomi kembali berlanjut pada hari ini, di mana data PMI jasa versi ISM periode April 2023 akan dirilis. Data ini juga perlu dicermati, mengingat sektor jasa di Negeri Paman Sam juga menjadi sektor cukup vital.

Selain data PMI jasa, data tenaga kerja lainnya juga akan dirilis pada hari ini, yakni data perubahan tenaga kerja versi ADP periode April 2023.

Sementara itu di luar AS, beberapa negara juga akan merilis data ekonomi yang cukup penting seperti data PMI jasa, penjualan ritel, dan tingkat pengangguran.

Sementara di dalam negeri, pasar cenderung masih akan mencerna data inflasi Indonesia terbaru yang telah dirilis Selasa kemarin, selagi menanti rilis data pertumbuhan ekonomi RI pada kuartal I-2023 yang akan dirilis Jumat pekan ini.

Sesuai ekspektasi, inflasi Indonesia melonjak pada April seiring dengan kenaikan permintaan selama periode musiman Ramadan dan Lebaran.

Badan Pusat Statistik (BPS), inflasi pada April tercatat 0,33% (mtm) dan 4,33% (yoy).

Secara bulanan (mtm), inflasi April jauh lebih tinggi dibandingkan pada Maret 2023 yang tercatat 0,18%. Sebaliknya, inflasi tahunan (yoy) jauh lebih kecil dibandingkan pada Maret 2023 yang tercatat 4,97%.

Kendati naik secara bulanan, inflasi April jauh lebih kecil dibandingkan proyeksi analis.

Konsensus pasar yang dihimpun ²©²ÊÍøÕ¾Ìýdari 12 institusi memperkirakan inflasi April 2023 akan menembus 0,47% dibandingkan bulan sebelumnya (mtm).

Secara historis, inflasi pada April (mtm) biasanya melandai karena ada panen raya. Namun, momen Ramadan dan Lebaran membuat inflasi pada bulan lalu terbilang tinggi untuk April.

Sebagai catatan, umat Islam Indonesia mengawali puasa pada 22 Maret dan merayakan Hari Raya Idul Fitri pada 21/22 April 2022.

Bila melihat inflasi Maret (0,18%) dan inflasi April 2023 (0,33%) maka secara keseluruhan inflasi Ramadan dan Lebaran tahun ini mencapai 0,26%. Laju inflasi jauh lebih rendah dibandingkan enam tahun terakhir yakni 0,42%.

Artinya, inflasi Ramadan dan Lebaran tahun ini relatif terkendali karena adanya musim panen.

Harga beras memang masih naik dan menyumbang inflasi sebesar 0,02% tetapi andil inflasinya lebih kecil dibandingkan Maret 2023 yang tercatat 0,35% dan Februari sebesar 0,32%.

Harga cabai rawit dan sayur mayur yang biasanya melejit menjelang Lebaran juga tidak naik tinggi pada Lebaran tahun ini karena stok mencukupi.

Pada Lebaran tahun ini, harga cabai rawit malah turun dan menyumbang deflasi sebesar 0,05% dan cabai merah sebesar 0,03%.

BPS mencatat komoditas lain yang menyumbang inflasi tinggi adalah daging ayam ras, telur ayam ras, ikan segar, tomat, ayam hidup, bawang putih, jeruk, pepaya, rokok kretek filter, rokok putih, tarif angkutan udara, tarif angkutan antar kota, tarif kereta api, dan emas perhiasan.

Kepala BPS Margo Yuwono menjelaskan inflasi Lebaran tahun ini lebih rendah karena dibantu oleh lebih murahnya harga produk holtikultura.

"Persediannya cukup untuk periode panen raya. Meski ada permintaan meningkat tetapi karena ketersediannya cukup (kenaikan harga) bisa diredam sehingga bisa menekan inflasi," tutur Margo, saat konferensi pers inflasi April, Selasa (2/5/2023).

Sedangkan inflasi kelompok transportasi menembus 0,84% (mtm) pada April tahun ini atau tertinggi dari kelompok lainnya. Inflasi pada tarif angkutan udara menembus 0,14% dan memberi andil 0,06%. Andil tersebut adalah yang tertinggi dibandingkan komoditas lainnya.

