
Harga Batu Bara Masih Bergairah, Kok Sahamnya di RI Merana?

Jakarta, վ - Saham emiten batu bara terpantau berjatuhan pada perdagangan sesi II Selasa (23/7/2023), meski harga batu bara pada perdagangan Senin kemarin cenderung menguat.
Hingga pukul 14:10 WIB, setidaknya 12 saham batu bara terkoreksi pada sesi II hari ini, dengan saham PT Adaro Minerals Indonesia Tbk (ADMR) menjadi yang terparah koreksinya yakni ambruk 2,17% ke posisi Rp 1.355/unit.
Tak hanya ADMR saja, saham PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) juga terkoreksi pada sesi II hari ini, yakni melemah 0,63% menjadi Rp 3.170/unit.
Sedangkan koreksi paling minor dicatat oleh saham batu bara BUMN yakni PT Bukit Asam Tbk (PTBA), yang melemah 0,37% menjadi Rp 2.670/unit.
Berikut pergerakan saham emiten raksasa batu bara pada perdagangan sesi II hari ini.
Saham batu bara di RI terpantau melemah meski harga batu bara acuan dunia pada Senin kemarin ditutup menguat. Berdasarkan data dari Refinitiv pada Senin kemarin, harga batu bara acuan ICE Newcastle untuk kontrak Agustus 2024 ditutup di posisi US$ 139,4 per ton, menguat 0,29% dari posisi harga akhir pekan lalu.
Dalam sepekan terakhir, harga batu bara terpantau menguat 0,29%, sedangkan dalam sebulan terakhir melonjak 4,65%.
Pergerakan saham batu bara RI yang cenderung berlawanan dengan pergerakan harga batu bara acuan dunia terjadi karena investor cenderung melakukan aksi profit taking, setelah beberapa hari terakhir saham batu bara RI cenderung perkasa.
Di lain sisi, ketidakpastian juga kembali meningkat setelah Presiden AS terkini yakni Joe Biden resmi mengundurkan diri dari calon presiden AS berikutnya dari Partai Demokrat.
Secara historis, harga komoditas global di masa pemerintahan Trump memang sangat volatil, sehingga kepemimpinan Trump memang dikenal tidak ramah terhadap harga komoditas.
Hal ini karena adanya kebijakan tarif impor yang diberlakukan bagi produk-produk dari China terhadap AS. Jika saja Trump menang, maka hal ini berpotensi terulang lagi.
Namun dengan mundurnya Biden di kancah Pilpres AS 2024, terjadi polarisasi yang membuat potensi suara Trump menurun, meski pencalonan Harris tak serta merta membuat unggul ketimbang Trump untuk sementara ini, berdasarkan survei pelaku pasar di AS.
Meski begitu, ketidakpastian tetap meningkat pasca kabar mundurnya Biden dalam kancah Pilpres AS 2024.
Ekonom Bank Danamon, Hosiana Situmorang menjelaskan mundurnya Biden bisa meningkatkan ketidakpastian terkait arah kebijakan perdagangan dan investasi lainnya di AS dan seluruh dunia.
"Kondisi ini meningkatkan volatilitas di pasar uang dan pasar modal, salah satu indikasinya Volatility Index (VIX) balik naik," ujar Hosiana kepadaվ.
Di lain sisi, harga batu bara global menguat di tengah pemangkasan suku bunga acuan yang kembali dilakukan oleh PBoC.
PBoC memutuskan untuk memangkas suku bunga acuannya kemarin, di mana suku bunga acuan tenor satu tahun dipangkas menjadi 3,35%. Sedangkan untuk suku bunga acuan tenor lima tahun juga dipangkas menjadi 3,85%.
Beijing sedang berjuang melawan krisis di sektor real estate, lemahnya konsumsi dan tingginya tingkat pengangguran kaum muda. Perdagangan internasional Beijing juga saat ini terganggu dengan adanya ketegangan geopolitik antara negara itu dengan Washington dan Uni Eropa.
Perekonomian melambat tajam pada kuartal kedua, dengan data pada Senin lalu menunjukkan pertumbuhan sebesar 4,7%. Ini jauh bawah ekspektasi dan turun tajam dari 5,3% pada tiga bulan sebelumnya.
Angka tersebut juga merupakan titik terlemah sejak awal tahun 2023. Padahal China sepenuhnya mencabut pembatasan ketat Covid-19.
Lesunya perekonomian China akan berdampak pada permintaan batu bara di China, sehingga hal ini cenderung akan mempengaruhi pergerakan harga batu bara global.
Meski begitu, trader tetap optimis karena prospek pemangkasan suku bunga bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) semakin terlihat.
Berdasarkan perangkat CME FedWatch, pelaku pasar memperkirakan hampir 93% kemungkinan The Fed akan memangkas suku bunga pada pertemuan September mendatang.
վ INDONESIA RESEARCH
(chd/chd) Next Article Harga Batu Bara Sedang Lesu, Tapi Kok Sahamnya Malah Ngacir?