
Pantas OJK Turun Gunung, NIM Bank RI Dua Terbesar di Asean

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Margin bunga bersih atau net interest margin (NIM) bank di Indonesia menjadi yang salah satu yang paling besar di kawasan Asia Tenggara. Ini salah satu sumber laba jumbo bank kakap Tanah Air.
Menurut data Statistik Perbankan Indonesia terbaru yang dirilis Otoritas Jasa Keuangan (OJK) per Mei 2023, NIM perbankan RI mencapai 4,88%. NIM perbankan RI berada di peringkat kedua, di bawah Kamboja.
Kamboja di posisi pertama dengan NIM 5,35% dan Filipina di posisi ketiga dengan NIM 3,56%. Sementara, NIM bank Singapura terbilang kecil, yakni sebesar 1,21%.
Menurut penelitian Gitanadya dan Setiawan (2018), Indonesia bersama Filipina memang cenderung memiliki NIM yang tinggi (khususnya dalam periode 2007-2015). Sebaliknya, penelitian tersebut mengemukakan, Singapura bersama Thailand memiliki NIM perbankan yang relatif rendah.
Secara umum, terdapat sejumlah faktor turut membentuk NIM bank, mulai dari faktor industri (konsentrasi pasar) hingga makro (misal, tingkat inflasi dan pertumbuhan ekonomi).
NIM bank RI yang tinggi turut menarik minat bank raksasa Asia lainnya, mulai dari Korea Selatan (Korsel) hingga Jepang. Menurut catatan Nikkei Asia (9/11/2022), bank-bank Jepang mulai mengalihkan konsentrasi ke Asia Tenggara demi mengkapitalisasi pasar Kawasan ini.
Masih mengutip Nikkei, sebagai contoh, anak usaha bank kakap Jepang Mitsubishi UFJ Financial Group (MUFG), PT Bank Danamon Tbk (BDMN), membukukan margin sekitar 8%, lebih tinggi dibandingkan margin di Jepang.
MUFG sendiri tengah gencar mengakuisisi sejumlah perusahaan jasa pembiayaan dalam rangka berekspansi RI. Sebut saja, akuisisi portofolio kredit ritel dari Standart Chartered Bank Indonesia (SCBI) melalui Bank Danamon, akuisisi PT Mandala Multifinance Tbk. (MFIN), dan Akulaku dan Home Credit.
Adapun, beberapa bank utama RI baru saja merilis laporan keuangan semester I-2023 dengan hasil yang positif.
Sebagai contoh, PT Bank central Asia Tbk (BBCA) membukukan kinerja keuangan positif. Sepanjang semester pertama tahun ini, perusahaan membukukan kenaikan laba bersih 34% secara tahunan (yoy) menjadi Rp 24,2 triliun. Perfoma positif didorong oleh kenaikan volume kredit, perbaikan kualitas pinjaman, serta peningkatan volume transaksi dan pendanaan.
Nama lainnya, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) mencatat laba konsolidasi sepanjang semester I tahun 2023 naik 24,74% menjadi Rp 25,23 triliun dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 20,2 triliun.
Mengutip laporan keuangannya, laba bank only pada paruh pertama tahun ini, tercatat naik menjadi Rp 23 triliun dibandingkan tahun 2022 yang sebesar Rp 18,53 triliun.
Capaian laba tersebut didorong oleh pendapatan bunga dan syariah konsolidasi Bank Mandiri yang mencapai Rp 64,19 triliun, atau tumbuh dari periode tahun sebelumnya yang sebesar Rp 52,93 miliar.
Demikian pula, PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) juha membukukan laba bersih sebesar Rp 10,3 triliun sepanjang semester pertama 2023. Angka ini naik 17% dibandingkan laba bersih periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 8,87 triliun.
Sementara itu, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengatakan akan terus mendorong upaya digitalisasi di sektor perbankan dalam memperluas jangkauan layanannya kepada Masyarakat. Dengan demikian suku bunga kredit menjadi lebih kompetitif melalui mekanisme pasar.
Di sisi lain, pemanfaatan data yang antara lain dapat bersumber dari Sistem Layanan Informasi Keuangan (SLIK) dan Lembaga Pengelola Informasi Perkreditan (LPIP) sebagai upaya untuk mengurangi asimetris informasi antara bank kepada debitur.
"Sesuai dengan amanat UU P2SK, OJK sedang mengkaji dan menerbitkan kebijakan yang mendorong transparansi informasi terkait suku bunga kredit oleh perbankan," ujar Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae dalam keterangan tertulisnya, dikutip Senin (7/8/2023).
Dia menjelaskan prinsip-prinsip yang akan diatur dalam kebijakan itu, antara lain komponen dasar pembentuk suku bunga dan aspek transparansi ke publik terkait suku bunga dasar kredit. Kebijakan ini diharapkan dapat berkontribusi dalam mengendalikan NIM perbankan saat ini.
²©²ÊÍøÕ¾ INDONESIA RESEARCH
³§²¹²Ô²µ²µ²¹³ó²¹²Ô:ÌýArtikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan ²©²ÊÍøÕ¾ Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
(mkh/mkh) Next Article OJK Ungkap Alasan Kenapa Bunga Bank RI Bisa Tinggi