Dalam empat tahun terakhir, tarif angkutan udara selalu menjadi penyumbang inflasi terbesar untuk periode Lebaran.

Margo menyebut kenaikan jumlah pemudik yang menggunakan banyaknya pemudik yang menggunakan transportasi pribadi serta angkutan umum membuat inflasi transportasi melonjak.

Secara historis, inflasi pada kelompok transportasi memang akan selalu melonjak karena tingginya permintaan pada jasa transportasi.

Selain inflasi, data aktivitas manufaktur Indonesia juga terbilang cukup baik kemarin. S&P Global merilis data aktivitas manufaktur Indonesia yang dicerminkan dengan Purchasing Managers' Index (PMI) pada hari ini, Senin (2/5/2023.

Untuk periode April 2023, PMI manufaktur Indonesia ada di angka 52,7. PMI jauh lebih tinggi dibandingkan pada Maret 2023 yang tercatat di 51,9. Indeks sebesar 52,7 adalah yang tertinggi sejak September 2022 atau tujuh bulan terakhir.

Data hari ini juga menunjukkan PMI manufaktur Indonesia sudah berada dalam fase ekspansif selama 20 bulan terakhir.

PMI menggunakan angka 50 sebagai titik mula. Jika di atas 50, maka artinya dunia usaha sedang dalam fase ekspansi. Sementara di bawah itu artinya kontraksi.

"Sektor manufaktur menunjukkan momentum penguatan setelah hanya naik tipis sepanjang tahun ini. Aktivitas bisnis meningkat ditopang oleh permintaan dari dalam negeri yang lebih kencang sehingga permintaan baru serta volume produksi meningkat ke level tertingginya selama tujuh bulan," tutur Tim Moore, ekonomi pada S&P Global Market Intelligence dalam website resmi mereka.

Berikut sejumlah agenda dan rilis data yang terjadwal untuk hari ini:

  1. Rilis data PMI jasa Australia versi Judo Bank periode April 2023 (06:00 WIB),
  2. Rilis data awal penjualan ritel Australia periode April 2023 (08:30 WIB),
  3. Rilis data tingkat pengangguran Uni Eropa periode Maret 2023 (16:00 WIB),
  4. Rilis data perubahan tenaga kerja ADP periode April 2023 (19:15 WIB),
  5. Rilis data final PMI jasa Amerika Serikat versi S&P Global periode April 2023 (20:45 WIB),
  6. Rilis data perubahan minyak mentah dan BBM EIA Amerika Serikat periode 28 April 2023 (21:30 WIB).

Ìý

Berikut sejumlah agenda emiten di dalam negeri pada hari ini:

  1. RUPS Tahunan dan Luar Biasa PT Fuji Finance Indonesia Tbk (08:30 WIB),
  2. RUPS Tahunan PT Teladan Prima Agro Tbk (08:30 WIB),
  3. RUPS Tahunan dan Luar Biasa PT Citra Borneo Utama Tbk (09:00 WIB),
  4. RUPS Tahunan PT Kalbe Farma Tbk (10:00 WIB),
  5. RUPS Tahunan dan Luar Biasa PT Charnic Capital Tbk (10:30 WIB),
  6. RUPS Tahunan PT Pam Mineral Tbk (14:00),
  7. Cum date dividen tunai PT Chitose Internasional Tbk,
  8. Cum date dividen tunai PT Purisentul Permai Tbk,
  9. Ex date dividen tunai PT Garudafood Putra Putri Jaya Tbk,
  10. Ex date dividen tunai PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (Mitratel),
  11. Right issue PT Bank KB Bukopin Tbk.

Ìý

Berikut sejumlah indikator perekonomian nasional:

Indikator

Tingkat

Pertumbuhan Ekonomi (Q4-2022 YoY)

5,01%

Inflasi (April 2023 YoY)

4,33%

BI-7 Day Reverse Repo Rate (April 2023)

5,75%

Surplus Anggaran (APBN Februari 2023)

0,61% PDB)

Surplus Transaksi Berjalan (Q4-2022 YoY)

1,3% PDB

Surplus Neraca Pembayaran Indonesia (Q4-2022 YoY)

US$ 4,7 miliar

Cadangan Devisa (Maret 2023)

US$ 145,23 miliar

²©²ÊÍøÕ¾ INDONESIA RESEARCH

[email protected]

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular