
Investasi Asuransi Jiwa 2017 Rp 47 T, Bisa Naik 30% di 2018
gita rossiana, վ
24 January 2018 15:17

Jakarta, վ - Imbal hasil investasi asuransi jiwa pada tahun ini diprediksi bisa bertumbuh 30%. Nilai tersebut meningkat dibandingkan periode Desember 2017 yang mencapai Rp 47,75 triliun.
Direktur Eksekutif Asosiasi Asuransi Jiwa (AAJI) Togar Pasaribu mengungkapkan, banyaknya penempatan investasi asuransi jiwa di saham, reksadana dan surat berharga negara (SBN) menjadi faktor peningkatan investasi tersebut.
”Kalau mau yang yield-nya tinggi dan risikonya terukur ya di tiga instrumen itu (saham, reksadana dan SBN),” kata dia saat ditemui di acara Konferensi Pers Digital and Risk Management in Insurance 2018 di Rumah AAJI, Jakarta, Rabu (24/1/2018).
Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), total investasi asuransi jiwa pada Desember 2017 mencapai Rp 458,58 triliun. Dari nilai tersebut, sekitar Rp 164,55 triliun ditempatkan di reksadana, Rp 139,78 triliun di saham, Rp 59,94 triliun di surat berharga negara dan sisanya di instrumen lain.
“Kalau setiap memilih investasi, asuransi jiwa memperhatikan tidak hanya imbal hasil dan juga risiko,” ujar dia.
Togar mengungkapkan, perusahaan asuransi jiwa banyak menempatkan investasi di reksadana sembari memenuhi ketentuan investasi di SBN. Artinya, reksadana yang dipilih oleh asuransi jiwa adalah yang memiliki underlying SBN ataupun obligasi korporasi.
Dengan banyaknya penempatan investasi dalam instrumen tersebut, asuransi jiwa tidak hanya bisa menambah pundi-pundi cuan, namun juga bisa berkontribusi terhadap proyek infrastruktur.
”Perusahaan asuransi jiwa juga terbuka terhadap instrumen baru yang diperkenalkan pemerintah untuk mendukung infrastruktur, asalkan imbal hasilnya sesuai,” ungkap dia.
Pemilihan ketiga instrumen ini pula yang menyebabkan penempatan di instrumen lain tidak begitu signifikan. Masih dari data OJK, penempatan investasi di medium term notes hanya mencapai Rp 1,8 triliun, penyertaan langsung hanya Rp 5,12 triliun dan untuk investasi Repo bahkan nol rupiah.
“Kalau untuk penyertaan langsung memang tidak banyak karena asuransi jiwa cenderung berinvestasi untuk anak usahanya. Sementara untuk Repo, aturannya belum jelas,” kata dia.
(dru) Next Article Hal-hal yang Perlu Diketahui Sebelum Memiliki Asuransi Jiwa
Direktur Eksekutif Asosiasi Asuransi Jiwa (AAJI) Togar Pasaribu mengungkapkan, banyaknya penempatan investasi asuransi jiwa di saham, reksadana dan surat berharga negara (SBN) menjadi faktor peningkatan investasi tersebut.
”Kalau mau yang yield-nya tinggi dan risikonya terukur ya di tiga instrumen itu (saham, reksadana dan SBN),” kata dia saat ditemui di acara Konferensi Pers Digital and Risk Management in Insurance 2018 di Rumah AAJI, Jakarta, Rabu (24/1/2018).
“Kalau setiap memilih investasi, asuransi jiwa memperhatikan tidak hanya imbal hasil dan juga risiko,” ujar dia.
Togar mengungkapkan, perusahaan asuransi jiwa banyak menempatkan investasi di reksadana sembari memenuhi ketentuan investasi di SBN. Artinya, reksadana yang dipilih oleh asuransi jiwa adalah yang memiliki underlying SBN ataupun obligasi korporasi.
Dengan banyaknya penempatan investasi dalam instrumen tersebut, asuransi jiwa tidak hanya bisa menambah pundi-pundi cuan, namun juga bisa berkontribusi terhadap proyek infrastruktur.
”Perusahaan asuransi jiwa juga terbuka terhadap instrumen baru yang diperkenalkan pemerintah untuk mendukung infrastruktur, asalkan imbal hasilnya sesuai,” ungkap dia.
Pemilihan ketiga instrumen ini pula yang menyebabkan penempatan di instrumen lain tidak begitu signifikan. Masih dari data OJK, penempatan investasi di medium term notes hanya mencapai Rp 1,8 triliun, penyertaan langsung hanya Rp 5,12 triliun dan untuk investasi Repo bahkan nol rupiah.
“Kalau untuk penyertaan langsung memang tidak banyak karena asuransi jiwa cenderung berinvestasi untuk anak usahanya. Sementara untuk Repo, aturannya belum jelas,” kata dia.
(dru) Next Article Hal-hal yang Perlu Diketahui Sebelum Memiliki Asuransi Jiwa
Most Popular